*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini
Pulau Lengkuas dulu disebut (diidentifikasi)
dengan nama pulau Langkoeas. Sebelum namanya terkenal seperti sekarang sebagai
pulau eksotik, pada masa lampau pulau Langkoeas memiliki lampu mercusuar
(vuurtoren). Pertanyaannya: mengapa lampu mercusuar dibangun di pulau Langkoeas?.

Pulau Langkoeas berada di selat Gaspar, tepatnya di selat Stolze. Pulau Lengkuas pada
masa ini dapat dikatakan pulau terjauh di utara pulau Belitung. Namun pada masa
mercusuar di pulau Langkoeas dibangun, pulau terjauh di utara di selat Gaspar
adalah pulau Gaspar, Pulau ini tampaknya kini telah hilang. Sementara itu,
sebelum mercusuar di pulau Langkoeas dibangun, mercu suar yang sudah dibangun
berada di pulau Tjelaka (barat pantai pulau Liat di dekat kampong Pongoh) dan
Oedjoeng Laboe, pulau Lepas (Klippige Hoek) di timur pulau Lepar. Dua mercusuar
ini dapat dikatakan sebagai pengamanan di selat Macclefield. Satu mercusuar
yang pertama dibangun sejak lama adalah mercusuar di Tanjung Kilian, barat kota
Muntok. Sebelum mercusuar di pulau Langkoeas sebelumnya sudah dibangun mercu
suar di Kembong atau Hoog Eiland (barat laut P Mendanau) dan Tandjoeng Empang,
barat laut Tandjoeng Binga.
Lantas bagaimana sejarah Pulau Lengkuas di pantai
utara Pulau Belitung? Seperti disebut di atas, pulau Lengkuas pada masa lampau
mulai dikenal karena dibangun mercusuar. Namun secara khusus menarik
diperhatikan penampakan geomorfologis pulau eksotik, termasuk pulau Lengkuas
dan sejarah mercusuar di kepualauan Belitung. Lantas bagaimana sejarah Pulau
Lengkuas di pantai utara Pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo
doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah
seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan
tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*. Peta 1894
Pulau Lengkuas di Pantai Utara
Pulau Belitung; Geomorfologis Pulau Eksotik dan Sejarah Mercusuar Belitung
Sebelum pulau eksotik pulau Lengkuas menjadi popular,
di masa lampau pulau Langkoeas hanyalah dianggap sebagai tempat persinggahan
para nelayan, dan daratan yang dapat menyelamatkan para pelaut yang terdampar
karena badai besar (di Laut Cina Selatan). Pulau ini juga adakalanya menjadi
ranjau malam dalam navigasi pelayaran malam bagi kapten kapal yang kurang hati-hati.
Itulah awal kisah pulau Langkoeas yang kini menjadi salah satu pulau pavorit di
kepulauan Belitung. Dalam konteks inilah muncul dan pentingnya eksistensi
mercusuar di pulau Langkoeas.

Seperti
kita lihat nanti, sebelum tahun 1859 hanya ada satu lampu pantai, yaitu menara
kayu di titik keempat (pulau) Jawa di dekat Anjer, yang runtuh pada tahun 1855,
dan untuk itu dibangun menara batu sebagai gantinya. Memang ada berbagai suar
dan penanda untuk navigasi siang hari, tetapi baru pada tahun tersebut sistem
umum penerangan pantai diputuskan pada prinsipnya, yang diharapkan akan
terwujud dalam waktu sekitar dua puluh lima tahun (untuk itu diperlukan dengan
perkiraan dua juta gulden, dimana akan dibangun sepuluh mercusuar orde/kelas
pertama, delapan belas mercusuar kedua, dan sepuluh mercusuar ketiga, serta dua
belas lampu pelabuhan. Beberapa perubahan telah dilakukan pada program ini
selama implementasi bertahap, tetapi kemudian lebih dari tiga puluh lampu
pantai tersedia dan jumlah lampu pelabuhan bahkan lebih banyak. Secara umum,
tampaknya di banyak titik lampu dengan ukuran yang lebih kecil sudah cukup,
karena selain sembilan menara menara pertama dan delapan menara kedua, hanya
ada satu lampu tingkat ketiga (Tjilatjap), tetapi ada lebih banyak lampu
tingkat keempat dan orde kelima, sedangkan lampu pelabuhan diklasifikasikan di
bawah orde keenam. Dari segi konstruksi, menara adalah: seluruhnya dari batu,
seperti pada titik pertama pulau Jawa, Poeloe Bras, Tandjong Kalean (selat Bangka)
pada titik kedua, Tjilatjap pada urutan ketiga, Batavia dan Makassar pada urutan
keempat. Peta 1918
Pembangunan
mercusuar di pulau Langkoeas dibangun setelah beberapa mercusuar dibangun di Bangka.
Setelah mercusuar di Tandjoeng Kalian di Muntok (selesai 1865), dua mercu suar
berikutnya di Pulau Tjelaka (pulau Liat) tahun 1869 dan di Ojoeng Laboe, pulau
Lepar (Klippige Hoek) sebelah timur pulau Lepar (selat Macclefield) tahun 1870.
Pembangunan mercusuar pulau Langkoeas bersamaan dengan di Si Medang tahun 1882.

Pada
tahun 1881, sekretaris Menteri Koloni di Den Haag mengumumkan ke publik untuk
tender pembangunan mercusuar di pulau Mendanau (lihat Nederlandsche
staatscourant, 20-09-1881). Pembangunannya diketahui sudah berlangsung pada
bulan Maret 1882 (lihat Bataviaasch handelsblad, 11-03-1882). Departemen Angkatan Laut
pada bulan Desember 1883 mengumumkan telah diangkat seorang petugas pengawas
lampu mercu suar di pulau Mendanau (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-12-1883). Disebutkan Panglima
Angkatan Laut dan Kepala Departemen Angkatan Laut mengangkat A Wijkman sebagai
Lichtopzicnter kelas 3 di Po, Mendanao, yang sebelumnya sebagai kustlight
étabblissement kelas empat di pulau Duiven eiland. Secara keseluruhan mercusuar
di pulau Mendanau selesai dibangun Februari 1884. Foto: Miki TV
Setelah urusan lampu mercu suar selesai di
pulau Mendanau, pemerintah kemudian ingin memacu pembangunan di pulau tersebut.
Tidak lama kemudian pemerintah menyewa kapal, untuk menyediakan lalu lintas
regular untuk menghubungkan antara Tandjoeng Pandan dengan pulau Mendanau dan
pulau Lengkoeas (lihat Bataviaasch handelsblad, 07-02-1884). Dalam hal inilah,
di satu pihak navigasi pelayaran di sekitar pulau Langkoeas lebih aman, dan di
pihak lain pulau Langkoeas akan memiliki transportasi regular.

Harus
diingat bahwa pada saat itu, orang belum berpikir apa arti pulau Langkoeas yang
eksotik. Orang hanya berpikir bahwa pulau Langkoeas adalah pulau yang jauh di
tengah lautan. Hanya orang pada masa ini yang memiliki persepsi baru tentang
pulau eksotik pulau Langkoeas sebagai destinasi wisata baru. Namun jika memperhatikan
upaya pemerintah menyelenggarakan pelayaran secara regular ke pulau Lengkuas
pada tahun 1884, tentu saja tidak dalam kepentingan pembangunan seperti di
(pulau) Mendanau, dan tentu saja tidak hanya sekadar melayani petugas pengawas
mercusuar di pulau Lengkuas. Yang jelas populasi penduduk tidak terdapat di
pulau Lengkuas. Besar dugaan rute pelayaran ke pulau Lengkuas untuk mendukung
para wisatawan untuk mengunjungi pulau Lengkuas yang eksotik.
Bagaimana prospek wisata ke pulau Lengkoeas
pada permulaan dibangunnya mercusuar di pulau Lengkoeas tidak diketahui, dan
juga bagaimana kelanjutan pelayaran dari kota Tanjung Pandan secara regular juga
tidak terinformasikan. Yang jelas pada tahun 1934 satu kapal pesiar dari
Batavia dilaporkan mengunjungi pulau Langkoeas (lihat De locomotief, 17-04-1934).
Disebutkan kapal
pesiar (jachtje) Moby Dick telah mengunjungi pulau Lengkoeas.

Dalam
berita itu disebutkan kapal KPM Tosari telah membawa kapal pesiar Moby Dick
dari Batavia, kemudian kapal pesiar itu diturunkan dekat dekat pulau mercusuar
Langkoeas. Selain pemilik kapal pesiar, W Verploegh-Chassé, ada satu penumpang,
satu djoroemoedi dan satu pelaut di dalamnya. Semuanya ada di kapal. Kapal
pesiar kecil Moby Dick kemungkinan akan tiba di pelabuhan Tandjoeng Priok pada
malam 17 April. Dari departemen bagian KPM diketahui bahwa kapal Tosari telah
tiba hari ini di Tandjoeng Priok dengan, antara lain, sebagai penumpang di
kapal Ny. Verploegh-Chassé dan dua anak, tetapi mereka tidak melakukan
perjalanan di kapal pesiar. Oleh karena itu, W Verploegh-Chassé agen Javasche
Bank di Batavia hanya melakukan perjalanan berlayar sendirian (tidak beserta
keluarga).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Geomorfologis Pulau Eksotik
dan Sejarah Mercusuar Belitung: Mengapa Mercusuar Dibangun di Pulau Langkoeas?
Pulau Langkoeas sebagai pulau eksotik adalah
satu hal. Sementara pembangunan mercusuar di pulau Langkeoas adalah hal lain. Sedangkan
sejarah pulau Langkoeas secara geomorfologis adalah hal lain lagi. Satu yang
khas tentang pulau Langkoeas adalah terbilang gugus pulau-pulau kecil terjauh
dari daratan pulau Belitung. Gugus pulau-pulau yang lain adalah pulau Kepayang
dan gugus pulau Kelayang dan pulau Burung. Bentuk permukaan gugus-gugus pulau
tersebut kurang lebih sama dimana hamparan bebatuan (besar dan kecil) cukup
menonjol, yang menjadikan kawasan pulau menjadi eksotik.

Namun
harus diingat hamparan bebatuan semacam ini di pulau-pulau eksotik juga ditemukan
di pesisir pantai pulau-pulau lainnya, termasuk pulau besar, pulau Bangka dan
pulau Belitung. Secara geomorfologi umumnya dalam pembentukan kepulauan Bangka
dan kepulauan Belitung berasal dari era yang sama di zaman kuno, dimana permukaan
pulau-pulau mengandung granit dan kuarsa. Dalam hal ini bebatuan besar seakan menggambarkan
sisa area granit dan hamparan pasir di permukaan pulau, pesisir pantai dan bawah
air (pasir laut yang putih) seakan mencerminkan sisa area permukaan pulau yang
mengandung kuarsa.
Seperti halnya pulau-pulau lainnya di kawasan,
pulau Langkoeas diduga pada awalnya lebih luas dari yang sekarang, bahkan
ketinggiannya jauh lebih tinggi di masa lampau dibandingkan permukaan tertinggi
pulau Langkoeas yang sekarang. Pengaruh cuaca (angin, hujan dsb) serta pengaruh
arus laut dan gelombang (ombak) telah mengikis daratan pulau Langkoeas dari
masa ke masa sehingga permukaan pulau Langkoeas di sejumlah area hanya meninggalkan
hamparan bebatuan yang besar diantara permukaan granit. Bebatuan yang besar ini
juga kemungkinan telah jauh lebih rendah karena lapisan tanah di bawah bebatuan
terkikis karena erosi dan abrasi yang terus berlangsung sepanjang masa.

Area
dimana mercusuar berada, merupakan permukaan pulau yang terdapat vegetasi (lingkaran
kuning). ketinggiannya di atas permukaan laut memungkinkan terbentuknya
tanah-tanah mineral yang dapat tumbuh vegetasi.
Beberapa pulau kecil hanya hampran bebatuan belaka, yang di satu sisi
telah tererosi dari wujud aslinya dan di sisi lain tidak dimungkinkan kembali terbentuk
tanah-tanah mineral untuk pertumbuhan vegetasi. Pulau-pulau hamparan bebatuan
inilah di pulau Langkoeas terbilang area yang paling eksotik. Tentu saja ada kemungkinan
pulau-pulau di sekitar yang telah lama hilang dan berpotensi hilang di atas
permukaan laut (lingkaran putih). Hamparan bebatuan besar di sisi utara pulau
Langkoeas seakan menjadi benteng pertahanan bagi keberadaan pulau Langkoeas
yang masih hijau.
Pulau Langkoeas, area dimana terdapat hamparan
bebatuan besar, pada masa lampau, pengaruh alam yang mengikis permukaan pulau, menyebabkan
pulau-pulau yang hilang dan pulau-pulau yang menyisakan hamparan bebatuan telah
mereduksi fungsi pulau alami yang berpotensi terbentuk pertumbuhan vegetasi.
Permukaan pulau hamparan bebatua seakan tidak berguna lagi bagi mahluk hidup (pertumbuhan
vegetasi dan tempat tinggal manusia), namun hukum alam selalu memberi manfaat,
jika tidak kepada satu pihak tetapi bagi pihak yang lain, dimana suatu saat
manusia akan melihatnya sebagai suatu keunikan dan keindahan tersendiri—suatu pulau
hamparan bebatuan yang menjadi destinasi wisata baru yang eskotik. Boleh jadi salah
satu diantara yang menyadarinya sejak awal adalah W Verploegh-Chassé yang berkunjung ke pulau
Lengkuas pada tahun 1934 (hanya sekadar untuk melihat hamparan bebatuan yang
memunculkan keindahan baru).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.