Sejarah

Sejarah Bahasa (92):Bahasa Ogan di Daerah Aliran Sungai Ogan; Hulu Batas Bengkulu Barat Baturaja, Muara di S Musi, Palembang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku
Ogan (Hang Ugan, Jeme Ugan) adalah salah satu kelompok etnis bermukim di kabupaten
Ogan Komering Ulu (Baturaja, Ulu Ogan, Semidang Aji, Lubuk Batang, Peninjauan,
Pengandonan), Kabupaten Ogan Komering Ilir (Muara Baru, Anyar dan Banding
Anyar), Kabupaten Ogan Ilir (Kecamatan Muara Kuang) di sepanjang aliran Sungai
Ogan (Ayakh Ugan). Selain di Sumatera Selatan, Suku Ogan dapat dijumpai dalam
jumlah yang sangat besar di Lampung meliputi Kabupaten Way Kanan.


Bahasa
Ogan adalah bahasa yang dituturkan oleh Suku Ogan yang banyak mendiami
daerah-daerah di kabupaten Ogan Komering Ulu (Baturaja, Pengandonan, Ulu Ogan,
Muara Jaya, Semidang Aji, Lubuk Batang, Peninjauan, Sinar Peninjauan, Lubuk
Raja, Kedaton Peninjauan Raya), Kabupaten Ogan Ilir (Kecamatan Muarakuang dan
Lubuk Keliat), Ogan Komering Ilir (Desa Muara Baru, Banding Anyar dan Anyar),
dan kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (Mendah dan Tugu Harum). Bahasa Ogan yang
dituturkan oleh masyarakat dari Suku Ogan (Uhang Ugan) yang sebagian masyarakat
yang tinggal di pesisir atau tepian hulu Sungai Ogan. Sungai Ogan berasal dari
beberapa aliran kecil mata air dari Bukit Nanti bersatu menjadi satu aliran
besar Sungai Ogan, yang pada akhirnya bermuara di sungai Musi Palembang. Bahasa
Ogan, mirip bahasa orang Malaysia. Semakin ke hulu DAS (Daerah Aliran Sungai)
Ogan, logat bahasa akan terdengar keras, makin ke hilir makin halus dan agak
terdengar berlagu: ‘daerah hulu sungai Ogan, tepian sungai Ogan agak kecil arus
airnya deras berbatu dan berbukit, daerah hilir tepian sungai Ogan lebar dan
arus air tenang tidak berbatu
. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ogan di daerah
aliran sungai Ogan? Seperti disebut di atas bahasa Ogan dituturkan orang Ogan
di daerah aliran sungai Ogan. Hulu sungai di batas Bengkulu sebelah barat
Baturaja, muara di aungai Musi di Palembang. Lalu bagaimana sejarah bahasa Ogan
di daerah aliran sungai Ogan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Bahasa Ogan di Daerah Aliran Sungai Ogan; Hulu Sungai Batas
Bengkulu Barat Baturaja, Muara di Sungai Musi Palembang

Nama Ogan paling tidak sudah diinfprmasikan tahun
1825 (lihat Utrechtsche courant,11-11-1825). Nama Komering belum
diidentifikasi. Namun dalam perkembangannya nama Ogan dan nama Komering keduanya
dijadikan sebagai nama wilayah setingkat onderafdeeling: ibu kota onderafdeeling
Ogan di Indralaja dan ibu kota onderafdeeling Ogan Ilir di Kajoeagoeng. Sedangkan
onderafdeeling Komering Oloe berada di arah hulu sungai Komering.


Secara geomorfologis bagian hilir sungai Ogan dan sungai Komering diduga
awalnya adalah perairan yang dibagian dalam teluk (Palembang) bermuara sungai
Musi. Di depan muara sungai Musi terdapat suatu pulau sedimen yang kini disebut
Bukit Siguntang (suatu banua baru didirikan di era Sriwidjaya pada abad ke-7). Dengan
menyempitnya teluk Palembang, lalu wilayah tangkapan air di tenggara teluk
terjadi proses sedimen jangka panjang yang mana terbentuk dua jalan air menuju
laut ke arah utara, yang dalam hal ini sungai Ogan dan sungai Komering bermuara
ke sungai Musi. Hal itulah kemudian diduga yang menyebabkan kota Indralaja dan
kota Kajoeagoeng terbentuk di sisi barat kedua sungai.

Pasca dilikuidasinya Kesultanan Palembang tahun 1826
Pemerintah Hindia Belanda diangkat sejumlah pemimpin lokal di Residentie
Palembang termasuk di distrioct Ogan dan di district Komering. District Ogan
dipimpin oleh Toemenggoeng Poepa di Nata (lihat Almanak 1833). Pada tahun 1853
dilakukan reorganisasi pemerintahan dimana onderafdeeling Ogan Ilir dan
Komering Ilir masuk afdeeling Palembang. Onderafdeling Ogan Oloe yang dibentuk
dimasukkan ke afdeeling kedua termasuk onderafdeeling Komering Oeloe (lihat
Almanak 1852). Hal itulah mengapa nama afdeeling Ogan Komering Oeloe (en Enim)
dengan ibu kota di Batoeradja.


Sungai Ogan dan juga sungai Komering terbilang sungai yang panjang jauh
ke pedalaman. Pada masing-masing dua daerah aliran sungai ini dibentuk
onderfadeeling ilir dan onderfadeeling oeloe. Ogan Ilir dan Komering Ilir menjadi
bagian dari afdeeling Palembang; sedangkan Ogan Oeloe dan Komering Oloe masuk
afdeeling Ogan Komering Oeloe. Lantas apakah Ogan Ilir dan Ogan Oeloe menjadi
wilayah kelompok populasi Ogan? Demikian juga apakah Komering Ilir dan Kemering
Oeloe menjadi wilayah kelompok populasu Komering?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Hulu Sungai Batas Bengkulu Barat Baturaja, Muara di
Sungai Musi Palembang: Asal Usul dan Terbentuknya Bahasa Ogan

Bagaimana dengan bahasa Ogan? Satu yang terpenting
yang terinformasikan sejak awal adalah tentang kelompok populasi Ogan di daerah
aliran sungai Ogan yang menjalankan praktek djoedjoer (lihat Tijdschrift voor
Neerland’s Indie, 1852). Disebutkan pada tahun 1846 adat djoedjoer dihapuskan
di district-district KomeringIlir, Komering Oeloe, Ogan Ilir dan Ogan Oeloe,
sebagian besar Musi, seluruh Banjoeassing, sebagian dari Lamatang dan Rawas.
Informasi ini mengindikasikan bahwa wilayah-wilayah di sekitar (kesultana)
Palembang bukan kelompok populasu Jawa dan juga bukan kelompok populasi Melayu.
Dalam hal ini orang Ogan memiliki adat sendiri.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top