*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini
Tradisi
adalah kebudayaan dalam skala mikro pada wilayah yang terbatas. Sebagaimana
bahasa, tradisi juga diturunkan (secara turun temurun). Tradisi yang turun temurun di wilayah eks Residentie
Banjoemas yang dapat dibedakan di wilayah budaya Jawa dan di wilayah budaya
Sunda. Ini mengindikasikan (ke)budaya(an) Banyumasan bersifat khas. Tradisi khas
secara turun temurun.

Budaya
Banyumasan memiliki ciri khas tersendiri berbeda dengan wilayah lain di Jawa
Tengah (akarnya percampuran budaya Jawa dan Sunda). Diantara seni pertunjukan
yang terdapat di Banyumas antara lain: Wayang kulit gagrag terdapat dua gagrak
(gaya), yakni Gragak Kidul Gunung dan Gragak Lor Gunung. Wayang kulit gragak bernapas
kerakyatannya. Begalan, seni tutur tradisional pada upacara pernikahan. Musik
tradisi Banyumas memiliki kekhasan dengan musik Jawa lainnya, di antaranya: Calung,
alat musik terbuat potongan bambu melintang dan dimainkan cara dipukul.
Perangkat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan
gamelan Jawa, terdiri gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong
dan kendang. Ada juga Gong Sebul karena bunyi dikeluarkan mirip gong tetapi
dimainkan cara ditiup terbuat bambu ukuran besar, Aransemen musikal disajikan
berupa gending-gending Banyumasan. Kenthongan (tek-tek), alat musik potongan
bambu diberi lubang memanjang disisinya dimainkan cara dipukul pakai tongkat
kayu. Kenthongan dimainkan dalam kelompok sekitar 20 orang dilengkapi dengan
bedug, seruling, kecrek dan dipimpin oleh mayoret. Bongkel, peralatan musik
tradisi sejenis angklung,terdiri empat bilah berlaras slendro. Tarian khas
Banyumasan antara lain: Lengger, tarian dua perempuan di tengah pertunjukkan
hadir seorang penari laki-laki, yang diiringi musik calung. Sintren, tarian laki-laki
mengenakan baju perempuan, melekat pada kesenian ebeg. Aksimuda, kesenian
bernapaskan Islam berupa silat yang digabung dengan tari-tarian; Angguk, dan Aplang.
Buncis, paduan musik tarian diiringi angklung. Ebeg, kuda lumping diiringi gamelan (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah tradisi turun menurun
di wilayah Banyumas? Seperti disebut di atas, budaya atau tradisi turun temurun
di wilayah eks Residentie Banyumas berbeda dengan tradisi di wilayah budaya Sunda
dan di wilayah budaya Jawa. Tradisi turun termurin antara lain adat istiadat, arsitektur,
sastra, musik, tarian, wayang dan lainnya. Lalu bagaimana sejarah tradisi turun
menurun di wilayah Banyumas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Tradisi Turun Menurun di Wilayah Banyumas; Adat
Istiadat, Benda dan Arsitektur, Sastra, Musik, Tarian, Wayang dan Lainnya
Setiap daerah memiliki budayanya sendiri. Salah satu
hasil budaya daerah yang didaftarkan adalah benda-benda berwujud seperti
pakaian, perabotan dan peralatan, termasuk peralatan musik. Para pemerhari
budaya di Indonesia sejak era Pemerintah Hindia Belanda telah melakukan upaya
pendaftaran ini. Di dalam buku katalog yang diterbitkan tahun 1894 yang
berjudul Catalogus der Ethnologische Verzameling van het Bataviaasch
Genootschap van kunsten en wetenschappen, didaftarkan hasil budaya dari seluruh
Hindia Belanda, termasuk hasil budaya di Jawa.
Dalam buku katalog ini didaftarkan secara umum semua hasil budaya di pulau
Jawa (hasil budaya di pulau Madura memiliki daftar sendiri). Hasil budaya di Jawa
jika ada perbedaan (berbeda) dengan daerah lain di Jawa disebutkan secara
khusus. Artinya hasil budaya itu hanya ditemukan di wilayah daerah yang
dimaksud (hasil budaya khas). Perbedaan itu antara lain karena ada perbedaan
bentuk, kegunaan, bahan yang digunakan dan sebagainya.
Hasil budaya yang hanya ditemukan (khas) di wilayah
Banjoemas mencakup berbagai jenis hasil budaya. Hasil budaya khas Banyumas di
daaftarkan dalam buku katalog tersebut adalah jenis pakaian meliputi tjloempring,
leang, lantjip, kowangan, hoeloesan, tulban (serban) dan kain gadjih dari
Adiredjo (Tjilatjap). Untuk model bangunan antara lain rumah khusus partjoel gowang,
rumah tikelan, rumah sinoman, rumah srotongan, rumah mas Koemambang, rumah trodjongan
dan rumah limasan, rumah (burung) merpati pegoepon kasajan, kendang ayam, rumah
ibadah langgar (terbuat dari batu padas); perlengkapan rumahtangga seperti kobongan,
tjoengkroeh, regol, loemboeng leuit, loemboeng ginggang, keranjang datar
srigen, lampu adjoek-adjoek sajap, payung plangka, kurungan puyuh; untuk
pertanian seperti rumah jaga ranggon di sawah; hasil manufaktur antara lain batik
patronne dari Bandjarnegara sebanyak 28 jenis; hasil budaya lainnya wayang pop
(kulit sapi dan kulit kerbau) dari Bandjarnegara.
Diantara daerah di Jawa yang terbilang paling banyak memiliki hasil
budaya yang khas adalah Tegal. Juga terdapat banyak yang khas budaya dari Jawa
Barat dan Banten serta Chirebon dan Karawang. Di wilayah Jawa Tengah (terutama
Vorstenlanden) jarang yang bersifat unik. Di wilayah Jawa Timur hasil budaya
yang khas dalam beberapa saja ditemukan di Toeban dan Malang serta Banjoewangi.
Ada sejumlah hasil budaya yang khas di Buitenzorg. Untuk sekadar pembanding: di
pulau Sumatra cukup banyak hasil budaya yang khas, yang berbeda antara satu
daerah dengan daerah lainnya. Satu hal yang menjadi pertanyaan dalam hal ini
mengapa di Tegal dan Banjoemas memiliki banyak hasil budaya yang khas?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Adat Istiadat, Benda dan Arsitektur, Sastra, Musik, Tarian,
Wayang dan Lainnya: Bagaimana Terbentuknya Tradisi dan Tetap Lestari?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak
1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta
Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun
di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis
artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang,
utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.