Sejarah

Sejarah Banyumas (13): Benteng-Benteng di Banyumas, Bemula di Banyumas; Benteng Nusa Kambangan- Benteng Pendem Cilacap


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Benteng
di wilayah Banyumas bemula di kota Banyumas. Pada awal Pemerintah Hindia Belanda
dibangun bentang lainnya di wilayah district Banjoemas di pulau Nusa Kambangan (benteng
Karangbolong). Selanjutnya setelah terbentuknya Residentie Banjoemas benteng
baru dibangun di wilayah pesisir Cilacap yang kini dikenal sebagai benteng
Pendem.


Benteng
Pendem Cilacap (Kustbatterij op de Landtong te Tjilatjap) benteng pertahanan
peninggalan Pemerintah Hindia Belanda terletak di tepi pantai Cilacap. Benteng dibangun
tahun 1861 dan selesai 1879 dengan luas 10,5 Ha. Benteng ini mulai digali
pemerintah Cilacap tahun 1986. Saat ini, pemerintah kabupaten Cilacap
menjadikan benteng ini sebagai tempat wisata sejarah. Sebelum benteng dibangun,
sebuah kapal Inggris Royal George pernah singgah di pulau Nusakambangan hanya
untuk mengambil air, hal ini membuat Belanda khawatir jika sewaktu-waktu ada
serangan musuh. Pemerintah Hindia Belanda membangun markas di tepi pantai
Cilacap. Selain itu juga, untuk menangkal pihak-pihak lain yang berusaha
menguasai kota Cilacap, Benteng Pendem dibangun karena menurut pemerintah
Hindia Belanda, kota Cilacap memiliki letak geografis yang strategis dan cocok
untuk dijadikan kota pelabuhan. Di mana menjadi sebuah kota pelabuhan sebagai
pintu gerbang jalur perekonomian dari wilayah Banyumas ke Kerajaan Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang menggunakannya sebagai markas pertahanan Tentara
Jepang. Selama Jepang menduduki Benteng Pendem, Jepang membangun sarana berupa
bunker yang terletak di bagian atas benteng, dengan menggunakan system
konstruksi dari beton dan kerangka besi yang berjumlah 4 buah. Pasca kemerdekaan,
Tentara Sekutu menjadikan Benteng Pendem Cilacap sebagai markas pertahanan
Tentara Sekutu sampai tahun 1949
(Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah benteng-benteng di wilayah
Banyumas, bemula di Banyumas? Seperti disebut di atas benteng di wilayah
Banyumas bermula di kota Banyimas pada era VOC. Pada masa Pemerintah Hindia
Belanda dibangun benteng-benteng baru seperti di pulau Nusa Kambangan dan benteng
di Cilacap (benteng Pendem). Lalu bagaimana sejarah benteng-benteng di wilayah Banyumas,
bemula di Banyumas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Benteng-Benteng di Banyumas, Bemula di Banyumas;
Benteng Pulau Nusa Kambangan dan Benteng Pendem Cilacap

Setelah penyerahan sejumlah wilayah di (pulau) Jawa oleh
Soesoehoenan Kartosoera kepada Pemerintah VOC, maka militer VOC mulai membangun
benteng sebagai pertahanan di sejumlah tempat termasuk di Tegal (benteng
Missier) dan tahun 1687 di Buitenzorg (fort Padjadjaran). Lalu kemudian militer
VOC membangun benteng di Seramarang dan di Soerabaja yang keduanya mulai
dibangun pada tahun 1700. Lalu pada tahun 1706 Raden Parwita Sari penguasa
wilayah (district) Banjoemas ditangkap dan dihukum.


Pada tahun 1706 ini militer VOC yang dibantu pasukan
pribumi (dari Maluku) mulai membangun benteng di district Banjoemas. Letak
benteng ini tepat berada di sisi sebelah utara sungai Cartanegara (dari arah
Tegal). Di area benteng dua bastion tersebut diduga kuat kemudian terbentuk kota
Banyumas (kota Banyumas yang sekarang) dan sungai Cartanegara tersebut kelak disebut
sungai Serayu. Benteng Banjoemas inilah, benteng pertama di wilayah Banjoemas
(yang dimulai pada era VOC).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Benteng Pulau Nusa Kambangan dan Benteng Pendem
Cilacap: Dari Benteng Menjadi Garnisun Militer

Segera berakhirnya Perang Jawa (1825-1830), Pemerintah
Hindia Belanda membentuk residentie Banjoemas, dimana pejabat setingkat
resident ditempatkan di Benjoemas (1831). Untuk mengefektifkan perdagangan, di
wilayah Banjoemas diangkat seorang pakhuis yang ditempatkan di Tjilatjap (Javasche
courant, 25-09-1833). Sebagai wilayah pertama perdagangan di pantai selatan
Jawa, Pemerintah Hindia Belanda kemudian membangun batterij di Banting-matti, Karangbolong
di pulau Noessa Kambangan.


Tujuannya adalah untuk mengamankan kapal-kapal dagang berbendera Hindia Belanda.
Seiring dengan perkembangan perdagangann di kawasan, yang dalam perkembangannya
dianggap tidak cukup hanya satu beterai lalu dibangun lagi baterai di pulau Noesa
Kambangan yang ditempatkan di Banjoe Njappu Pertimbangan lainnya diduga terkait
dengan Perang Bali (1849) yang dapat menimbulkan ancaman dalam bentuk
perlawanan baru di Jawa khususnya pantai selatan.
 

Sehubungan dengan eskalasi politik yang baru,
terutama di wilayah luas Jawa seperti di Lampoeng, Bali dan Makassar dan Borneo
barat, Pemerintah Hindia Belanda memandang perlu memperkuat pertahanan di
(pulau) Jawa (lihat Javasche courant, 16-04-1853). Disebutkan berdasarkan beslit
tanggal 13 April 1853 No. 13 (Staatsblad No. 27) ditetapkan status pertahanan
di berbagai wilayah di Jawa dan Madoera yang dipusatkan di tempat tertentu yang
telah terbentuk benteng dan fungsi pertahanan lainnya, termasuk di wilayah
Banjoemas.


Pertahanan kelas satu dipusatkan di benteng Willem I di Ambarawa dan
benteng di Soerabaja. Benteng kelas kedua di Batavia (benteng Prins Hendrik), di
Semarang, di Gombong dan di Ngawi. Untuk kelas ketiga antara lain benteng di
sungai Antjol dan baterai di muara sunbgai Antjol; di Semarang, baterai di
Karangbolong dan baterai di Banjoe Njappu Noesad Kambangan serta benteng di Banjoewangi.
Untuk kelas empat antara lain di benteng-benteng di Soerakarta, Klaten,
Djogjakarta, Sentolo, Magelang, Poerworedjo, Wonosobo, Banjoemas, Bandjarnegara,
Patjitan dan beterai Banting Matti di Noesa Kambangan (sebelah barat). Catatan:
Banting Matti adalah benteng tua yang tidak ada bongkar muat perdagangan lagi,
karena pendangkalan dan semua perdagangan kini bernmuara ke Tjilatjap (yang
karena itu dua baterai baru telah didirikan).

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 



















*Akhir Matua
Harahap
, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak
1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta
Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun
di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis
artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang,
utamanya jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang
(publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top