*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini
Sejarah
pendidikan di Banten sesungguhnya termasuk awal, bahkan sebelum ada sekolah untuk pribumi di
Batavia, di Banten tepatnya di Serang sudah ada sekolah untuk pribumi yang
didirikan oleh pemerintah. Namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa
tidak cepat tumbuh dan berkembang seperti di tempat lain?.Ketika tiba saatnya, putra-putra Banten dapat
mencapai pendidikan setinggi-tingginya: Hussein Djajadinigrat orang pribumi
pertama yang meraih gelar doktor (Ph.D) di Leiden pada tahun 1913.

berjalan normal, pada tahun 1819 sudah mulai dibentuk sekolah untuk anak-anak
pribumi untuk lebih mengenal pendidikan modern (aksara Latin). Namun
sekolah-sekolah yang didirikan di Batavia, Soerabaja dan Semarang dan kemudian
disusul di Padang, tetapi tidak mendapat respon yang baik dari orang tua yang
berpikir bahwa sekolah belum dibutuhkan anak-anak dan orang tua membutuhkan
tenaga mereka untuk produksi. Sekolah untuk pribumi mati suri, sementara
sekolah untuk anak-anak Eropa (Belanda) terus eksis. Akan tetapi kesadaran
perlunya pendidikan itu secara perlahan meningkat. Di Soeracarta mulai banyak
didirikan sekolah (berbahasa campura Melayu dan Jawa). Pada tahun 1846 Residen
Padangsche mendirikan sekolah di Fort de Kock lalu pada tahun 1849 di Afdeeling
Mandailing en Angkola (Residentie Tapanoeli) asisten residen mendirikan
sekolah. Pada tahun 1851 di Soerarta didirikan sekolah guru Kweekschool tot
opleiding van Inlandsche Onderwijzers (Kweekschool) yang diasuh oleh DW Palmer
van den Broek (yang dibantu oleh J van Hangen). Inilah sekolah guru untuk
pribumi yang pertama untuk mempercepat pengadaan guru yang lebih banyak.
Lantas
bagaimana sejarah pendidikan di Banten? Pendirian sekolah untuk pribumi di Residentie Banten
ditempatkan di ibu kota baru di Serang pada tahun 1851 (tahun yang mana sekolah
guru Kweekschiool di Soeracarta didirikan). Bagaimana semua itu bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Sekolah di Serang: Eropa dan
Pribumi
Dalam
Almanak 1849 dicatat sejumlah wilayah (Residentie) telah memiliki komisi
pendidikan. Komisi pendidikan ini umumnya diketuai oleh Residen dengan beberapa
anggota dengan satu sekretaris. Namun dalam almanak ini hanya (atau mungkin
baru itu yang ada) sekolah dasar Eropa (lager school) yang dicatat adanya. Boleh
jadi (baru) itu yang masih menjadi perhatian pemerintah (daerah).
Sekolah dasar (lager school) Eropa (ELS) tersebut
yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang merangkap guru atau kepala sekolah
yang dibantu oleh satu atau dua guru. ELS terdapat di Batavia (Weltevreden),
Banten (Serang), Buitenzorg, Cheribon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Rembang,
Soerabaja, Gresik, Sumenep, Pasoeroean, Bagelen (Poerworedjo), Kedoe,
Djogjakarta, Soeracarta Sumatra’s Westkusr (Padang), Bengkoelen, Riouw,
Makassar, Amboina, Banda, Ternate dan Manado, ELS di Serang hanya diasug oleh
seorang kepala sekolah yang merangkap guru AG van Velthuijsen. Selain sekolah
dasar negeri, juga ada sekolah yang dimiliki swasta (Katolik) seperti di
Semarang, Soerabaja dan Amboina. Di Manado, selain sekolah Eropa juga ada
sekolah berbahasa Melayu (tidak dijelaskan pemerintah atau swasta).
Empat
tahun kemudian (Almanak 1853) komisi pendidikan bertambah di (Residentie) Japara,
Bezoeki (Probolinggo), Banjoewangi. Kedirie, Palembang, Bandjarmasin dan Timor
(Koepang). Ini mengindikasikan cakupan wilayah pendidikan semakin meluas. Untuk
tarif pendidikan sekolah dasar negeri sesuai dengan Biaya sekolah untuk sekolah
negeri ditetapkan sebesar tarif yang dinyatakan dalam keputusan pemerintah 21
Juni 1847 ((Staatsblad No 29) yang harus diperhitungkan sesuai dengan peraturan
umum berdasarkan keputusan pemerintah tanggal 17 Januari 1849 No. 4. Satu yang
penting dalam almanak 1853 dicatat sekolah untuk pribumi. Selain itu terdapat
sekolah swasta (Eropa) di tempat lainnya seperti di Salatiga dan Malang.
Dalam Almanak 1853 ini di Depok dicatat
sekolah dasar Kristen yang diasuh oleh AP Laurens dan M Laurens. Di Soeracarta
terdapat sekolah guru Kweel’school tot opleiding van Inlandsche 0nderwijzers
yang dipimpin oleh W. Palmer van den Brock dan dibantu oleh seorang guru J van
Hangen. Di Pasoeroean terdapat sekolah Jawa yang diasuh oleh Hadjie Ismail dan
dibantu oleh dua asisten Ardjo Widjoijo dan Kromo Koesumo. Di Manado, selain
sekolah Melayu yang disebut pada Almanak 1849 juga dicatat sekolah dasar
(berbahasa) Melayu di Kema, Amoerang, Tanawangko, Likoepang, Paniki, Tateli,
Kapataran, Kakas, Lotta, Langowan dan Tondano plus tujuh buah di pulau Sangir
dan Talaut. Di Ternate terdapat tiga sekolah dasar dan satu buah di Batjan.
Sebagaimana
dapat diperhatikan hingga tahun 1853 di Residentie Banten sudah terdapat
sekolah Eropa (ELS) tetapi belum ada sekolah dasar untuk pribumi. Tentu saja
Almanak tersebut hanya mencatat sekolah-sekolah yang resmi (terdaftar) dan
boleh jadi sudah ada sekolah dasar tetapi belum terinformasikan seperti yang
sudah diadakan di Fort de Kock sejak 1846 dan di Afdeeling Mandailing en
Angkola sejak 1849. Hal ini juga di Soeracarta sekolah-sekolah dasar yang ada
belum tercatat (hanya mencatat sekolah guru di Soeracarta). Adanya sekolah di
Banten untuk pribumi diketahui pada tahun 1854 saat kunjungan Gubernur Jenderal
pada bulan Juli 1854 (lihat Nederlandsche staatscourant, 04-10-1854).
Disebutkan Gubernur Jenderal dan rombongan tiba di Serang pada tanggal 24 Juli
dan keesokan harinya meninjau antara lain sekolah dasar negeri (ELS), sekolah
pribumi, benteng, rumah sakit, penjara dan masjid yang baru dibangun. Pada
tahun ini dua siswa lulusan sekolah dasar di Mandailing en Angkola diterima di
sekolah kedokteran di Batavia.
Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-,
handels-, nieuws-en advertentieblad, 18-01-1855: ‘Batavia, 25 November 1854.
Satu permintaan oleh kepala Mandheling (Battalanden) dan didukung oleh Gubernur
Sumatra’s Westkust, beberapa bulan yang lalu, ditetapkan oleh pemerintah, bahwa
dua anak kepala suku asli terkemuka, yang telah menerima pendidikan dasar
dibawa untuk akun negara (dibiayai oleh pemerintah) ke Batavia dan akan
mengikuti pendidikan kedokteran, bedah dan kebidanan. Para pemuda yang disebut
Si Asta dan Si Angan di rumah sakit militer disana, murid ini baru saja tiba
dari melalui pelabuhan Padang disini, dan akan disertakan di pelatihan
perguruan tinggi (kweekschool) dokter asli’.
Sekolah
kedokteran untuk pribumi didirikan pada tahun 1851 (sebagaimana sekolah guru di
Soeracarta). Sekolah kedokteran ini diadakan di rumah sakit militer di
Weltevreden (kini rumah sakit RSPAD). Lama studi dua tahun dengan kapasitas sebanyak
10 siswa. Ini berarti pada tahun 1854 sudah ada dua angkatan yang lulus.
Sekolah kedokteran ini kemudian dikenal sebagai Docter Djawa School (cikal
bakal STOVIA). Dua siswa dari Afdeeling Mandailing en Angkola (Residentie
Tapanoeli) adalah dua siswa pertama yang diterima dari luar Jawa. Dua siswa ini
lulus lulus pada tahun 1856. Pada tahun ini dua siswa lagi dari Mandailing en
Angkola diterima di Docter Djawa School bernaa Si Bodie dan Si Napan. Dr Asta
ditepatkan di Onderafdeeling Mandailing (Panjaboengan) dan Dr Angan ditempatkan
di Onderafdeeling Angkola (Padang Sidempoean).
Pada tahun 1857, teman seagkatan dengan Dr
Asta di sekolah dasar di Panjaboengan (Mandailing) bernama Si Sati, yang bekerja
sebagai juru tulis di kantor Asisten Residen Afdeeling Mandailing en Angkola di
Panjaboengan, berangkat studi ke Belanda untuk mendapatkan akta guru. Si Sati
dengan nama (julukan) Willem Iskander lulus pada tahun 1860 di Haarlem. Pada
tahun 1861 Willem Iskander kembali ke tanah air dan pada tahun 1862 mendirikan
sekolah guru di Tanobato (Onderafdeeling Mandailing) dengan kapasitas 20 siswa.
Sekolah guru Tanaobato ini menjadi sekolah guru ketiga di Hindia Belanda, yang
pertama di Soeracarta, yang kedua di Fort de Kock didirikan tahun 1856. Pada
tahun 1865 Inspektur Pendidikan Mr JA van Chijs mengunjungi sekolah guru di
Tanobato dan menyatakan Kweekschool Tanobato yang terbaik di Hindia Belanda.
Kabar ini segera menyebar yang kemudian para pegiat pendidikan di Preanger yang
dipimpin oleh KF Holle mendirikan sekolah guru di Bandoeng. Kweekschool
Bandoeng dibuka pada tahun 1866 (sekolah guru yang keempat).
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Perkembangan Pendidikan di Residentie
Banten
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.