diketahui secara luas tokoh wanita Bandung Dewi Sartika, terkenal sebagai
pionir pendidikan untuk kaum perempuan. Namun, generasi penerusnya bernama Emma
Poeradiredja kurang terinformasikan. Padahal Emma adalah perempuan pertama di
Bandoeng yang menjadi anggota dewan (gemeenteraad). Emma Poeradiredja sendiri adalah
Ketua divisi perempuan Pasundan yang banyak terlibat di dalam kegiatan sosial.
![]() |
Idola Emma Poeradiredja, Ratu Emma |
Di dewan kota Bandung terdapat dua wanita.
Selain Emma adalah Raden Aju Sangkaningrat. Sangat menakjubkan di dewan kota
Bandung ada dua wanita pribumi duduk dan tidak ada wanita Europcesche. Ini
sangat disesalkan (Soerabaijasch handelsblad, 14-09-1938). Ini berarti secara
politik, wanita pribumi lebih maju jika dibandingkan dengan wanita Eropa.
Poeradiredja bukanlah nama asli, melainkan kombinasi nama idola Ratu Emma dan
nama ayah Poeradiredja. Nama aslinya sebagaimana disebut dalam berbagai
tulisan adalah Raden Rachmat’ulhadiah, lahir di Chirebon, 1902. Ayahnya adalah
seorang anggota dewan di Bandung dan demikian juga saudara-saudaranya. Dugaan
bahwa dua tokoh (ratu dan ayah) ini menjadi sumber cita-cita Emma Poeradiredja.

Emma Poeradiredja yang memulai sebagai
karyawan perusahan Kereta Api Hindia Belanda di Bandung banyak terlibat dalam
bidang sosial dan pergerakan perempuan Sunda. Sebagaiman seniornya Dewi Sartika
yang aktif di bidang pendidikan, Emma Poeradiredja juga terjun dalam bidang
pendidikan dan juga bidang kesehatan. Nama Emma Poeradiredja masih diabadikan
sebagai nama klinik yang masih eksis hingga ini hari di Bandung.
namanya semakin popular. Namanya termasuk diantara tiga wanita yang dicalonkan
untuk Volksraad (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 27-08-1938).
Dua nama lainnya adalah Raden Ayu, istri dari RAA. Abdoerachman yang juga
disebut Raden Ayu Bintang; dan putri Bupati Kuningan, sekarang istri dari Mr.
Santoso yang lulus gelar Master di Belanda, yakni R. Maria Ulfah.
wanita Indonesia yang memiliki pendidikan tinggi di Belanda. Maria Ulfah sering
disebut sebagai perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar sarjana hukum.
Ida Loemongga
Ulfah adalah istri Mr. Santoso. Pada saat penyerangan Jokjakarta (pada masa
Agresi Militer Belanda II) tahun 1948, Mr. Santoso (sekjen Kementerian Dalam
Negeri) termasuk dari enam tokoh intelektual penting di Jogja yang diculik
intelijen/militer Belanda yang kemudian dibunuh di ladang jagung di Pakem
(utara Jogjakarta). Tokoh yang pertama diculik adalah Mr. Masdoelhkan Nasution,
Ph.D (penasehat hukum Soekarno dan Hatta).
![]() |
Friesche courant, 27-03-1943 |
Maria Ulfah dan Santoso sama-sama lulus
sekolah hukum di Universiteit Leiden dan keduanya mendapat gelar master (Mr). Maria
Ulfah, kelahiran Serang adalah anak dari saudara perempuan Husein
Djajadiningrat (orang Indonesia pertama yang meraih gelar Ph.D di Belanda). Sedangkan
Masdoelhak Nasution melanjutkan ke program doktotal dan meraih gelar doctor (Ph.D)
di Universiteit Leiden pada tahun 1943 (Friesche courant,
27-03-1943). Masdoelhak
berhasil mempertahankan desertasinya yang berjudul ‘De plaats van de vrouw in
de Bataksche Maatschappij’ (Tempat perempuan dalam masyarakat Batak).
![]() |
Bataviaasch nieuwsblad, 20-01-1931 |
Maria
Ulfah berangkat studi ke Belanda tahun 1929 dan meraih gelar master (Mr) pada
tahun 1933 di Universiteit Leiden. Di universitas yang sama, pada tahun 1923 Ida
Loemongga memulai kuliah studi kedokteran dan dilanjutkan pendidikan master.
Ida Loemongga kemudian berhasil mempertahankan desertasinya dan meraih gelar doctor
(Ph.D) di bidang kedokteran di Universiteit Amsterdam tahun 1932.
Loemongga lulus sekolah dari Prins Hendrik School, afdeeling HBS (pendidikan
menengah kelas 6) dan Koningen Emma School (kelas 3) di Batavia. Ida Loemongga berangkat ke Leiden tahun 1923 pada usia 18 tahun (wanita pribumi pertama stdui ke Belanda). Ida Loemongga baru
pulang kampong setelah 10 tahun. Ida Loemongga kelahiran Padang Sidempuan
adalah perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar doktor (Ph.D). Ida
Loemongga Nasution adalah saudara sepupu dari Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D.
![]() |
Leeuwarder courant, 22-06-1903 |
Ibu Ida Loemongga bernama Alimatoe’saadiah Harahap
(anak dari Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda, radja persuratkabaran Sumatra) adalah perempuan pribumi
pertama yang mengikuti pendidikan di sekolah Eropa (ELS) di Padang. Perempuan berikutnya
yang bersekolah di sekolah Eropa adalah RA Kartini. Umumnya yang mendapat
kesempatan bersekolah di sekolah Eropa adalah laki-laki, namun kedua wanita pribumi
ini terbilang pionir mendapat kesempatan di sekolah Eropa. Sayangnya mereka
tidak melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Alimatoe’saadiah menikah tahun
1903 dengan dokter Harun Al Rasjid Nasution. Meski demikian, Alimatoe’saadiah
adalah seorang istri yang
baik dan seorang ibu yang berhasil menyekolahkan putri pertamanya setinggi-tingginya hingga meraih
Ph.D. Seorang putra Alimatoe’saadiah juga sekolah hukum di Leiden (yang kelak
menjadi Residen pertama di Lampung). Seperti inilah emansipasi yang diperjuangkan oleh Kartini dan Dewi Sartika dan Alimatoe’saadiah kelahiran Padang Sidempuan benar-benar mempraktekkannya. Alimatoe’saadiah
sangat menyadari itu, karena latarbelakangnya Alimatoe’saadiah adalah perempuan
pribumi pertama yang sekolah di sekolah Eropa (ELS) sebelum tahun 1900 (lihat Leeuwarder
courant, 22-06-1903). Ayah Alimatoe’saadiah sendiri Hadji Dja Endar Moeda adalah
alumni pertama sekolah guru Kweekschool Padang Sidempuan, 1884 (murid pertama
Charles Adriaan van Ophuijsen).
![]() |
Afdeeling Padang Sidempuan (Tapanuli Selatan) |
Ida
Lomongga juga adalah orang Indonesia keempat yang meraih gelar doktor.
Sementara orang Indonesia ketiga yang meraih doktor adalah Alinoedin Siregar
gelar Radja Enda Boemi tahun 1925 di Universiteit Leiden. Radja Enda Boemi
adalah orang Indonesia pertama peraih gelar doktor di bidang hukum. Orang
ketujuh Indonesia peraih gelar doktor (Ph.D) adalah Todoeng Harahap gelar
Soetan Goenoeng Moelia di Universiteit Leiden 1933. Soetan Goenoeng Moelia
adalah Menteri Pendidikan RI yang kedua (setelah Ki Hadjar Dewantara). Ida
Loemongga, Radja Enda Boemi dan Soetan Goenoeng Moelia, ketiganya lahir di
Padang Sidempuan adalah tiga dari tujuh orang Indonesia pertama peraih gelar doktor
(Ph.D).
diangkat sebagai Menteri Sosial pada Kabinet Sjahrir I. Suaminya, Mr. Santoso telah berjuang
mempertahankan kemerdekaan RI bersama intelektual-intelektual muda Indonesia di
Jogjakarta seperti Mr. Masdoelhak Nasoetion, Ph.D. Dewan Keamanan PBB marah
besar (karena Masdoelhak adalah satu-satunya yang bergelar Ph.D di lingkaran inti di Jogjakarta). Pimpinan organisasi bangsa-bangsa yang berkantor di New York meminta
sebuah tim netral di Belanda untuk melakukan penyelidikan segera atas kematian
Dr. Mr. Masdoelhak Nasoetion di Yogyakarta 21 Desember 1948. Reaksi cepat badan
PBB ini untuk menanggapi berita yang beredar dan dilansir di London sebagaimana
diberitakan De Heerenveensche koerier : onafhankelijk dagblad voor
Midden-Zuid-Oost-Friesland en Noord-Overijssel, 01-02-1949. Masdoelhak Nasoetion
baru ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional tahun 2006.
*Dikompilasi oleh Akhir
Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.