*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini
Sejarah
kereta api Banten pada dasarnya adalah sejarah kereta api ruas Rangkasbitung
via Serang dan Tjilegon ke Anyer dan via Pandeglang ke Labuhan. Ruas jalur
kereta api Batavia (Kota) ke Tangerang via Pesing dan ruas Batavia (Tanah
Abang) ke Rangkasbitung via Serpong adalah sejarah kereta api Batavia (kereta
komuter). Ruas Batavia-Rangkasbitung dan ruas Batavia-Tangerang sama halnya
dengan ruas Batavia-Buitenzorg vias Depok dan Batavia-Cikarang via Bekasi.

moda transportasi kereta api tidak mengikuti proses politik, tetapi mengikuti
hukum ekonomi. Ibarat kate, lu jual gua beli. Hal itulah mengapa jalur kereta
api Jakarta (Batavia) ke Tangerang buntu, tidak tersambung ke Serang (ibukota
Residentie Banten). Sebaliknya jalur kereta api dari Batavia dikembangkan ke
arah barat daya menuju Rangkasbitung (Afdeeling Lebak, Residentie Banten). Apa
yang menjadi dasar hukum ekonomi terbentuk? Di sepanjang jalur Kota-Tangerang untuk
melayani produksi dan penduduk di tanah-tanah partikelir, Demikian juga di
sepanjang jalur Tanah Abang-Rangkasbitung. Praktisnya sama dengan ruas jalur Batavia
(Meester Cornelis) ke Buitenzorg. Oleh karena itu pembangunan jalur keretap api
ke Tangerang dan Rangkasbitung untuk tujuan kereta api komuter (ulang-alik). Sejarah
pengembangan kereta api di (residentie) Banten baru dimulai ketika memperluas
kereta api ke Anyer via Serang dan ke Labuhan via Pandeglang. Itulah sejarah
kereta api Banten (perluasan kereta api Batavia). Idemm dito pengembangan jalur
kereta api Buitenzorg ke Bandoeng via Soekabomi sebagai sejarah kereta api (residentie)
Preanger.
Lantas
bagaimana sejarah kereta api Banten? Nah itulah fokus kita (memisahkannya dengan sejarah
kereta api Batavia). Namun demikian, jaringan kereta api Banten berbasis di
Rangkasbitung. Arus barang (dari dan ke) Rangkasbitung dihubungkan ke timur (Batavia),
ke utara (Karangantoe) dan ke barat (Labuhan). Ruas jalur Karangantoe-Anyer
bersifat sekunder. Bagaimana itu semua berlangsung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Ruas Rangkasbitung dan Karangantoe
(Anyer)
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Ruas Rangkasbitung dan Labuhan
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.