Sejarah

Sejarah Bangka Belitung (24): Pulau Tujuh, Pulau Sengketa Riau dan Bangka Belitung; Pulau Berhala, Sengketa Antara Riau-Jambi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Pulau Tujuh? Mengapa kini penting. Pada era
Pemerintah Hindia Belanda, pulau ini tidak diperhatikan bahkan kurang
terinformasikan. Meski demikian, nama pulau Tujuh sudah dikenal lama, suatu
pulau yang di dalam peta-peta Pemerintah Hindia Belanda diidentifikasi dalam
peta Bangka. Apakah pulau Tujuh diidentifikasi dalam peta (kepulauan) Riau?
Yang jelas pada masa ini menjadi dipersengkatakan antara Riau dan Bangka
Belitung.


Inilah Sejarah Pulau Tujuh, Lokasi Dekat
Bangka Belitung yang Kini Jadi Milik Kepulauan Riau. BANGKAPOS.COM – Hampir
20 tahun menjadi sengketa sekaligus bom waktu bagi Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dan Provinsi Kepulauan Riau, kini jelas sudah status Pulau Tujuh. Sempat
dipertahankan Babel sebelumnya, Pulau Tujuh saat ini sudah masuk ke dalam
wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Hal itu tertuang dalam terbitnya Keputusan
Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 050-145 tahun 2022 tentang Pemberian
dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, dan Pulau tahun
2021 yang disahkan tanggal 14 Februari 2022. Sejak enam bulan lalu, pulau
dengan jumlah tujuh gugusan itu bukan lagi termasuk wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Di dalam Kepmendagri Nomor 050-145 tahun 2022, Desa Pekajang
di Pulau Tujuh ditetapkan sebagai bagian Kecamatan Lingga, Provinsi Kepulauan
Riau. Posisi Desa Pekajang berkode 21.04.02.2001 berada paling atas desa-desa
lainnya di Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Kepri. Secara geografis, Pulau
Tujuh memang lebih dekat dengan Kabupaten Bangka, ketimbang Kepulauan Riau. Dari
Bangka, perjalanan ke Pulau Tujuh hanya tiga jam dari Teluk Limau, Parittiga,
Bangka Barat sementara dari Lingga delapan jam. Namun begitu, keputusan
masuknya gugusan Pulau yang berada di utara Pulau Bangka ini ke Provinsi
Kepulauan Riau ternyata tak berlandaskan satu dua alasan saja
(https://bangka.tribunnews.com/2022/08/05/)

Lantas bagaimana sejarah Pulau Tujuh, pulau sengketa
Riau dan Bangka Belitung? Seperti disebut di atas, pada masa ini ada sejumlah
pulau(-pulau) yang dipersengkatan antara satu daerah dengan daerah lain. Sebelumnya
juga pulau Berhala, sengketa antara Riau dan Jambi. Lalu bagaimana sejarah Pulau
Tujuh, pulau sengketa Riau dan Bangka Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo
doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah
seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan
tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah
sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung
(pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis)
dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Pulau Tujuh, Pulau Sengketa
Riau dan Bangka Belitung; Pulau Berhala, Sengketa Antara Riau dan Jambi

Sejak era Pemerintah Hindia Belanda, tentang
pulau atau kepulauan di perbatasan sudah diperhatikan. Hal ini karena pulau di
perbatasan kerap dijadikan sebagai batas teritori. Hal itulah yang terjadi
dengan pulau Miangas pada tahun 1898, yang sempat diklaim Amerika Serikat
(berdasarkan peta-peta Spanyol), namun Pemerintah Hindia Belanda juga
mengklaim. Dalam pengadilan arbitrase status pulau itu, pada akhirnya
dimenangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1915.


Di
dalam negeri (baca: Hindia Belanda), pemerintah kurang memperhatikan masalah
perbatasan ini, terutama di wilayah abu-abu, seperti pulau Berhala antara (redisentie)
Riau dan (residentie) Jambi. Namun dalam peta 1922, pulau Berhala masuk dalam
wilayah Residentie Riouw. Lantas mengapa kini, pulau Berhala masuk wilayah provinsi
Jambi. Bagaimana dengan pulau Toedjoeh? Peta 1922

Dalam Peta 1922, pulau Tujuh antara residentie
Riau dan residentie Bangka en Onderh yang diidentifikasi sebagai kepulauan
Toejoeh (Toejoeh Eilanden) masuk dalam wilayah batas residentie Riau en Onderh.
Dalam Peta 1934 pulau Toejoeh juga dimasukkan dalam wilayah Residentie Riouw en
Onderh. Bagaimana bisa muncul klaim provinsi Bangka dan Belitung pada masa ini
terhadap pulau Tujuh? Tentu menjadi menarik dengan merujuk pada kasus pulau Berhala.


Jarak
terdekat tidak selalu menjadi ukuran bahwa suatu pulau dimasukkan ke daratan
terdekat dalam batas wilayah administrasi. Hal serupa ini dulu dengan pulau
Miangas yang justru posisi GPS lebih dekat ke Filipina di pulau Minadanao. Pun
demikian dengan pulau Natal dan pulau Kelapa yang begitu dekat dengan pantai
selatan Jawa, secara administrasi masuk wilayah (negara) Australian. Agak berbeda
kasusnya dengan (kepulauan) Natuna di Laut Cina Selatan. Di dalam negeri
(Hindia Belanda), pulau di wilayah abu-abu juga terjadi dengan pulau Penida (di
selat Lombok) dan pulau Balabalangan di selat Sulawesi antara provinsi
Kalimantan Timur dan provinsi Sulawesi Barat. Dan tentu saja ada lagi di
wilayah lainnya.

Nama Pulau Toedjoeh harus dibedakan yang
berada diantara pulau Bintan dengan pantai barat Kalimantan (ondeafdeeling Poelau
Toedjoeh), dengan pulau Toejoeh yang berada diantara pulau Singkep dan pulau
Bangka. Keberadaan Poelau Toedjoeh di Onderafdeeling Lingga (Afd Lingga, Residentie
Riaouw) paling tidak diberitakan pada tahun 1897 (lihat Tijdschrift van het
Aardrijkskundig Genootschap, 1897). Disebutkan: ‘Saya belum menemukan nama Pon
di mana pun, tetapi yang jelas disini kita berhadapan dengan salah satu pulau
di gugusan Toedjoeh atau Kadjangan, yang terletak di sebelah utara Banka.
Tanggal 1 Mei dihabiskan untuk mengambil air dan kayu bakar, tetapi hanya
sedikit yang diperoleh, karena pulau itu sulit dijangkau”.


Berdasarkan
Peta 1922, pulau-pulau di Kepulauan Toedjoeh antara lain pulau Kadjangan dan
pulau Djebia. Boleh jadi nama kepulauan tersebut Poelau Todjoeh karena awalnbya
terdiri dari tujuh pulau, tetap dalam Peta 1922 jumlah pulau lebih dari tujuh
buah. Pulau terbesar adalah pulau Kadjangan dan pulau Djebia. Pulau Toejoeh di barat
laut pulau Bangka tidak terlalu dikenal, tetapi keberadaannya sudah dipetakan.

Tampaknya pulau Toedjoeh kurang dikenal dalam
navigasi pelayaran, karena sulit dijanngkau. Siapa yang bermukim di kepulauaan
ini tidak terinformasikan. Boleh jadi pulau-pulau dianggap penting karena
sebagai penanda navigasi. Pada tahun 1905 nama Poelau Toejoeh disebut berada di
utara pulau Bangka (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 25-03-1905). Oleh karena
pulau Tedjoeh ini dimasukkan ke dalam wilayah residentie Riouw en Onderh. Diduga
kuat menjadi bagian yang kerap disinggahi para nelayan dari pulau
Singkep/Lingga.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pulau Berhala, Sengketa Antara
Riau dan Jambi: Bagaimana Antara Riau dan Bangka Belitung Soal Pulau Tujuh?

Seperti disebut di atas, pulau Toedjoeh di
dalam peta (Peta 1922) meski cukup dekat dengan pulau Bangkan, tetapi
dimasukkan ke dalam wilayah Residentie Riau.
 
Berdasarkan beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda, tanggal 2 Februari
1922 No 34 (stbsls 1922 No 66), dimasukkan ke dalam onderfadeeling Lingga. Penetatap
ini diduga yang menjadi dasar dalam penarikan garis wilayah dalam Peta 1922.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top