Sejarah

Sejarah Banyuwangi (17): Kereta Api di Wilayah Banyuwangi, Mengapa Itu Penting? Jalur Bondowoso-Banyuwangi via Jember


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Penanda
navigasi terpenting pembangunan jalur kereta api adalah pembangunan stasion.
Stasion kereta api di Banyuwangi menjadi penting karena awalnya hanya satu
jalan menuju kota Banyuwangi. Dalam pengembangan jaringan kereta api di pulau
Jawa kemudian dikembangkan jalur Banyuwangi-Jember.


Stasiun
Banyuwangi adalah stasiun kereta api nonaktif yang terletak di ibu kota
Kabupaten Banyuwangi, tepatnya di Karangrejo, Banyuwangi. Stasiun yang terletak
pada ketinggian +6 m ini termasuk dalam Wilayah Aset IX Jember. Stasiun ini
dahulu merupakan stasiun kereta api yang letaknya paling timur di Jawa sebelum
digantikan dengan Stasiun Banyuwangi Baru (sekarang Ketapang) pada tahun 1985,
yang terletak 10 km dari kota ke arah utara, satu kompleks dengan Pelabuhan
Ketapang. Meski demikian, Stasiun Banyuwangi Lama tetap masih beroperasi
setelah Stasiun Banyuwangi Baru beroperasi, hingga akhirnya benar-benar
dinonaktifkan pada tahun 1988. Sulit mengangkut hasil bumi dari wilayah
Banyuwangi melalui pelabuhan pelabuhan ekspor di Panarukan. Banyuwangi
merupakan daerah yang terisolasi dan dikurung oleh bukit-bukit terjal yang
tidak bisa dilalui jalan desa maupun jalur pedati. SS menawarkan kereta api
sebagai solusi dalam mengangkut hasil-hasil bumi. Jalur kereta api mulai
terwujud dengan mulai dibangunnya jalur baru Kalisat–Banyuwangi mulai tahun
1897. Jalur ini dibangun membelah gunung, melintasi dua terowongan, serta
memiliki jembatan yang cukup dalam di petak Garahan–Mrawan. Jalur ini dibuka
penuh untuk layanan umum pada tanggal 2 Februari 1903 oleh SS.
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kereta api di wilayah
Banyuwangi, mengapa penting? Seperti disebut di atas, jalur kereta api menuju
Banyuwangi penting, tetapi tidak mudah merealisasikannya. Jalur kereta api Bondowoso-Banyuwangi
via Jember. Lalu bagaimana sejarah kereta api di wilayah Banyuwangi, mengapa penting?
Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Kereta Api di Wilayah Wilayah Banyuwangi, Mengapa
Penting; Jalur Bondowoso-Banyuwangi via Jember

Hingga tahun 1895 belum ada keputusan pengoperasian
kereta api di wilayah Banjoewangi (lihat Dagblad van Zuidholland en ‘s
Gravenhage, 18-10-1895). Tidak hanya di wilayah Banjoewangi, juga di wilayah
Banten. Menteri Koloni menganggap itu penting, tetapi manfaat langsungnya belum
ada, sebab ada program lain yang mendahului sebelum itu dapat direalisasikan,
seperti pembangunan irigasi. Mengapa?


Pembangunan jalur kereta api di wilayah Banyuwangi masuk dalam wilayah
pengembangan di residentie Bezoeki. Oleh karena itu, dengan pusat di Probolinggo
yang terhubung ke Soerabaja, maka perluasan jalur kereta api ke Banyuwangi dari
arah barat di afdeeling Djember. Jalur kereta api dari Djember sudah terhubung
ke Bondowoso hingga Sitoebondo (laut). Jalur kereta api Jawa di Djember
terhubung ke Probolinggi melalui Klakah. Dalam hal ini jangkarnya berada di
Djember.

Dalam perkembangannya telah diangkat JFP Rochter, insinyur
kelas satu kereta api negara (SS) ditunjuk untuk posisi pengembangan jalur Probolinggo-Banjoewangi
(lihat De nieuwe vorstenlanden, 06-03-1896). Ini mengindikasikan bahwa
pengoperasian jalur keretapi Probolinggo-Banjowangi akan segera direalisasikan.
Meski Gubernur Jenderal Hindia Belanda sudah mangangkat pejabat, namun
bagaimana selanjutnya belum terinformasikan (lihat Het vaderland, 29-03-1897).
Disebutkan Kempees, mantan inspektur kepala layanan kereta api di Hindia,
kemarin berbicara di Amsterdam tentang kereta api dan trem di Hindia. Setahu
pembicara, Menteri Koloni pasti punya rencana membangun jalur ke titik paling
timur Jawa, Banjoewangi, dan jalur dari Prianger ke Cheribon. Sebagaimana di
wilayah lain, keputusan pemberian konsesi, dan pengoperasian kereta api melalui
jalam mana banyak pertimbangannya.


De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 17-04-1897: ‘Sewa
tanah. Satu perusahaan Cultuurmaatschappij Pakoedo, didirikan di Soerabaja,
sudah disewakan dalam jangka panjang, merupakan tanah luas dengan 363 bau di
district Banjoewangi dan di district Rogodjampi afdeeling Banjoeangi, residentie
Bezoeki. Nilai sewa sebesar f3 per bau per tahun’.

Pengembangan jalur keretaapi dikaitkan dengan
program pemerintah dalam pengembangan wilayah diantara satu wilayah dengan yang
lainnya. Moda transportasi dalam hal ini hanya salah satu instrument penghubung.
Semuanya akan berujuk pada rujukan pada hasil studi kelayakan. Gubernur
Jenderal Hindia Belanda dalam hal ini telah mengangkat satu pejabat yang
didalamnya memiliki tugas studi kelayakan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Jalur Bondowoso-Banyuwangi via Jember:  Bagaimana via Panaroekan?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top