Sejarah

Sejarah Banyuwangi (29): Kesehatan di Wilayah Banyuwangi dan Klinik Kesehatan; Rumah Sakit Kota dan Siapa Dr Imanudin?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Seiring
pembentukan cabang-cabang pemerintahan semasa Pemerintah Hindia Belanda, aspek kesehatan
juga mendapat perhatian. Mengapa? Penyakit, epidemic dan status kesehatan
penduduk juga akan memperngaruhi kondisi kesehatan orang Eropa/Belanda. Untuk
mebingkatkan status kesehatan diu wilayan, termasuk di wilayah Banyuwangi dibutuhkan
kehadiran petugas kesehatan yang menjadi prakondisi terbentuknya klinik kesehatan
yang pada gilirannya rumah sakit dibangun.


Sejarah
Singkat RSUD Blambangan. Banyuwangikab.go.id. 30-04-2013. Tidak banyak yang
tahu jika RSUD Blambangan ternyata rumah sakit tertua di Kabupaten Banyuwangi.
Rumah sakit yang kini berdiri megah ini dibangun kali pertama tahun 1930 oleh
Prof. dr. Immanudin. “Sayangnya kita belum tahu tanggal, bulan dan hari apa
rumah sakit ini pertama kali dibangun, masih kita telusuri. Namun yang jelas
dibangun tahun 1930,” jelas Direktur RSUD Blambangan, dr. Taufik, ditemui di
ruangannya, Selasa 30 April 2013. Diawal pendiriannya, fasilitas publik ini
sudah memiliki 4 ruangan untuk pelayanan kesehatan dan penanggulangan penyakit
menular bagi masyarakat. Yakni ruangan penyakit dalam, bedah, bersalin dan
pelayanan rawat jalan. Seiring perjalanan waktu pembangunan fasilitas kesehatan
dilakukan secara bertahap.
(https://tegaldlimo.banyuwangikab.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah kesehatan di wilayah
Banyuwangi dan klinik kesehatan? Seperti disebut di atas pengembangan kesehatan
di wilayah Banyuwangi dimulai pada era Pemerintah Hindia Belanda. Siapa Dr
Imanudin dan bagaimana sejarah rumah sakit di kota Banyuwangi. Lalu bagaimana sejarah
kesehatan di wilayah Banyuwangi dan klinik kesehatan? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber
baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kesehatan di Wilayah Banyuwangi dan Klinik Kesehatan;
Dr Imanudin dan Rumah Sakit di Kota Banyuwangi

Sejak kapan di wilayah Banjuwangi mendapat perhatian
untuk kesehatan tidak diketahui secara pasti. Memang di Banyuwangi sudah ada
orang Eropa/Belanda sejak era VOC. Pemukiman orang Eropa/Belanda sendiri berada
di seputar benteng (fort) Banjoewangi. Benteng sendiri dijaga oleh sersan
Belanda yang dibantu pasukan pribumi pendukung militer VOC (dari daerah lain).


Pada tahun 1799 VOC dibubarkan. Kerajaan Belanda (semasa pendudukan Prancis)
membentuk Pemerintaah Hindia Belanda, yang mana Gubernur Jenderal tetap berada
di Batavia. Pada permulaan pemerintahan ini seorang pejabat ditempatkan di
Banjoewangi.  Pada era Gubernur Jenderal Daendels
(1808-1811), program pembangunan jalan trans-Java dari Batavia hingga Banjoewangi.
Namun faktanya hanya bisa dilakukan hingga ke Panaroekan. Mengapa? Tidak
terinformasikan. Akan tetapi diduga karena factor alam yang sulit membangun
jalan dari Panaroekan hingga Banjoewangi. Juga, boleh jadi karena bagi
Pemerintah Hindia Belanda menganggap wilayah Banjoewangi sebagai wilayah remote
area yang rentan terhadap ancaman asing (selat Balambangan menjadi salah satu jalur
navigasi internasional antara Australia dengan China).

Pada tahun 1811 terjadi pendudukan Inggris di Jawa.
Oreang Eropa/Belanda di Banjoewangi juga harus tunduk kepada Inggris. Kekuataan
benteng di Banjoewangi digantikan oleh militer Inggris. Komandan benteng, yang
juga menjadi pejabat residen di Banjoewangi adalah Luitenant A Macleod. Besar
kemungkinan, pasukan pribumi pendukung militer Pemerintah Hindia Belanda juga
digantikan oleh pasukan dari Bengal/India. Dalam Almanak 1815 yang menjadi
petugas kesehatan di Banjoewangi adalah seorang Belanda, Bernama A van
Waasbergen. Residen juga merekrut satu orang Belanda sendiri untuk fungsi
penulis (writer) dan satu orang yang diperbantukan kepada residen.


Petugas kesehatan sejak terbentuknya Pemerintah Hindia Belanda, tergolong
dua tingkatan yakni dokter dan petugas kesehatan. Dokter adalah sarjana lulusan
perguruan tinggi sedangkan petugas kesehatan adalah lulusan kweekschool kedokteran
di rumah sakit militer di Belanda. Petugas kesehatan ini kira-kira setara diploma
yang nantinya kita-kira sama dengan lulusan docter djawa school/STOVIA).

Adanya petugas kesehatan di Banjoewangi sejak awal
Pemerintah Hindia Belanda mengindikasikan salah satu daerah/wilayah di Hindia
Belanda yang telah mendapat perhatian dalam soal kesehatan masyarakat. Suatu
profesi yang mampu pengobatan dan juga yang mampu mendeteksi tingkat kesehatan
lingkungan. Sebagaimana diketahui, salah satu alasan mengapa Banjoewangi yang
dipilih sebagai ibu kota karena tingkat kesehatan lingkungan di teluk Pampang
 (kini kota Muncar) sangat buruk (banyak rawa).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dr Imanudin dan Rumah Sakit di Kota Banyuwangi: Pengembangan
Kesehatan Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top