*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini
Pada masa ini di pulau Bangka dan pulau
Belitung, antara satu kota dengan kota lain terhubung dengan jalan raya.
Jaringan jalan yang melintasi di seluruh pulau kini menjadi domain dalam pencarian
lokasi geografis (shareloc) dan jalan raya menjadi pananda navigasi visual
(googleearth). Semua itu di masa lampau bermula dari pelayaran laut (coast to
coas) hingga munculnnya rintisan jalan darat, yang terus berkembang hingga
zaman Now.

Seperti
halnya sejarah Kesehatan penduduk, sejarh jalan raya di pulau Bangka (dan pulau
Belitung) tidak hanya tidak terinformasikan tetapi juga tidak terperhatikan.
Sejarah perjalanan di pulau Bangka, hanya dikaitkan dengan sejarah kota-kota pelabuhan
yang tidak terhubung satu sama lain, karena yang diperhatikan adalah lalu
lintas pelayaran di pulau Bangka dan Belitung melalui laut (yang berbeda dengan
di pantai timur Sumatra seperti di wilayah provinsi Sumatra Selatan dan
provinsi Jambi yang sekarang yang dihubungkan dengan lalu lintas sungai. Oleh
karena itulah, sejarah jaringan jalan di pulau Bangka dan pulau Belitung
terlupakan dan terabaikan. Fakta bahwa masa kini, kita di Bangka dan Belitung
sehari-hari menjalani kehidupan melalui jalan-jalan raya.
Lantas bagaimana sejarah jalan raya di pulau Bangka
dan pulau Belitung? Seperti disebut di atas, hal itu kurang terperhatikan,
faktanya kini kita hidup menggunakan jalan raya. Dulu Coast to Coast melalui laut,
kini jalan antar kota di dalam pulau. Lalu bagaimana sejarah jalan raya di pulau
Bangka dan pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah
seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan
tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah
sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung
(pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis)
dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Jalan Raya di Bangka dan
Belitung; Dulu Coast to Coast Melalui Laut, Kini Jalan Antar Kota di Dalam Pulau
Tidak ditemukan peta sebelum tahun 1850 yang
mengindikasikan adanya jalan darat di pulau Bangka. Peta-peta yang ada adalah
peta-peta navigasi pelayaran yang mengidentifikasi kedalaman laut di seputar
pulau Bangka (lihat misalnya Peta 1849). Oleh karena pulau Bangka adalah pulau
kecil, maka peta laut lebih penting dari peta daratannnya.

Dalam
Peta 1849 kedalaman laut di seputar pulau Bangka dan pulau Belitung tidak lebih
dari 20 meter. Bahkan ada kedalaman hanya dua meter. Pengukuran kedalaman laut
dalam peta mengindikasikan pentingnya (saat iti) navigasi pelayaran. Meski
selat Bangka adalah jalur utama pelayaran saat itu, tetapi ada juga kedalaman yang
hanya tiga meter. Oleh karenanya navigasi pelayaran di selat Bangka sangat
diperlukan kehati-hatian. Hal itulah mengapa peta laut sangat diperlukan dalam
peta pulau Bangka dan pulau Belitung pada permulaan cabang pemerintahan di
(Residentie) Bangka.
Pulau Bangka sendiri sudah diidentifikasi
sejak lama, sejak era Portugis. Oleh karena pedagang-pedagang Portugis berdagang
hingga (kota) Palembang di daerah aliran sungai Musi, maka pulau Bangka hanya
diidentifikasi pulau kecil yang hanya memiliki arti pada nama itu sendiri.

Satu
nama tempat terawal yang diidentifikasi di pulau Bangka hanya kota (benteng)
Minto tidak jauh dari kampong kecil di pantai barat laut pulau Bangka (yang
sejajar dengan hulu sungai Upang; jaliur masuk ke Palembang). Oleh karenanya pembentukan
benteng Minto (yang kemudian dikenal Muntok) sangat strategis dengan jalan
masuk ke Palembang (yang menjadi alas an benteng Minto didirikan). Pada Peta 1845
belum teridentifikasi jalan darat (hanya jalan laut dengan identifikasi
kedalaman laut).
Tidak diketahui secara pasti kapan pembangunan jalan (rntisan) di pulau
Bangka dimulai. Besar dugaan rintisan jalan dimulai yang diidentifikasi pada
peta awal Angkatan laut Pemerintah Hindia Belanda tahun 1856 (lihat peta-peta Melvill
van Caranbee). Pada Peta 1883 sudah terbentuk jalan darat dari satu kota ke
kota lainnya di seluruh pulau. Hingga masa ini. Muntok masih menjadi kota utama
(ibu kota Residentie Bangka). Kota-kota lain yang diidentifikasi dimana
pengawas pertambangan ditempatkan sejak awal pembentukan pemerintahan di Bangka
(dan Belitung) adalah Djeboes, Blinjoe (di teluk Klabat), Soengai Liat,
Batoerosa dan Pangkal Pinang. Semua kota ini berada di bagian utara, dimana
Controelur ditempatkan di Pangkal Pinang, Batoeroesa, Blinjoe dan Djeboes. Di
bagian selatan pulau kota Soengei Selan di pedlaman dan kota Koba di pantai
timur dan kota Toboali dipantai barat.
Di
pantai barat pulau Bangka, kota Munto (ibu kota) di utara tidak terhubung
dengan kota Soengei Selan (di tengah), maupun antara kota Seilan dengan kota
Toboali di selatan. Kota Toboali juga disebut kota Sabang. Kota Pangkal pinang
menjadi simpul utama jalan darat di seluruh pulau. Jalam utama tampaknya antara
Muntok di barat dan Pangkal Pinang di timur. Diantara dua kota, ini jalan
terhubung ke kota Soengai Liat. Lalu dari kota Songai Liat ke untra ke Blinjoe
dan ke selatan ke kota Batoeroesa. Meski antara kota Batoeroesa dan kota
Pangkal Pinang sangat berdekatan di pantai timur tetapi tidak terhubung jalan
darat karena hambatan adanya kawasan rawa-rawa. Di pantai utara kota Blindjoe
dan kota Djebooes belum terhubung sepenuhnya, masih ada hambatan (pemisahan) pada
ruas kawasan danau Klabat. Kota Djeboes sendiri terhubung ke barat di Muntok. Dari
kota Pangkal Pinang terhubung ke pedalaman di kota Soengai Liat. Dari kota
Pangkal Pinang sepanjang pantai ke selatan menuju kota Koba dan seterusnya dari
Koba ke Toboali.
Pada Peta 1892 rute jalan utama tidak berubah
antara satu kota dengan kota lainnya Yang disebut di atas, Hanya saja ada
perubahan pada jalan utama dimana antara kota Pangkal Pinang dan kota
Batoeroesa sudah terhubung. Sementara itu di utara jalan utama yang dipisahkan
oleh danau Klabat, jalan utama baik dari sisi barat maupun dari sisi timur
diperpanjang pada jarak terpendek (hanya benar-benar dipisahkan oleh perairan
teluk Klabat saja), Satu yang berubah pada Peta 1892 adalah jalan-jalan yang
sebelumnya jalan rintisan (tanah) sudah beberapa ruas jalan ditingkatkan menjadi
jalan arteri (yang menuuju ke jalan utama).
Dalam
Peta 1892, ada perkembangan baru dimana nama-nama kompong sebelumnya telah
diidentifikasi sebagai kota kecil (kota yang lebih kecil dari kota-kota yang
disebut di atas). Ke kota-kota kecil inilah jalan arteri dibangun dari jalan
utama.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Dulu Coast to Coast Melalui
Laut, Kini Jalan Antar Kota di Dalam Pulau: Dimana Bermula, Bagaimana
Terhubung?
Sudah barang tentu pembangunan jalan dimulai
dari dua kota utama Muntok di barat dan kota utama kedua di Pangkal Pinang di
timur. Pada Peta 1932, ibu kota Residentie Bangka en Belitoeng ditandai di
Pangkal Pinang. Ini berarti ibu kota yang sejak awal di Muntok telah direlokasi
ke Pangkal Pinang dimana kedudukan yang baru residen. Di Muntok ditempatkan
controelur. Controleur juga ditempatkan di Blinjoe dan Toboali. Kota Djeboes yang
terkenal di masa lalu kini hanya ditandai sebagai kampong kecil.
Pada
Peta 1932 ini julur jalan darat utama sebagai jalan yang dapat dilewati oleh
mobil yakni antara Pangkal Pinang ke barat di Muntol, dari Pangkal Pinang ke
Belinjoe melalui Soengai Liat, dan dari Pangkal Pinang ke Toboali melalui Koba.
Jalan-jalan utama yang dulu yang ditandai menjadi jalan kelas kedua adalah
jalur dari Simpang ke Djeboes terus ke selat Klabat dan jalur ke kota Soengai
Selan. Jalan kelas kedua ini termasuk ke kota-kota kecil lainnya, termasuk ke
pantai barat dari Pangkal Pinang dan Koba Jalan kelas dua ini ke pantai barat
adalah hingga ke Tanjoeng Nioer, Pangakalan Mendoek, Radjik plus Sungai Selan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.