Sejarah

Sejarah Banyuwangi (34):Dokter Imanoedin Lulusan NIAS di Banyuwangi Tempo Dulu; Apa Itu Volksuniversiteit di Banjoewangi?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Siapa
Dokter Imanoedin? Apakah lahir di Banjoewangi? Okelah, itu tidak penting. Yang
penting dalam hal ini adalah apa peran dokter Imanoedin di Banjoewangi. Apakah
hanya sekadar untuk bertugas dalam peningkatan status kesehatan di Banjoewangi?
Tentu saja tetap menarik diperhatikan. Mari kita lacak.


Sejarah
Singkat RSUD Blambangan. Banyuwangikab.go.id. 30-04-2013. Tidak banyak yang
tahu jika RSUD Blambangan ternyata rumah sakit tertua di Kabupaten Banyuwangi.
Rumah sakit yang kini berdiri megah ini dibangun kali pertama tahun 1930 oleh
Prof. dr. Immanudin. “Sayangnya kita belum tahu tanggal, bulan dan hari apa
rumah sakit ini pertama kali dibangun, masih kita telusuri. Namun yang jelas
dibangun tahun 1930,” jelas Direktur RSUD Blambangan, dr. Taufik, ditemui di
ruangannya, Selasa 30 April 2013. Diawal pendiriannya, fasilitas publik ini
sudah memiliki 4 ruangan untuk pelayanan kesehatan dan penanggulangan penyakit
menular bagi masyarakat. Yakni ruangan penyakit dalam, bedah, bersalin dan
pelayanan rawat jalan. Seiring perjalanan waktu pembangunan fasilitas kesehatan
dilakukan secara bertahap.
(https://tegaldlimo.banyuwangikab.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah dokter Imanoedin, lulusan
NIAS di Banyuwangi tempo doeloe? Seperti disebut di atas, Dr Imanoedin pernah
bertugas di Banhoewangi. Apa itu Volksuniversiteit di Banjoewangi? Lalu bagaimana
sejarah dokter Imanoedin, lulusan NIAS di Banyuwangi tempo doeloe? Seperti kata
ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber
baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Dokter Imanoedin, Lulusan NIAS di Banyuwangi Tempo
Doeloe; Ap Itu Volksuniversiteit di Banjoewangi

Setelah lulus sekolah dasar Eropa (ELS) Imanoedin melanjutkan
studi ke sekolah kedokteran di Soerabaja. Pada tahun 1922 Imanoedin lulus ujian
transisi di Nederlandsch Indische Artsenschool (NIAS), naik dari kelas dua ke
kelas tiga tingkat persiapan (lihat De expres, 24-05-1922). Jika studinya lancar,
Imanoedin masuk sekolah kedokteran hewan di Buitenzorg pada tahun 1920.


Lama studi di sekolah kedokteran NIAS adalah tiga tahun tingkat persiapan
dan tujuh tahun tingkat akademik. Itu berarti lulusan sekolah kedokteran di
Soerabaja setara dengan sarjana (Dr) atau diploma empat tahun (D4). Selain di
Soerabaja, juga ada sekolah kedokteran di Batavia (STOVIA). Apa bedanya? Di
Batavia, siswa yang diterima hanya siswa pribumi. Gelar di sekolah kedokteran
ini sama: Indisch Arts.

Pada tahun 1928 Imanoedin lulus ujian transisi naik
dari kelas lima ke kelas enam (De Indische courant, 24-05-1928). Pada tahun
1929 tidak ada nama Imanoedin yang naik ke kelas tujuh (lihat De Indische
courant, 22-05-1929). Pada tahun 1931 Imanoedin sudah lulus dan dengan gelar
Indisch Arts diangkat sebagai dokter pemerintah (lihat De locomotief, 21-10-1931).
Imanoedin ditempatkan di CBZ Soerabaja (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 22-10-1931).
Pada tahun 1932 dari
Soerabaja dipindahkan ke Tenggarong (lihat De locomotief, 07-07-1932).


Di Banjjoewangi kota sudah ada rumah sakit pemerintah, tempat di eks
rumah/kantor garam. Rumah sakit ini kurang memadai. Orang Eropa/Belanda tidak
datang ke rumah sakit ini tetapi ke klinik kesehatan yang ada di kota (lihat Soerabaijasch
handelsblad, 12-03-1934). Juga disebutkan ada rumah sakit perusahaan yang
dibangun di Banjoewangi Selatan yang juga disubsidi pemerintah. Namun tidak
terinformasikan dimana.
 

Dokter di rumah sakit pemerintah di Banjoewangi Dr CS
Richter, Pada tahun 1934 Dr Richrter dari Banjoewangi dipindahkan ke Tenggarong
(lihat De locomotief, 03-04-1934). Sebaliknya Dr Imanoedin dari Tenggarong
dipindahkan ke Banjoewangi (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 07-04-1934).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Apa Itu Volksuniversiteit di Banjoewangi? Dr Imanoedin
Selanjutnya

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top