*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini
Nama Karimata yang berada diantara pantai
barat pulau Kalimantan dan pulau Belitung hingga ini hari masih eksis, sebagai
nama pulau dan juga nama selat. Nama pulau Karimata juga digunakan sebagai nama
kawasan (kepulauaa) di sekitar pulau Karimata. Kepulauan ini berada di wilayah
kabupaten Kayong Utara, provinsi Kalimantan Barat. Namun artikel ini tidak
dalam konteks pantai barat Kalimantan, tetapi kepulauan Bangka dan Belitung.

Selat
Karimata adalah selat luas yang menghubungkan Laut Natuna dengan Laut Jawa.
Selat ini terletak di antara Pulau Sumatra dan Kalimantan di Indonesia. Lebar
selat ini sekitar 207 km apabila diukur dari Kalimantan hingga Pulau Belitung.
Belitung dipisahkan dari Pulau Bangka oleh Selat Gaspar. Bangka terletak dekat
pesisir timur Sumatra yang dipisahkan oleh Selat Bangka. Kepulauan Karimata
terletak di Selat Karimata. Selat Karimata juga merupakan salah satu selat
terbesar di Indonesia. Tempat ini juga menjadi lokasi jatuhnya pesawat
Indonesia AirAsia Penerbangan 8501 yang menewaskan 162 penumpang dan awak
pesawat pada 28 Desember 2014 (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah selat Karimata, antara
pulau Belitung dan pulau Kalimantan? Seperti disebut di atas, selat Karimata adalah
selat yang cukup lebar antara pulau Belitung dan pulau Kalimantan yang Namanya mengambil
nama pulau Karimata. Penamaan selat sejak era navigasi pelayaran perdagangan zaman
kuno. Lalu bagaimana sejarah selat Karimata, antara pulau Belitung dan pulau
Kalimantan?? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan
gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya
sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi,
sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti
surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Selat Karimata, Antara Pulau
Belitung dan Pulau Kalimantan; Navigasi Pelayaran Perdagangan Sejak Zaman Kuno
Nama selat Karimata mengambil nama dari nama
(pulau) Karimata. Pulau Karimata berada di arah timur pulau Belitung. Pulau
Karimata tidak garis diagonal dari pulau Belitung ke pulau Kalimantan, tetapi
tegak lurus dari pulau-pulau di selatan (Belitung) dengan pulau-pulau di utara
(kepulauan Karimata). Nama pulau Karimata sendiri paling tidak sudah dipetakan
dalam peta-peta Portugis dengan nama pulau Cherimata (Peta 1601). Hingga tahun
1724 di Hindia Timur hanya tiga buah selat yang diidentifikasi: Soenda, Malacca
dan Palambuan (Blambangan). Bagaimanana dengan (selat) Karimata.

Asal
usul nama Karimata, sulit diketahui. Secara toponimi nama yang mirip dengan
Karimata adalah (pulau) Karimun. Nama di daratan yang mirip adalah Karawang dan
Karawaci. Tentu saja di India ada nama Koromandel dan di Indonesia nama Karo.
Pada era Majapahit di dalam teks Negarakertagama dicatat nama Karitang (pantai
timur Sumatra).
Selat Karimata pada masa ini seakan ada jarak
yang jauh antara pulau-pulau di timur pulau Belitung dengan pulau-pulau kecil
barat pulau Karimata. Namun jika diperhatikan Peta 1665, seakan terdapat gugus
pulau yang sambung menyambung antara pulau Belitung dengan pulau Maya. Apakah
dalam hal ini di masa lampau (zaman kuno) terbentuk daratan yang menyatu dari
Semenanjung Malaya hingga pantai barat Kalimantan (melalui Bintan, Lingga,
Bangka, Belitung dan Karimata).

Pada
era Hindia Belanda di Jawa masih ditemukan di wilayah tertentu orang-orang
negrito (berkulit gelap). Populasi negrito yang cukup signifikan terdapat di
kepulauan Andaman. Lantas apakah di masa lampau zaman kuno Semenanjung Burma
menyatu dengan pulau Sumatra dan pulau Jawa? Sementara itu pada masa kini di Semenanjung
Malaya masih ditemukan orang negrito (Orang Semang) dan di pulau-pulau di
Filipina. Lalu apakah tempo doeloe jalur Semenanjung Malaya, Bintan, Lingga,
Bangka, Belitung dan Karimata menjadi jalur migrasi orang negrito dari (daratan)
Asia ke Filipina?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Navigasi Pelayaran Perdagangan
Sejak Zaman Kuno: Antara Tiongkok di Utara dan Australia di Selatan
Meski nama Karimata sudah dikenal sejak lama,
namun situasi dan kondisinya di zaman lampau, apalagi zaman kuno, kurang
terinformasikan. Pada era VOC hanya dikenal luas nama Pontianak sebagai eks
bagian wilayah Banten (yang kemudian beralih kepada VOC). Pun demikian dengan
pulau Billiton/Belitung kurang terinformasikan. Yang jelas bahwa pada tahun
1823 sudah ada kapal dagang yang diberitakan dari Batavia ke Karimatan (lihat Bataviasche
courant, 01-03-1823).
Orang
pertama Eropa yang menemukan (pulau) Kalimantan adalah Vasco de Gama. Orang-orang
Spanyol dan Portugis mencoba untuk menetap di Kalimantan di sekitar Sinkwang
dan di sepanjang pinggiran Pontianak. Pulau Kalimantan, sejauh yang bisa
dilihat, diperintah oleh sepuluh Sultan, yang masing-masing memiliki sejumlah
pangeran kecil di bawah mereka; sultan terkuat adalah dari Sooluh.
Para pemimpin lokal di kepulauan Karimata
tunduk kepada Sultan Matan (lihat Nederlandsche staatscourant, 30-09-1828).
Sebagaimana diketahui pada tahun 1821 cabang Pemeriutah Hindia Belanda sudah
terbentuk di pantai barat Kalimantan. Cabang pemerintahan di pantai barat
Kalimantan awalnya dimulai pada tahun 1816, untuk mengantisipasi masuknya
pedagang Amerika yang telah melakukan Kerjasama dengan Sultan Sambas (sementara
beberapa tahun sebelumnya sudah dibentuk cabang pemerintahan di Bandjarmasin). Lalu,
bagaimana dengan di Belitung?
Proses
politik yang terjadi di Eropa, pada tahun 1816 Inggris harus mengembalikan
pemerintahan kepada Pemerintah Hindia Belanda. Namun Inggris terkesan kurang
senang, karena sudah nyaman dengan keuntungan. Pasca pengembalian kepada
Pemerintah Hindia Belanda, terkesan hanya melepaskan wilayah jawa saja. Pada
tahun 1817 diplomasi dan pasukan militer Pemerintah Hindia Belanda mengusir
Inggris dari Bangka (lihat Dagblad der provincie Noord-Braband, 01-07-1817).
Dalam perkembangannya cabang pemerintahan di
bentuk di Bangka (Residenrtie Palembang en Bangka) setingkat Asisten Residen di
Muntok. Namun kawasan Bangka Beliting dan selat Bangka kerap terjadi gangguan
termasuk gangguan dari para bajak laut. Dalam hal ini mulai terbentuk koneksi
pemerintahan di Bangka Beliting di barat dan pantai barat Kalimantan di timur
yang dipisahkan oleh selat Karimata.
Pada
tahun 1820 terjadi gangguan di Palembang (lihat De Curaçaosche courant,
18-11-1820). Sejak ini status pemerintahan di Bangka ditingkatkan menjadi
pejabat Residen yang merangkap sebagai komandan militer (pangkat Letnan
Kolonel). Pada akhir tahun 1820 ini di Bangka juga terjadi gangguan para bajak
laut di wilayah selatan di sekitar Toboali dan pulau Lepar (lihat s
Gravenhaagsche courant, 11-06-1821). Para bajak laut ini dapat diusir militer
pemerintah Hindia Belanda (dan bergeser ke pantai timur Sumatra di daerah hilir
sungai Batanghari).
Seperti disebut di atas, pada tahun 1823 dilaporkan
adanya kapal dagang dari Batavia ke Karimata, seakan mengindikasikan di wilayah
perairan di selat Gaspar sudah aman dari gangguan yang antara lain dating dari
para bajak laut. Tampaknya, selat Gaspar dan selat Karimata mulai kondusif dalam
navigasi pelayaran perdagangan. Sementarea itu juga di wilayah utara sudah
dibentuk cabang pemerintahan di Riau dimana residen berkudukan di pulau Bintan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.