Sejarah

Sejarah Banyuwangi (6): Teluk Gradjagan, Tempo Doeloe Gragiagan; Kampong Proa di Pantai Selatan Jawa (Kini Nama Purwo)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Apakah
ada nama teluk Grajakan di Malang? Ada, tidak di pantai selatan Jawa, tetapi di
tengah kota Malang. Bagaimana bisa? Teluk Grajakan di Malang adalah nama jalan.
Namun bagi orang Banyuwangi nama teluk Grajakan seharusnya ditulis sebagai teluk
Gradjagan. Apakah orang Banyuwangi juga benar? Tempo doeloe disebut teluk Gragiagan.
Di bagian dalam teluk ini terdapat satu kampong Bernama Proa. Apakah nama Proa
menjadi Purwo?


Purwoharjo
adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Ada 8 desa yang terletak di
kecamatan Purwoharjo, yaitu: Bulurejo, Glagah Agung, Grajagan, Karetan, Kradenan,
Purwoharjo, Sidorejo, Sumberasri. Wilayah kecamatan ini dilewati oleh beberapa
Sungai Setail sepanjang 6,3 Km. Kawasan Ekowisata Mangrove Bedul atau yang
lebih dikenal sebagai Mangrove Bedul adalah kawasan hutan bakau yang berada di
Dusun Bloksolo, Desa Sumberasri. Lokasinya terletak di antara wilayah Taman
Nasional Alas Purwo dan Pantai Grajagan. Dinamai Bedul karena banyaknya ikan
bedul atau ikan gabus yang memiliki sirip di punggungnya. Hutan bakau ini
memiliki 27 spesies bakau yang menjadikannya sebagai hutan bakau dengan spesies
terlengkap di Indonesia. Hutan bakau ini juga menjadi habitat aneka satwa
seperti monyet, biawak, burung bangau, elang laut dan belibis. Bahkan pada
bulan-bulan tertentu terdapat sekitar 16 jenis burung migran dari Australia, di
antaranya cekakak suci (Halcyon chloris/Todirhampus sanctus), burung
kirik-kirik laut (Merops philippinus), trinil pantai (Actitis hypoleucos), dan
trinil semak (Tringa glareola).
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah teluk Gradjagan, tempo
doeloe Gragiagan? Seperti disebut di atas kini Gradjakan ditulis Grajakan. Nama
awal seperti apa? Ada yang menulis Gragiagan. Di dalam teluk ada nama kampong
Proa di pantai selatan Jawa (kini nama Purwo). Lalu bagaimana sejarah teluk
Gradjagan, tempo doeloe Gragiagan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan
sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang
bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk
menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah
disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan
atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di
artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Teluk Gradjagan, Tempo Doeloe Gragiagan; Kampong Proa
di Pantai Selatan Jawa (Kini Nama Purwo)

Nama Gradjakan dan nama Proa adalah duan ama yang
telah dikenal lama di bagian timur (pulau) Jawa di pantai selatan (masuk
wilayah kerajaan Balambangan). Dua nama ini mengacu pada kampong Gragiagan dan
kampong Proa. Dua nama tempat ini belum teridentifikasi pada peta-peta lama
(era Portugis dan era VOC). Kedua nama ini baru diidentifikasi pada Peta 1817.


Kampong-kampong di pantai ini diduga kampong tua yang menjadi bagian dari
navigasi pelayaran perdagangan di pantai selatan. Kawasan perdagangan ini
berpusat di pulau Noesa Baroeng dimana sejak era VOC terdapat pelabuhan. Yang pernah
memimpin kawasan (pantai selatan bagian timur) adalah salah satu pangeran dari
Mataram (Pangeran Poeger). Setelah penyerahan Jawa bagian timur oleh Soesoehoenan,
pedagang VOC sejak 1766 membuka pos perdagangan di Poeger.

Nama Gragiagan sulit menjelakan apakah merujuk pada
nama Gradjakan atau sebaliknya. Demikian juga nama Proa apakah merujuk pada
nama Poerwo atau sebaliknya. Yang jelas pada masa ini nama Purwo dijadikan nama
wilayah (Semenanjung Purwo) dan nama Gradjakan sebagai nama wilayah (teluk
Gradjakan). Semenanjung dan teluk di masa lampau memiliki arti penting dalam
navigasi pelayaran perdagangan.


Dimana posisi GPS kampong Gradjakan tempo doeloa pada masa ini diduga
tepat berada di Krajakan (salah satu desa di kecamatan Purwoharjo). Lalu
bagaimana dengan nama desa Purwoharjo sendiri yang menjadi ibu kota kecamatan.
Tampaknya nama yang baru. Lokasinya jauh berada di belakang pantai (di
pedalaman). Namun ada dugaan nama desa Purwoharjo merujuk pada nama wilayah
Purwo (yang dulu nama ini diduga merujuk pada nama kampong Proa). Bagaimana
dengan nama kampong Proa tempo doeloe yang diidentifikasi di garis pantai?
Besar dugaan telah menghilang di belakang pantai. Secara geomorfologi wilayah
pantai teluk Gragiagan zaman kuno ini telah menyempit dengan terbentuk perluasan
daratan karena proses sedimentasi jangka panjang. Hal itulah mengapa posisi
kampong Gradjakan tempo doeloe berada tepat di garis pantai, kini seakan jauh
di belakang pantai. Peta 1724

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kampong Proa di Pantai Selatan Jawa (Kini Nama Purwo):
Navigasi Pelayaran Perdagangan

Kawasan pantai selatan Banjoewangi pada dasarnya kawasan
pantai yang unik dan memiliki riwayat sendiri. Mengapa? Kawasan pantai teluk
Gradjakan merupakan jalur batuan kapur muda (seperti halnya Semenanjung Proa
dan semenanjung Toeban di selatan Bali (lihat Tijdschrift voor Neerland’s Indie,
1845). Berdasarkan Peta 1898 (peta geomorfologis) dua semenanjung yang mengapit
teluk Gradjakan ini terbentuk dari gugusan batuan kapur muda. Kedua ujung
semananjung ini dulunya diduga merupakan pulau (tanjung Karang Tambak di timur
dan tanjung Tjapil di barat).


Secara goemofologis, teluk Gragiagan pada awalnya adalah perairan/laut
yang menyatu dengan perairan/laut teluk Pangpang di utara (selat antara pulau
Proa/Poerwo dengan daratan Jawa). Selat ini menjadi wilayah tangkapan air dari
arus besar dari pedalaman sungai Balambangan (kini sungai Setail). Sungai
Balambangan membawa massa padat dari pedalaman berupa lumpur dan sampah vegetasi
akibat letusan yang berulang dari gunung berapi gunung Raung. Sebagai Kawasan tangkapan
air pembentukan daratan bermula di tengah selat. Hal itu dapat dilihat alur
sungai yang terbentuk ke arah utara (teluk Pangpang) dan ke arah selatan (teluk
Gragigan). Pada wilayah pantai selatan terbentuk daratan baru yang memanjang
sepanjang pantai yang di bagian ujung barat yang menyisakan perairan/laut (Peta
1898 (geomorfologis). Bentuknya memanjang diduga kuat karena pengaruh tekanan
ombak yang besar dan sejajar dari lautan Hindia.

Lantas apa yang dapat dipahami dari sejarah lama
kerajaan Balambangan? Kerajaan Balambangan diduga kuat adalah tipologi kerajaan
pedalaman (penduduk asli). Ibu kota kerajaan di daerah aliran sungai
Balambangan (sungai Setail) di pedalaman (di sekitar kota Kradenan yang
sekarang). Kerajaan Balambangan memiliki dua pelabuhan. Yang pertama di muara
sungai Balambangan di pantai timur, sekitar Muncar yang sekarang dan pelabuhan
yang kedua di pantai selatan (sebelum terjadi proses sedimentasi/daratan),
sekitar Krajakan yang sekarang. Ibarat kerajaan Banten kuno, posisinya tepat
berada di huk (pantai utara Jawa dan selat Sunda). Kerajaan Balambangan juga
awalnya berada di huk. Namun karena ada proses sedimentasi dimana pulau Proa
menyatu dengan daratan, maka area kerajaan seakan tersembunyi (dengan
terbentuknya semenanjung Purwo).


Sebagai kerajaan pedalaman, kerajaan Balambangan
diduga kuat didukung oleh populasi penduduk asli di wilayah belakang pantai.
Populasi penduduk asli ini diduga kuat adalah orang Osing yang sekarang. Nama
Balambangan, Gragiagan dan Proa diduga kuat adalah nama-nama tua yang berasal
dari zaman kuno (era Hindoe Boedha). Nama Balambangan diduga kuat merujuk pada
nama Palambuan (lihat Peta 1754), suatu nama yang ditemukan di ujung barat
pulau Jawa (Banten yang sekarang) yang pada masa lampau saling dipertukarkan
antara Palambuan dan Palimbang dan boleh jadi kini menjadi asal usul kota Labuan
di Banten. Nama Proa diduga merujuk pada nama kuno Prau, Parao, Paraoe dan Perahoe
(nama gunung Prau di Jawa Tengah dan nama gunung Tangkuban Perahu di Jawa
Barat). Lalu bagaimana dengan nama Gragiangan? Tampaknya merujuk pada nama
Prahyangan dan Parahiyangan. Lantas bagaimana dengan Krajagan dan Purwo?
Tampaknya ini masalah lain yang berbeda pada masa (era) berikutnya. Peta 1944

Seperti disebut di atas, kawasan teluk Gragiagan di
masa lampau (zaman kuno) sangat penting dalam navigasi pelayaran perdagangan.
Pada masa dimana navigasi pelayaran perdagangan masih berada di pantai selatan
Jawa. Pada masa ini di pantai utara Jawa belum terbentuk kota-kota besar yang
sekarang seperti Soerabaja, Gresik, Demak, Semarang, Pekalongan, Tegal, Cirebon
bahkan Batavia sendiri. Hal itu karena masih berupa perairan/laut. Pada saat
terbentuk kota-kota di pantai utara Jawa tersebut (terbentuknya daratan baru
akibat proses sedimentasi jangka panjang), adalah masa dimana juga di pantai
selatan terbentuk teluk Gragiagan (yang menyebabkan pulau Proa menyatu dengan
daratan Jawa di Kawasan kerajaan Balambangan.


Penduduk asli di pulau Jawa, termasuk orang Osing pada masa kini haruslah
dianggap berada di pedalaman, dimana di zaman lampau sudah terbentuk daratan
awal. Wilayah pantai utara Jawa adalah daratan baru, dimana pulau Jawa meluas
ke utara memasuki perairan/laut karena sedimentasi (pendangkalan, rawa-rawa,
daratan basah lalu menjadi daratan kering). Seperti gunung Muria tempo doeloe
masih berupa pulau. Sungai-sungai seperti bengawan Solo, sungai sungai Tuntang,
sungai di Kendal, sungai Tjimanoek belum sepanjang yang sekarang. Muaranya saat
itu pada masa kini terkesan jauh di pedalaman seperti sungai Bengawan Solo
muaranya di Lamongan (mungkin di masa lampau di Ngawi). Pantai selatan Jawa memang
berubah tetapi tidak seradikal di pantai utara. Perubahan nyata di pantai
selatan antara lain di Banyumas (kawasan kabupaten Cilacap plus Kawasan Kebumen
hingga Purworejo), di Pelabuhan Ratu (Sukabumi) dan kawasan (teluk) Patjitan serta
kawasan teluk Gragiagan (Banyuwangi). Kawasan populasi asli itu selain berada
di pegunungan Raung (orang osing), juga di lembah malang kawasan pegunungan Arjuno/Semeru
(orang Tengger), di hulu sungai bengawan Solo/gunung Lawu dan lembah Merapi
barat (orang Jawa awal/Mataram kuno), di seputar gunung Dieng/Slamet (orang asli
Banjoemas/Tegal) dan di pegunungan Priangan (antara gunung Galunggung/Papandayan
di timur dan gunung Gede/Pangrango di barat (orang Sunda awal). Catatan:
populasi awal di pulau Madura dan di pulau Bali, masing-masing memiliki
populasi asli tersendiri. Populasi asli di Bali disebut Bali Aga (di Trunyan/Tenganan
Pegringsingan).

Pada masa-masa awal navigasi pelayaran perdagangan
zaman kuno ini masih terhubung antara perdagangan di pantai selatan Jawa dengan
di pantai barat Sumatra. Pada masa inilah populasi penduduk awal mengembangkan
perdagangan, perdagangan antara pulau dan antara pantai (pantai selatan Jawa
dan pantai barat Sumatra). Hal itulah diduga mengapa begitu banyak nama-nama
geografi di pantai selatan Jawa dan pantai barat Sumatra memiliki kemiripan
satu sama lain. Populasi penduduk awal di Sumatra antara lain orang Lampong,
orang Pasemah/Komering, orang Rejang, orang Kerintji dan orang Batak.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis
artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari.
Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999).
Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar
rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog
hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang
tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan
(ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami
ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah
catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top