*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini
Akhirnya
era Pemerintah Hindia Belanda harus berakhir. Yang mengakhiri adalah Pemeritah
(kerajaan) Jepang dengan mengirim angkatan perang. Itu dimulai dengan
serangan-serangan ke berbagai wilayah di Indonesia (Hindia Belanda), termasuk
Banyuwangi. Saat serangan inilah terjadi kepanikan diantara orang-orang Belanda,
termasuk di Banyuwangi.

Pada
Januari 1942, Jepang mendarat masuk ke Indonesia melalui Ambon dan menguasai
seluruh Maluku. Meski pasukan Koninklijk Nederlandsch Indishc Leger (KNIL) dan
pasukan Australia berusaha menghalangi, tetapi tak mampu menahan kekuatan
Jepang. Daerah Tarakan di Kalimantan Timur dikuasai oleh Jepang bersamaan
dengan Balikpapan (12 Januari 1942). Jepang menyerang Sumatera setelah berhasil
masuk Pontianak. Bersamaan dengan serangan ke Jawa (Februari 1942). Pada
tanggal 1 Maret 1942, Jepang berhasil mendarat di tiga tempat di Pulau Jawa,
yaitu Teluk Banten, Eretan Wetan (Indramayu, Jawa Barat), dan Kragan (Rembang,
Jawa Tengah). Di tanggal yang sama, kemenangan tentara Jepang dalam Perang
Pasifik menunjukkan kemampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang sangat luas,
dari Burma (Myanmar) sampai Pulau Wake di Samudera Pasifik. Setelah
daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatian untuk
menguasai Jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. (https://www.kompas.com/)
Lantas bagaimana sejarah detik berakhir
Belanda di Banyuwangi? Seperti disebut di atas itu berakhir dengan serangan angkatan
perang Jepang di Indonesia. Saat ini kepanikan orang Belanda yang dipicu serangan
Jepang di Banyuwangi. Lalu bagaimana sejarah detik berakhir Belanda di
Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Detik Berakhir Belanda di Banyuwangi; Kepanikan Orang
Belanda dan Serangan Jepang di Banyuwangi
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kepanikan Orang Belanda dan Serangan Jepang di
Banyuwangi: Situasi dan Kondisi di Banyuwangi 1942
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.