*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada sejarah Seluma? Sudah barang tentu
ada, tetapi kurang terinformasikan. Sayangnya kini nama (wilayah) Seluma
dianggap wilayah terpencil. Itu sekarang, bagaimana tempoe doeloe? Yang jelas
penduduk Seluma yang pertama kali mengenal sekolah di wilayah Bengkulu. Narasi
sejarah masa kini adakalanya berbeda dengan narasi sejarah masa lampau. Yang
jelas sejarah tetaplah sejarah. Sejarah adalah narasi fakta dan data.
Seluma
adalah sebuah wilayah kabupaten di provinsi Bengkulu. Ibu kotanya adalah Pasar
Tais. Kabupaten Seluma terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003.
Pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan. Bahasa yang banyak digunakan bahasa
Serawai suku Serawai. Dulunya kabupaten ini masuk dalam kabupaten tertinggal. Adapun
makanan khas kabupaten ini adalah Gulai Remis dan Rebung Asam Umbut Lipai. Tari
adatnya adalah Tari Andun. Kabupaten ini memiliki tradisi Bimbang Bebalai,
yakni suatu upacara terkait dengan perkawinan. Kabupaten bermotto Serawai
Serasan Seijoan sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Selebar dengan kota
Bengkulu dan kecamatan Talang Empat kabupaten Bengkulu Tengah; sebelah timur
dengan kabupaten Kepahiang dan Lahat provinsi Sumatra Selatan; sebelah selatan
dengan kabupaten Bengkulu Selatan (Manna); sebelah barat dengan Samudra Hindia (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Seluma di wilayah
Bengkulu? Seperti disebut di atas, sejarah Seluma kurang terinformasikan,
bahkan kini ada anggapan sebagai wilayah tertinggal. Fakta bahwa orang Seluma
di wilayah Lampung yang pertamakali bersekolah. Dalam hal ini bagaimana era
megalitik di Rejang dan di Pasemah hingga Orang Serawai di Pasar Tais. Lalu bagaimana
sejarah Seluma di wilayah Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Seluma di Wilayah Bengkulu; Era Megalitik di Rejang
dan di Pasemah hingga Orang Serawai di Pasar Tais
Wilayah Seluma merujuk pada nama tempat (kampong)
Seloema di muara sungai Seloema. Setelah berakhirnya tukar guling antara
Bengkulu (Inggris) dan Malaka (Belanda) yang ditandatangani dalam Traktat
London 1824, pada awal era Pemerintah Hindia Belanda, wilayah Seloema dijadikan
sebagai satu district (lihat Bataviasche courant, 29-11-1826).
District-district lainnya di Afdeeling Bengkoelen adalah Doesoen Doeablas, Doesoen
Delapan, Moco-Moco. Laije, Angallam. Saloemah, Mannah dan Croee.
Dalam perkembangannya telah terjadi reorganisasi pemerintahan di wilayah
residentie Benkoelen (lihat Tijdschrift voor Neerland’s Indie, 1839).
District-district sebelumnya telah diubah menjadi afdeeeling, yang terdiri dari
delapan afdeeling: Moco-Moco, Soengie Lamauw, Soengi Itam, Sillebar, Saloema,
Mannad, Cawor dan Croe. Afdeeling Saloema meliputi Agallam, Saloema. Tallo dan Allas.
Afdeeling Saloema terdiri dari 119 doessoen dengan total penduduk 7.832 jiwa.
Kota Bengkoeloe sendiri menjadi ibu kota pemerintah yang berada di dalam
wilayah Afdeeling Soengi Lamauw. Ibu kota Afdeeeling Saloema dipindahkan ke
kampong Loeboek Lintang di daerah hulu sungai Saloema. Besar kemungkinan hal
itu karena di kampong Saloema tidak sehat karena rawa dan dipindahkan ke
wilayah yang lebih kering di Loeboek Lintang. Afdeeling Saloema yang memiliki
ibu kota jauh di belakang pantai. Namun tentunya tidak semata-mata karena itu.
Biasanya penentuan lokasi ibu kota ada factor penarik dan ada factor pendorong.
Udara yang kurang sehat di kampong Saloema diduga adalah salah satu factor pendorong.
Nama Saloema tampaknya adalah nama baru yang
dikenal. Nama-nama yang sudah ada sejak awal era VOC/Belanda antara lain adalah
Benculo, Sillebar dan Manna. Nama Saloema paling tidak baru muncul dalam Peta 1759
dengan nama Salonna. Manna sendiri adalah kerajaan besar di wilayah Bengkulu.
Nama Saloema yang awalnya nama sebuah kampong di pantai di muara sungai Saloema
kemudian dijadikan nama wilayah yang mana ibu kota yang baru dipilih di Loeboek
Lintang.
Wilayah (afdeeling) Seloema pada dasarnya adalah wilayah yang relative sedikit
perkampongan. Wilayah ini berada diantara Bengkoelen/Sillebar dengan wilayah
Manna. Wilayah Seloema juga tidak terdapat akses jalan dari pantai ke wilayah
pegunungan (wilayah Pasemah). Akses justru hanya terdapat di Bengkoelen melalui
Kapahiang dan di Manna melalui Tandjoeng Sakti. Wilayah Pasemah di pedalaman
sangat banyak kanmpong-kampong. Oleh karena itu yang menjadi pusat perdagangan,
mungkin sejak zaman lampau adalah Bengukulu dan Manna. Wilayah Seloema
perkampongan terkonsentrasi di sekitar pantai. Kampong Loeboek Lintang termasuk
salah satu kampong terjauh di belakang pantai. Akses kampong Loeboek Lintang
sebelum dijadikan ibu kota, menuju Bengkoeloe (tidak ada jalan akses ke wilayah
Pasemah di pedalaman).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Era Megalitik di Rejang dan di Pasemah hingga Orang
Serawai di Pasar Tais: Kelompok Populasi di Seluma, Pantai Barat Sumatra
Pada tahun 1902 di wilayah residentie
Benkoelen dilakukan reorganisasi wilayah administrasi pemerintahan (lihat Algemeen
Handelsblad, 23-05-1902). Wilayah Benkoelen menjadi terdiri dari Benkoelen en
Ommelanden, kota utama di Benkowlon kedudukan asisten residen; Laïs, Mokkp-Mokko,
Seloema, dengan ibu kota di Passar Tais, Mannai en Pasumah Oeloe Manna, Kauer
dan Kroë (menjadi kedudukan asisten residen).
Kapan
(Pasar) Tais menjadi ibu kota Afdeeeling Seloema tidak diketahui secara pasti.
Sebelumnya nama Tais sudah disebut sebagai kota utama (ibu kota) di Afdeeling
Seloema (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 17-12-1901). Besar dugaan Pasar Tais
adalah bagian kampong Loeboek Lintang dimana terdapat pasar yang disebut Pasar
Tais. Di sebelah timur kampong Loeboek Lintang adalah kampong Boenga Mas. Di
sebelah barat Pasar Tais adalah kampong Sembajat dan kampong Singkoeang.
Mengapa disebut Pasar Tais? Satu yang jelas
nama Tais hanya ditemukan duan ama kampong di wilayah Bengkulu, dimana nama Tais
yang sudah lama ada di wilayah Orang Redjang di Lebong sebagai nama kampong
Tais yang juga menjadi nama danau Tais. Apakah awalnya pasar yang ada di
Loeboek Lintang dibuka/dominan oleh orang berasal dari Tais? Orang Tais mungkin
banyak yang berdagang emas di Loeboek Lintang karena wilayah Lebong adalah
sentra produksi emas. Yang sudah pasti Loeboek Lintang adalah nama lama dan
setelah menjadi kota disebut Pasar Tais.
Pada
tahun 1908 kembali pemerintah melakukan reorganisasi wilayah administrasi
pemerintah di wiilayah Benkoelen (lihat Soerabaijasch handelsblad, 28-11-1908).
Disebutkan Residentie Benkoelen akan dibagi menjadi 5 afdeeling: Afd. Benkoelen, Lebong, Seloema, Manna dan
Kroei. Benkoelen akan dipimpin oleh Controleur dan seorang aspiran Controleur
ditempatkan di Benkoelen; Afd. Lebong oleh seorang Asisten residen, dengan 3
Controleur plus seorang aspiran Cont. ditempatkan di Moeara Aman yang meliputi
onderaf. Laïs, Kepahiang, Mokko-mokko dan Moeara Aman; Afd. Seloema dipimpin
oleh seorang Controleur ditempatkan di Tais; Afd. Kroei oleh seorang
Controleur, dengan posisi di Kroei: dan Afd. Manna, oleh seorang Controleur
berkedudukan di Bintoehan. Dalam hal ini Residen berkedudukan di Bengkoelen
sementara satu asisten residen di Moara Aman (asisten residen di Kroe
dihilangkan). Penetapan
keputusan itu secara resmi pada tahun 1909 (lihat Stbls 1909 No 385). Dengan
keputusan ini wilayah Afdeeling Redjang en Lebong yang sebelumnya masuk
residentie Palembang telah menjadi bagian dari residentie Benkoelen. Wilayah
Redjang en Lebong adalah wilayah yang kaya dengan pertambangan emas.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.