*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini
Pulau
gunung Karakatau tidak di pulau Sumatra dan juga tidak di pulau Jawa. Pulau
Karakatau terletak diantaranya. Pulau ini seakan menjadi ‘jembatan selatan’
lalu lintas penduduk diantara kedua pulau. Di pulau Karakatau ini, terdapat
gunung tertinggi yang namanya sesuai dengan nama pulau. Menurut catatan yang
ada, gunung Karakatau pernah meletus pada tahun 1883 yang menyebabkan tsunami.
Tidak hanya gempa dan debu vulkanik, juga semburan air laut yang tinggio muncul
dengan gelombang cepat menuju pantai (tsunami) menghancurkan wilayah barat Jawa
dan selatan Sumatra.

pulau Jawa di selat Sunda. Namun dua pulau yang penting adalah pulau Karakatau
dan pulau Sangiang. Jika pulau Karakatau dapat dianggap ‘jembatan selatan’ lalu
lintas penduduk di selat dari pantai barat pulau Sumatra, pulau Sangiang dapat
dikatakan sebagai ‘jembatan utara’ lalu lintas penduduk di selat dafri pantai
timur pulau Sumatra ke pulau Jawa. Jembatan utara ini dari pulau Sumatra menuju
kota (pelabuhan) Anyer. Pelabuhan Anyer adalah pintu gerbang (gateway) menuju
pedalaman Jawa di Banten. Sementara pulau Karakatau sebagai jembatan selatan
menuju kota pelabuhan Caringin (sebagai gateway menuju pedalaman Banten). Anyer
dan Caringan adalah dua kota kuno (era Hindoe) di pantai barat pulau Jawa. Nama
Anyer dan Caringan diduga kuat merujuk pada nama India yakni Anier dan
Charingia. Nama-nama Karakatau dan Sangiang juga merujuk pada nama-nama India.
Carakata dan Sangia.
Bagaimana
sejarah pulau dan gunung Karakatau? Seperti halnya nama Anier (Anyer), nama Karakatau
sudah diidentifikasi pada peta-peta Portugis. Yang jelas bahwa gunung tertinggi
di pulau (Karakatau) meletus pada tahun 1883 yang mengakibatkan tsunami besar
dan menyapu habis kota Anyer dan kota Caringin. Lalu bagaimana sejarah
keseluruhan tentang Karakatau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Nama Karakatau: Jembatan
Selatan Sumatra-Jawa
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Gunung Karakatau Meletus 1883
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.