Sejarah

Sejarah Banyuwangi (39): Nama Jalan Kota di Banyuwangi Tempo Doeloe; Nama Jalan Utama Ada di Heerenstraat dan Regentstraat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Apa
pentingnya sejarah nama jalan di kota Banyuwangi? Mungkin tidak penting-penting
amat, Akan tetapi penamaan jalan di kota Banjoewangi tentu saja memiliki sejarahnya
sendiri. Sebagai bagian sejarah kota Banyuwangi, sejarah nama jalan juga perlu
diperhatikan, Mengapa? Yang jelas penamaan jalan ada maksud dan tujuannnya.
Jalan manakah di kota Banyuwangi yang terbilang awal menyandang nama jalan? Ratusan
nama jalan di kota Banyuwangi sekarang berawal dari nama satu jalan tempo
doeloe semasa Pemerintah Hindia Belanda.


Kota
kecil tidak memerlukan nama jalan. Kota kecil cenderung hanya lalu lintas di
jalan utama saja. Namun semakin besar kota, semakin banyak jalan-jalan yang
telah dibangun di dalam kota, yang pertama mengalami kesulitan adalah tukang
pos atau para pelancong yang tengah berada di kota. Bagi warga kota juga lambat
laun memerlukan nama jalan, tentu saja untuk memudahkan iodentifikasi saja. Yang
mendapat giliran pertama dalam penamaan jalan biasanya jalan-jalan utama.
Biasanya penamaan jalan tersebut diresmikan berdasarkan surat keputusan. Nama
apa yang diberikan kepada jalan tertentu berbeda setiap kota.

Lantas bagaimana sejarah nama jalan di kota di
Banyuwangi tempo doeloe? Seperti disebut di atas, ratusan nama jalan di kota
Banyuwangi yang sekarang berawal dari nama satu jalan di masa lampau semasa
Pemerintah Hindia Belanda. Nama jalan utama bermula jalan Heerenstraat dan jalan
Regentstraat. Dimana itu sekarang? Lalu bagaimana sejarah nama jalan di kota di
Banyuwangi tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber
baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Jalan di Kota di Banyuwangi Tempo Doeloe; Nama
Jalan Utama Bermula Heerenstraat dan Regentstraat

Sejak awal Pemerintah Hindia Belanda, area sekitar
benteng Banjoewangi mulai dikembangkan sebagai suatu pemukiman kota (urban).
Cikal bakal kota Banjoewangi dimulai. Hal serupa juga berlangsung di berbagai
wilayah, termasuk area baru di Batavia yang dikenal Weltevreden dan Buitenzorg,
Semarang dan Soerabaja.


Sejak era VOC, sudah terbentuk jalan di sisi selatan benteng dari
belakang benteng hingga ke pantai (pelabuhan). Area antara jalan ini dengan
sungai Banjoewangi merupakan area pemukiman Eropa/Belanda. Sementara pemukiman
orang Cina berada di sisi seberang sungai. Perkampong Cina juga berbatasan
dengan pantai. Sedangkan pemukiman orang Arab berada di sisi utara benteng yang
berdekatan dengan perkampongan orang Melayu dan orang Mandar. Kawasan yang luas
di belakang benteng dimana orang-orang asli (orang Osing/orang Balambangan)
berada. Dalam konteks inilah kemudian Asisten Residen Banjoewangi memulai
program pembangunan kota (sebagai ibn kota residentie/afdeeling Banjoewangi).

Jalan pertama di Banjoewangi oleh pemerintah dirapihkan,
termasuk pengembangan drainase. Perbaikan jalan ini bersamaan dengan
pengembangan area di belakang benteng dengan pembangunan jalan baru. Antara area
benteng dengan jalan dijadikan suatu lapangan (plein). Pada sisi barat jalan
dibangun sejumlah rumah/kantor, seperti kantor/rumah Asisten Residen. Lalu
dalam perkembangannya jalan baru dibangun ke arah belakang. Pada pangkal jalan
ini dibangun kantor/rumah yang baru pejabat garam dan pejabat (koffie)pakhuis.


Dalam perkembangan selanjutnya jalan di sisi utara benteng ditingkatkan.
Hal ini terkait dengan pembangunan rumah Asisten Residen yang baru di luar kota
dan pembangunan rumah bupati. Rumah bupati/regent Banjoewangi sebelumnya di
Rogodjampi dipindahkan ke Banjoewangi. Rumah/lantor bupati dibangun di ujung
jalan terusan sisi utara benteng. Area rumah/kantor bupati di dalam satu area.
Area ini terdiri dari lapangan (aloen-aloen). Sisi selatan aloen-aloen
berbatasan dengan jalan ke rumah asisten residen yang baru. Sementara di sisi
utara alun-alun dibangun rumah/kantor bupati.  Sedangkan sisi barat alun-alun bebatasan
dengan jalan lintas (utara selatan). Aloen-aloen menjadi area strategis baru
kota Banjowangi. Dalam perkembangannya dibangun jalan parallel sisi utara
benteng dari aloen-aloen ke pantai sehubungan dengan relokasi dermaga
Banjoewangi yang baru (di pulau Boom).

Jaringan jalan semakin luas di kota Banjoewangi.
Jalan-jalan yang ada di (kota) Banjoewangi bermula di sisi selatan, barat dan
utara benteng. Kapan penamaan jalan dimulai di kota Banjoewangi tidak diketahui
pasti. Penamaan jalan di wilayah Oost Java memiliki pola umum yang mengacu pada
kota Soerabaja (seperti Heerenstraat, Regentsraat, Voorstraat).


Nama jalan Hereenstraat adalah jalan di depan kantor Asisten Resisden.
Regentstraat adalah jalan yang menghubungkan Hereenstraat dengan aloen-aloen.
Hereenstraat ini pada masa ini menjadi jalan Diponegoro; Regentstraat menjadi
jalan S Tubun. Lalu bagaimana dengan jalan di sisi selatan dan di sisi utara
benteng. Jalan selatan disebut Voorstraat (kini menjadi jalan Sutomo) dan jalan
utara disebut Noordstraat (kini jalan Veteran).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Jalan Utama Bermula Heerenstraat dan Regentstraat:
Dimana Itu Kini Berada?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan
(ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami
ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah
catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top