Sejarah

Sejarah Banten (34): Sejarah Kesehatan dan Awal Pembangunan Rumah Sakit di Banten; Serang, Pandeglang dan Rangkasbitung




false
IN


























































































































































 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Sangat
jarang sejarah kesehatan di suatu wilayah atau kota ditulis. Umumnya sejarah
rumah sakit daerah dan rumah sakit kota yang sekarang yang ditulis. Yang jelas
sejarah awal (pengembangan) kesehatan di suatu wilayah dan pendirian rumah
sakit di ibu kota daerah tersebut adalah cikal bakal sejarh rumah sakit yang
ada sekarang. Okelah, untuk melengkapi sejarah rumah sakit daerah diperlukan
sejarah lama, terutama yang terkait dengan pendirian rumah sakit dan
bentuk-bentuk pengembangan kesehatan penduduk di masa lampau.

Sejarah daerah pada awalnya relasi antara soal
politik (para pemimpin penduduk pribumi) dan perdagangan (orang asing). Pada
era Pemerintah Hindia Belanda, berbagai program pembangunan mulai diterapkan.
Program pertama adalah pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang lalu
diikuti pengembangan pertanian dan irigasi.Bersamaan dengan pembentukan dewan
dan peradilan, mulai diperhatikan tentang pengembangan kesehatan penduduk dan
pembangunan sarana kesehatan seperti mendatangkan dokter, pendirian klinik dan
rumah sakit. Pentingnya kesehatan
masyarakat tidak hanya untuk mencegah orang Eropa terjangkit, juga dengan
eningkatnya status kesehatan penduduk akan meningkatkan produktivitas prnduduk
yang mendorong volume perdagangan (ekonomi). Pada fase inilah awal sejarah
kesehatan di suatu daerah.

Lantas
bagaimana sejarah kesehatan di Residentie Banten
? Itulah pertanyaan awalnya dan pertanyaan berikutnya
bagaimana sejarah sarana kesehatan seperti rumah sakit bermula. Sebagaimana
disebut di atas aspek sejarah ini kurang mendapat perhatian, dalam hal inilah
narasi sejarah kesehatan di Banten diperlukan yang sudah barang tentu dimulai
di Serang, kemudian disusul di Pandeglang dan Rangkasbitung.
Seperti
kata ahli
sejarah
tempo doeloe,
semuanya
ada permulaan.
Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pengembangan Kesehatan di
Banten

Banten,
sebuah kota pelabuhan begitu penting pada era Portugis maupun pada era VOC.
Kerajaan (kesultanan) Banten adalah segalanya. Namun situasi berubah, ketika
pada era Pemerintah Hindia Belanda, kota Banten (dan Karangantoe) memiliki
banyak resiko: kondisi (pantai) yang tidak sehat dan memiliki potensi kerusakan
jika terjadi tsunami. Lalu pada tahun 1830an ibu kota Residentie Banten
dipindahkan dari Karangantoe (Banten) ke Serang.

Setelah VOC dibubarkan pada tahun 1799,
Pemerintahan Hindia Belanda dibentuk dimana wilayah Banten (eks kesultanan)
dijadikan satu residentie (ibu kota di Karangantoe) dengan membentuk cabang
pemerintahan di Serang, Anjer, Tjaringin yang kemudian disusul di Lebak. Pada
era Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels mulai dibangun jalan poros trans
Java antara Batavia-Panaroekan via Buitenzorg dan antara Batavia-Anjer via
Tangerang. Jalan trans Java ini melalui beberapa tempat seperti Balaradja,
Tjikande, Serang dan Tjilegon. Era lalu lintas daratan mulai berkembang. Posisi
strategis Serang yang tegak lurus di kota (pelabuhan) Banten di Karangantoe
menjadi penting. Ibu kota Residentie Banten mulai dipindahkan dari Karangantoe
ke Serang.

Untuk
mendukung ibu kota baru di Serang, selain sarana pemerintah dibangun seperti
benteng, barak militer, rumah dan kantor residen, juga dibangun penjara sehubungan
dengan terbentuknya peradilan. Pembangunan berikutnya adalah pembangunan rumah sakit
dan sekolah untuk orang Eropa di Serang, Rumah sakit di Serang ini adalah rumah
sakit yang pertama dibangun di Residentie Banten. Dalam perkembangannya
diketahui sudah ada gereja di Serang dan sekolah pribumi dan masjid yang
dibangun baru.

Nederlandsche staatscourant, 04-10-1854: ‘Gubernur
Jenderal dan rombongan telah tiba di Serang pada tanggal 24 (Juli) tahun ini.
Besok, Z. E. akan pergi ke bekas ibu kota Bantam, untuk melihat sisa-sisa dan bangunan-bangunan
kunonya. Sekembalinya, Z.E. mengunjungi sekolah dasar negeri (ELS), sekolah
pribumi, dan gedung gereja serta pada sore hari di Serang ke benteng, rumah
sakit, barak militer, penjara dan mesigite (masjid) baru. Pada tanggal 26
Gubernur Jenderal berangkat ke Rangkas-Betoong, ibu kota dari Afdeeling Lcbak, untuk
mengunjungi perumahan dan penjara yang sedang dibangun, dan kembali keesokan
harinya melalui Pandeglang ke Serang. Di Pandeglang Z. E mengunjungi benteng
dan messigite baru. Pada tanggal 28 Gubernur Jenderal meninggalkan ibu kota
Serang dan melanjutkan perjalanan melalui Anyer menuju Tjiringien, dimana akan
bermalam. Pada tanggal 29, Z. E. dari Tjiringien kembali ke Anjer dan naik kapal
upa Sr. MS ‘Batavia’ untuk melanjutkan pelayaran ke pantai Province Sumatra’s
Westkust’.

Rumah
sakit di Serang tidak hanya digunakan untuk orang Eropa (dan militer) juga
menjadi rumah sakit rujukan bagi penduduk di seluruh wilayah (Residentie)
Banten. Kota Serang yang dibangun sejak era Daendels ini, seperti halnya
Buitenzorg sudah menjadi rumah sakit alam sendiri seperti digambarkan oleh seorang
penulis pada tahun 1857.

Nederlandsch Indie, 15-01-1858: ‘Ibu kota
Serang adalah tempat kecil yang cantik, tempat dengan iklim yang sehat, lokasi
yang indah, dikelilingi oleh lanskap (taman) dan pegunungan, rumah tinggal dan
kantor Residen dengan lapang dan bangunan lain, bupati, sekretaris, kapten dan
rumah perwira. Bangunan, jembatan Amerika, benteng kecil (blokhuis) dengan
empat bastion, rumah sekolah yang indah dan gereja, serta beberapa rumah-rumah
pribadi, yang umumnya tampak bersih-bersih sehingga Serang memberikan kesan
yang cukup baik pada pandangan pertama orang asing yang datang. Ada juga
alun-alun (aloen-alun) yang ditanami pohon waringin tinggi yang juga
dibudidayakan di alun-alun itu sendiri, yang juga berfungsi sebagai lapangan.
Rumah utama dibangun di sekitar alun-alun ini. Saya juga melihat rumah sakit
yang sangat rapi, lengkap dan lapang….’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Rumah Sakit du Serang,
Pandeglang dan Rangkasbitung

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top