melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini
Sejarah itu apa adanya. Sejarah itu tidak
membingungkan. Yang membuat kita bingung pada masa ini karena kita tidak
mempelajari sejarahnya. Cabangbungin, tempo doeloe (pada era VOC) adalah
ibukota wilayah Bekasi. Bingung, bukan? Tapi fakta sejarah memang demikian.
Kota Tjabangboengin berada di sisi barat sungai Tjitaroem, yaitu suatu kota di
pedalaman yang berada di ‘gerbang jalan tol sungai’ dari pantai menuju kota
Tandjoeng Poera (Krawang).
![]() |
Kecamatan Cabangbungin (Now), kota Tjabangboengin (Peta 1903) |
Bagaimana
suatu wilayah (kabupaten/kota) berkembang seperti yang sekarang, tidak selalu
diawali di tempat yang sekarang, akan tetapi, bahkan berada di suatu tempat
yang tidak terduga, suatu tempat yang kini terkesan terpencil. Contoh, Jakarta
masa kini, tempo doeloe pusat keramaian berada di balik semak-semak di muara
sungai Tjiliwong di dekat pantai. Kota Bandung masa kini berawal dari sebuah
kampung (dajeuh) yang menjadi ibukota (hoofdplaats) Bandoeng berada di muara
sungai Tjikapoendong di sungai Tjitaroem (sekarang Baleendah). Demikian juga
dengan Bekasi pada masa ini, bukan di Bekasi, bukan di Tamboen dan juga bukan
di Tjikarang, tetapi di Tjabangboengin. Dari sinilah sejarah awal Tjabangboengin
dimulai, sejarah awal Kabupaten Bekasi bermula.
Nah, itu dia. Kita semakin penasaran. Sungai Tjitaroem adalah lalu lintas moda
transportasi utama melalui pelayaran sungai dari pantai ke pedalaman sejak
jaman kuno. Dalam hal ini Tjabangboengin pada era VOC adalah pintu gerbang. Ternyata
tidak hanya itu. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, kanal Tjitaroem dibangun
sebagai kanal pertama di Bekasi. Kanal ini menjadi ‘jalan tol sungai’.
Lagi-lagi, Tjabangboengin debagai pintu herbang (gate). Bagaimana itu semua
terjadi? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
menuju kota Bekasi di daerah aliran sungai Bekasi, kota Tjabangboengin juga
menjadi pintu gerbang menuju kota Tandjoeng Poeera di daerah aliran sungai
Tjitaroem. Kota Babelan dan kota Tjabangboengin adalah dua kota terdekat dari
pantai utara laut Jawa. Dua kota yang menjadi entry point bagi orang
Eropa/Belanda ke wilayah pedalaman.
![]() |
Peta Kecamatan di Kabupaten Bekasi masa ini |
Sungai
Bekasi sejatinya berhulu di Bogor yang dikenal sebagai sungai Tjilengsi. Di
Bantar Gebang, sungai Tjikeas bergabung yang ke hilir disebut Kali Bekasi. Di
Kali Bekasi, kota terdekat dari pantai adalah Babelan dan kota terjauh adalah
Bantar Gebang. Diantara dua kota ini berada kota Bekasi. Sedangkan sungai
Tjitaroem berhulu di Bandoeng. Di Tandjoeng Poera sungai Tjitaroem bergabung dengan
sungai Tjibeet. Ke hilir Tandjoeng Poera adakalanya sungai Tjitaroem disebut
sungai Krawang. Di sungai Tjitaroem atau sungai Krawang, kota terdekat dari
pantai adalah Tjabangboengin dan kota terjauh adalah Tandjoeng Poera. Diantara
dua kota ini berada kota Rengas Dengklok.
menjadikan penduduk sebagai subjek (1667), Pemerintah VOC mulai merintis jalan
dari Batavia dan pantai ke pedalaman dengan membangun benteng di daerah aliran
sungai Tjiliwong yakni benteng (Fort) Tandjoeng (kini Pasar Rebo) dan Fort
Padjadjaran (posisinya kini di Istana Bogor) pada tahun 1687. Lalu kemudian pada
tahun 1695 dibangun benteng (fort) Bacassie di muara sungai Bekasi dan benteng
(fort) Tandjoeng Poera di pertemuan sungai Tjibeet dengan sungai Tjitaroem.
Sejak inilah pedagang-pedagang Eropa/Belanda memasuki pedalaman untuk melakukan
perdagangan (sebelum 1667 hanya terbatas di kota-kota pelabuhan atau pantai).
![]() |
Benteng (fott) Bacassie (Peta 1724) |
Pada
era inilah muncul kota-kota baru di pedalaman. Di sungai Bekasi pusat Eropa/Belada
(kota) berada di Babelan dan Bekasi, sementara di sungai Tjitaroem pusat
Eropa/Belada berada di Tjabangboengin dan Tandjoeng Poera. Kota-kota baru ini
bermunculan sehubungan dengan pembentukan tanah-tanah partikelir (land). Tanah
partikelir pada periode awal yang terkenal adalah land Paviljon yang dimiliki
oleh Cornelis Chastelein. Lalu Chastelein membuka land baru di Sering Sing
(Serengseng) tahun 1695 dan land Depok tahun 1704. Land Paviljon ini kemudian
dibeli oleh Justinus Pink dan kemudian dibeli oleh Gubernur Jenderal Jacob
Mosssel (1750-1761) untuk membangun kota yang dikenal sebagai (kota)
Weltevreden (Senen/Gambir). Sebelumnya, Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron
van Imhoff (1743-1750) telah membangun kota Buitenzorg (Bogor).
van Riemsdijk membangun kota di Antjol. Dalam perkembangannya Jeremis van
Riemsdijk membuka pertanian (dan pabrik gula) di daerah aliran sungai Bekasi di
Babelan dan pusat perdagangan di (kota) Bekasi (menjadi Pasar Bekasi). Jeremis
van Riemsdijk kemudian menjadi Gibernur Jenderal (1775-1777). Pada saat era
Gubernur Jenderal Jeremias van Riemsdijk ini pada tahun 1776 dibuat peta
(jalur) pengembangan land yang baru melalu darat. Rute ini berpusat di Meester
Cornelis yang mana ke selatan hingga ke Buitenzorg melali Tandjoeng dan
Tjimanggis dan Tjibinong. Rute ke timur menuju ke Tandjoeng Poera melalui
simpul interchange di Tjipinang, Poelo Gadong, Bekasi dan Lemah
Abang/Tjikarang. Rute ke timur ini memotong banyak sungai termasuk sungai
Tjakoeng, sungai Bekasi dan sungai Tjikarang dan sungai Tjitaroem. Meski
demikian, rute ke timur masih mengandalkan moda transportasi sungai melalui
sungai Bekasi dan sungai Tjitaroem.
benteng Tandjoeng Peora tahun 1695 hingga pemetaan land pada tahun 1776 moda
transportasi sungai adalah satu-satunya lalu lintas perdagangan di pedalaman.
Pada era inilah (kota) Babelan, Bekasi, Tjabangboengin dan Tandjoeng Poera
berkembang pesat. Dalam hal ini (kota) Babelan menjadi pintu gerbang di sungai
Bekasi dan sungai Tjilengsi dan (kota) Tjabangboengin menjadi pintu gerbang di
sungai Tjitaroem dan sungai Tjibeet. Pada era ini terhitung tiga pabrik gula di
pedalaman di sungai Bekasi dan 12 pabrik gula di pedalaman di sungai Tjitaroem
sekitar Tandjoeng Poera.
tahun 1818 keluarga Riemsdijk menjual semua land-land di Bekasi (diduga
produktivitas pabrik gula di sungai Bekasi telah menurun). Sementara itu pada
tahun 1834 indikasi kejayaan (kota) Tjabangboengin masih terlihat sebagai pusat
perdagangan (lihat Nederlandsche staatscourant, 09-08-1834).
Kota Tjabangboengin adalah ibukota
district, ibukota yang setara dengan ibukota district Bekasi. Kota
Tjabangboengin tidak hanya sebagai ibukota district tetapi juga adalah pusat
perdagangan yang sekaligus menjadi pintu gerbang di daerah aliran sungai
Tjitaroem. Pusat-pusat perdagangan di sungai Bekasi dan sungai Tjitaroem adalah
Tjabangboengin, Tjikarang, Kramat, Becassie dan Tjicaoe. Arus perdagangannya ke
Batavia dapat dilihat misalnya pada surat kabar Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 16-01-1856.
![]() |
Java-bode, 16-01-1856 |
Land Tjabangboengin sebagai sentra kapas diketahui pada tahun 1859 (lihat
Nieuw Amsterdamsch handels- en effectenblad, 01-03-1859). Disebutkan akibat
hujan lebat, berbagai sungai telah meluap yang menyebabkan beberapa efek
perusakan dan menghilangkan. Tanggul pembatas sungai di Tjiherang dan di
Tjikarang Glam telah jebol di berbagai lokasi, menyebabkan sebagian kebun kayu
manis di Gentong terkena banjir. Perkebunan utama kapas di (ibukota) district
Tjabang Boengin, yang dikelola dengan baik sangat menderita genangan karena
tingginya permukaan air. Setahun sebelumnya sungai Bekasi meluap dan membuat
pasar Bekasi tergenang (lihat lihat Samarangsch advertentie-blad, 05-02-1858).
Keutamaan lain dari Tjabangboengin adalah sentra produksi garam, bahkan tingkat
produksinya sudah diakui sejak 1809.
muncul tuntutan dari para pemilik land untuk membangun jalan darat dari Batavia
ke Tandjoeng Poera. Pemerintah meresponya tetapi terkendala dengan anggaran
besar karena harus membangun jembatan di atas beberapa sungai besar. Meski
demikian, pemerintah membuat rencana alternatif dengan membangun pelayaran
sungai yang lebih lancar dari Tandjoengpoera ke Batavia dengan membangun kanal
yang dihubungkan dengan sungai Bekasi (lihat Bataviaasch handelsblad,
29-04-1867).
![]() |
Kanal Tjitaroem, sungai Gembong dan Kali Bekasi (Now) |
Kanal
pelayaran ini dibangun dengan menyodet sungai Tjitaroem di hulu dan membangun
kanal di sisi barat sungai Tjitaroem ke hilir dimana kanal ini di hilir dan
sungai Bekasi dihubungkan dengan sungai Gembong di Babakan. Jarak pelayaran ini
menjadi lebih pendek dan jarak tempuh yang singkat jika dibandingkan melalui
sungai Tjitaroem. Inilah kanal pertama yang dibangun di Bekasi.
demikian land Tjabangboengin di batasi oleh sungai Tjitaroem di sebelah timur
dan kanal Tjitaroem di sebelah barat. Dengan adanya kanal Tjitaroem ini, maka
pertumbuhan dan perkembangan di kota Tjabangboengin menjadi lebih cepat jika
dibandinkan di kota Bekasi. Pada era pembangunan kanal Tjitaroem ini terjadi
proses politik yang menimbulkan kerusuhan di land Tamboen pada tahun 1869 yang
mana Asisten Residen Meester Cornelis dan Schout Bekasi ikut terbunuh.
dilakukan terhadap perusuh pada tahun 1869, pengendalian keamanan terus
ditingkatkan. Oleh karena itu situasi dan kondisi ekonomi dan perdagangan bisa
diantisipasi. Fungsi kanal Tjitaroem telah meningkatkan perekonomin di
Tandjoeng Poera (Krawang). Tampaknya apa yang terjadi di Bekasi tidak begitu
berpengaruh di Krawang (Tandjoeng Poera). Garnizun militer di Tandjoeng Poera
(doeloe di era VOC sebagai benteng) mampu menjaga situasi dan kondisi keamanan
di daerah aliran sungai Tjitaroem. Jumlah desa yang termasuk district
Tjabangboengin adalah 12 buah (lihat Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 01-03-1873).
dengan membentuk onderistrict Tjabangboengin sehingga nama district menjadi
Disttrict Bekasi en Tjabangboengin. Dalam hal ini mulai diterapkan pemerintahan
pribumi dengan mengangkat seorang demang yang berkedudukan di Bekasi dan
seorang demang yang berkedudukan di Tjabangboengin (lihat De locomotief :
Samarangsch handels- en advertentie-blad, 17-02-1875).
di onderdistrict Tjabangboengin diangkat Mohadjilin menjadi demang dari Tjabang
Boengin; Saimbang menjadi juragan dari Land Babelan; Panagara menjadi juragan
dari land Bekassi Oost; Entjeng menjadi juragan dari land Telok Poetjoeng.
Untuk onderdistrict Bekasi diangkat Achmad Kantor Abdulrachim menjadi demang Bekassi;
Anie, yang bertanggungjawab untuk pribumi; Molana Hassan menjadi juragan land Tamboen;
Talip menjadi juragan land Poadok Gedeh.
untuk memimpin district/onderdistrict yang dibantu oleh beberapa juragan
(pengumpul). Pemimpin tertinggi di district Bekasi yang membawahi dua onderdistrit
adalah seorang Schout (seringkat
Controleur). Khusus untuk orang Tionghoa memiliki pemimpin sendiri dengan
jabatan luitenant/kaptein. Di district Bekasi en Tjabangboengin pada tahun 1883
terdapat tiga luitenant (lihat De locomotief, 30-04-1883). Hingga tahun-tahun
ini di district Tjabangboengin terdapat seorang pengawas pemerintah (opziener)
seorang Belanda.
berbeda dengan penulisan nama tempat yang sekarang. Itu semua karena banyak
faktor. Dalam hal ini faktor yang kerap muncul adalah soal pelafalan. Yang menjadi
pertanyaan adalah nama Tjabangboengin adakalanya ditulis dengan Tjawangboengin
(ada perbedaan dalam huruf b pada Tjawang dan huruf w pad Tjabang). Mungkin ini
tampak sepele tetapi itu dapat memberi petunjuk pada hal lain.
![]() |
Sungai Tjibeet (kiri) di sungai Tjitaroem di Tandjoeng Poesra |
Bataviasche
koloniale courant, 16-03-1810: ’sejumlah lahan (land) yan sebelumnya masuk
Regentschap Crawang yang ditambahkan ke Bataviaache Ommelanden adalah sebagai
berikut: (1) Odjoeng Crawang, yang
terletak di sudut simpul (hoek) Crawang ke arah timur sepanjang Moara Boengin
ke sungai Tjitaroem dan ke Kampong Boegis, di sebelah selatan Kampong Boegis,
Soengie Laboe dan Bacassie hingga laut dan di sebelah barat adalah laut, (2)
Tjawang Boengin yang terletak di tenggara sebuh persi dan ke utara berbatas
laut Moeara Boengin dan sepanjang pantai hingga kampong Papisangan dan ke arah
timur jalan dan pantai, sebelah selatan dan barat daya adalah sungai Tjitaroem,
(3) Tjokarang terletak di selatan Tjawang
Boengin, sebelah utara sungai Tjitaroem
dan sebelah selatan bertemu jalan besar dari Tjikarang (ke Tandjoeng
Poera), (4) Tjoberoe terletak di selatan Tjikarang, sebelah timur sungai
Tjibeet dan sungai Tjihoeiren dan sebelah selatan lahan Nambo dan Tjipemingkies
milik A Michiels, (5) Soemadangan dan (6) Waro.
Boengien, Tjikarang, Tjiberoessa, Samadangan dan Waro dinyatakan secara
kondisional dan terpisah yakni dipsahkan dari Regentsachap Krawang dan
dimasukkan ke Bataviasche Ommelanden. Hal yang terkait dengan ini kelak kembali
terjadi pada tahun 1832 yang dikaitkan dengan pemberontakan petani Cina di
Krawang.
semacam ini sangat lazim ketika pemerintah (Hindia Belanda) mulai mempertegas
batas-batas wilayah dalam hubungannya dengan pembentukan pemerintahan di suatu
wilayah. Rekomendasi para ahli selalu menjadi bahan pertimbangan pemerintah.
Hal yang mirip dengan ini adalah ketika lanskap Singkel dipisahkan dari
Residentie Tapanoeli dan lanskap Tamiang dipisahkan dari Oost Sumatra. Bahkan
yang paling ekstrim adalah Bengkalis dipisahkan dengan Oost Sumatra yang mana
kemudian Bengkalis dimasukkan Residentie Siak dan Oost Sumatra dibentuk sebagai
wilayah sendiri. Dalam hal ini wilayah-wilayah yang disebut di atas dipisahkan
dari Residentie Krawang
ditulis Tjawang Booengin dan di sisi lain Tjawang Boengin dikaitkan dengan nama
Moeara Boengin. Tentu saja Moeara sudah tentu berada di hilir dan Tjawang atau
Tjabang berada di hulu. Lantas apakah Cawang dan Cabang memiliki pengertian
yang sama?
masa ini terdapat tiga nama tempat yang berkaitan yakni Muara-bungin, Cabang-bungin
dan Cawang-bungin. Muarabungin terletak di Tandjung Pakis sedangkan
Cawangbungin di (kecamatan) Babelan.
delta (tanah sedimentasi). Dalam bahasa Jawa cawang diartikan sebagai cabang
dahan (berbentuk V). Oleh karena cawang dan cabang memiliki pengertian yang
sama, maka nama cawang dan cabang saling dipertukarkan. Sehubungan dengan nama
wilayah (land) Tjawang-boengin dan Tjabang-boengin diduga merujuk pada hal yang
sama. Dalam perkembangannya dua nama itu digunakan oleh penduduk sehingga satu
lahan disebut Tjawangboengin dan lahan yang lain disebut Tjabangboengin.
Tjitaroem, juga ditemukan di wilayah daerah aliran sungai Tjiliwong yang berada
di selatan Meester Cornelis (kini Jatinegara) di sekitar Bidara Tjina. Land
Rustenburg berada di hilir pertemuan sungai Tjililitan dengan sungai Tjiliwong
di dekat terminal Cililitan (jalan Dewi Sartika yang sekarang). Landhuis
Rustenburg (sebelumnya bernama land Tjililitan) sendiri berada dekat di sisi
timur sungai Tjiliwong (yang kini menjadi jalan dari Dewi Sartika ke Taman
Makam Pahlawan Kalibata). Land Rustenburg mengacu pada pemilik land dari
keluarga Rustenburg untuk menggantikan nama land Tjililitan yang sudah eksis
sejak era VOC. Sementara land ini berada persis di hilir pertemuan sungai (tjawang).
Nama (kampong) Tjawang diduga sudah ada sebelum terbentuk land land Tjililitan
atau land Rustenburg, nama kampong yang mengadopsi nama georafis sungai. Nama
land Rustenbrug lambat laun namanya bergeser menjadi land Tjawang. Ini berarti
nama land telah berubah dari land Tjililitan menjadi land Rustenburg dan
kemudian berganti lagi menjadi land Tjawang.
disebut Tjawang atau Tandjoeng. Nama Tandjoeng juga muncul pada lekukan sungai
yang melingkar (setengah lingkaran atau lebih). Nama Tandjoeng (kini Pasar
Rebo) diadopsi dari lekukan sungai Tjiliwong atau pertemuan sungai Tjidjantoeng
dengan sungai Tjiliwong di sekitar Tandjoeng (Pasar Rebo), Sedangkan nama Tjawang
berada di wilayah hilir yang merupakan pertemuan (tjawang) sungai Tjililitan
dengan sungai Tjiliwong. Muara sungai Tjililitan ini adalah pelabuhan sungai. Pada
era VOC sungai Tjidjantoeng yang airnya jatuh ke Tjiliwong di dekat Tandjoeng
kemudian dialihkan dengan membangun kanal yang di hilir airnya jatuh ke sungai
Tjililitan. Pada masa ini aliran sungai yang masuk ke (tjawang) Tjiliwong di Tjililitan
seakan airnya terkesan (hanya) bersumber dari sungai Tjidjantoeng dari Sitoe
Tjidjantoeng. Ini memang tidak salah (karena sungai Tjililitan dan sungai
Tjidjantoeng telah diintegrasikan pada saat pembangunan kanal). Lambat laun
sumber-sumber air sungai Tjililitan menipis (menghilang) dan hanya terhantung
dari kanal (sungai) Tjogantoeng. Sebagai tambahan nama Tjawang juga adakalanya
dipertukarkan dengan nama Bidara Tjina (misalnya lihat Bataviasche courant, 09-06-1827).
Bidara Tjina adalah suatu pasar yang terbentuk yang letaknya tidak jauh dari
muara sungai Tjililitan (tjawang). Di sejumlah tempat juga ditemukan nama
kampong Tjawang, misalnya kammpong Moeara Tjawang (lihat Bataviaasch
handelsblad, 01-02-1860). Sebutan moeara dan tjawang dalam hal ini saling
mempertegas. Pada tahun 1904 di dalam surat kabar nama kampong disebut kampong
Tjawang Tjililitan Rawadjati (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 08-08-1904). Pada saat ini tiga area tersebut terletak
mengitari area pertemuan sungai Tjililita atau sungai Tjidjantoeng dengan
sungai Tjiliwong. Di sebelah hulu Tjililitan, do sebelah hilir Tjawang dan
seberang sungai Rawadjati. Selain Moeara Tjawang juga ditemukan nama tempat
Aier Tjawang (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 11-12-1912).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.