*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini
Asal
Usul Nama Cirebon: dari Cai dan Rebon, Air Pembuatan Terasi demikian judul
dalam Kompas.com – 28/04/2021. Apa, betul begitu? Oklah, itu satu hal. Hal lain
yang akan dinarasikan dalam hal in adalah bagaimana awal sejarah Cirebon. Tentu
saja nama geopgrafi penting dalam sejarah, tetapi toponimi nama geografi
memiliki sejarah sendiri. Dalam studi sejarah, toponimi harus dipehatikan
secara kontekstual. Sebab, sejarah adalah narasi fakta dan data.

Sejarah Cirebon dalam blog ini adalah serial artikel sejarah di wilayah Cirebon dan sekitar (termasuk
wilayah Tegal dan Pekalongan serta sebagian wilayah Priangan/Preanger). Sejarah
Cirebon ini juga menjadi sebagai serial artikel sejarah di wilayah (pulau)
Jawa. Serial artikel sejarah sebelumnya yang sudah ditulis adalah: Sejarah
Jakarta, Sejarah Depok. Sejarah Bogor, Sejarah Bandung, Sejarah Sukabumi,
Sejarah Bekasi, Sejarah Tangerang, dan Sejarah Banten. Lalu kemudian diteruskan
ke bagian timur pulau Jawa tentang Sejarah Semarang, Sejarah Surabaya, Sejarah
Jogjakarta, Sejarah Surakarta dan Sejarah Banyumas. Dengan demikian wilayah
Cirebon menjadi sisa wilayah Jawa yang sejarahnya belum dinarasikan. Untuk
mengakhiri narasi sejarah di Jawa, dalam serial artikel Sejarah Cirebon, mari
kita awali dengan artikel pertama tentang asal usul nama Cirebon sendiri. Namun
sebelum dimulai perlu diketahui bahwa di dalam blog ini serial artikel Sejarah
Cirebon juga akan mengakhiri serial sejarah di Indonesia. Sebelumnya juga sudah
ada serial artikel sejarah di Sumatra (Padang Sidempuan, Tapanuli, Medan,
Padang, Palembang, Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung serrta Bangka
Belirung); di Kalimatan (Selatan, Barat, Timur,. Tengah dan Utara); di Sulawesi
(Makassar dan Manado); di Kepulauan Nusa Tenggara (Madura, Bali, Lombok dan
Timor); di Kepulauan Maluku (Ambon dan Ternate); dan di Papua. Dalam rangka
untuk menuju tujuan akhir, studium generale Sejarah Menjadi Indonesia, akan
didahului penulisan narasi sejarah berbagai bidang di Indonesia. Satu topik
pertama yang sudah selesai adalah serial artikel Sejarh Pers di Indonesia,
kemudian akan dilanjutkan Serjarah Pendidikan, dan demikian selanjutnya.
Lantas bagaimana sejarah nama Cirebon, air bekas
terasi cai udang rebon? Seperti disebut di atas, usal usul nama Cirebon ada
yang berpendapat demikian. Namun sangat naif jika nama-nama geografi, apalagi
nama-nama yang terbilang sudah kuno hanya didasarkan pada toponimi semata.
Toponimi dalam sejarah seharusnya diperhatikan secara kontekstual. Nama
geografi dalam hal ini tentu saja memiliki sejarah sendiri. Sejarah adalah narasi
fakta dan data. Lalu bagaimana sejarah nama Cirebon, air bekas terasi cai udang
rebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Nama Cirebon Air Bekas Terasi Cai Udang Rebon, Apakah
Fakta? Toponimi dalam Sejarah, Narasi Fakta dan Data
Nama geografi di nusantara (baca: Hindia Timur) pada
era navigasi pelayaran perdagangan modern (kehadiran pelaut Eropa) haruslah
merujuk pada perta-peta semasa Portugis. Lalu apakah nama Cirebon disebut dalam
peta-peta Portugis? Jika tidak, apakah nama Cirebon ditemukan dalam laporan-laporan
pelaut/pedagang Portugis?
Peta tertua di nusantara pada awal kehadiran orang Eropa di nusantara
diduga kuat adalah peta yang dibuat oleh Francisco Rodriguez semasa awal Portugis. Dalam
laporan-laporan Portugis disebut Rodriguez sudah berada di Malaka pada tahun 1511. Peta-peta pelayaran dari
Malaka ke Maluku yang dibuat Rodriguez, peta-peta yang paling awal dibuat oleh
orang Eropa, adalah hasil survei D’Abreu selama ekspedisinya pada tahun 1511. Peta-peta tertua dibuat
pada pelayaran
Joam Lopez Alvim ke Mauku
pada
tahun 1513. Dalam peta-peta inilah
nama-nama geografi di nusantara ditemukan termasuk di (wilayah) pulau Jawa.
Sebagaimana diketahui pelaut-pelaut Portugis dari Malaka menuju Maluku melalui selat
Sumatra, pantai utara pulau Jawa, terus ke perairan di utara pulau-pulau Nusa
Tenggara hingga ke Maluku. Nama-nama geografi dalam peta-peta awal ini yang
diduga berada di pulau Jawa adalah Ssumda dalam Peta 19 (Sunda?); dalam Peta 21
diidentifikasi nama-nama Agaci (Gresik?), Ssurubaia (Surabaya?), Ilha de Jaoa
(pulau Jawa?), Ilha de madura (pulau Madura?), Bllarain (Bali?) dan Savote (Sapudi?).
Nama Sunda pada peta awal diduga sudah
diidentifikasi. Nama Sunda diduga adalah nama pulau di timur laut selat Sunda
(kini pulau Sangiang). Meski nama Sunda sudah diidentifikasi, tetapi nama Sunda
Kalapa, baru dikenal kemudian sebagai suatu pelabuhan di muara sungai Tjiliwong
dengan nama Calapa. Pelaut-pelaut Portugis kemudian mengidentifikasi nama
(pelabuhan) Calapa tersebut sebagai Sunda Kalapa (pulau Kalapa di wilayah
Sunda). Dalam peta-peta awal ini tidak ada indikasi nama Cirebon, tetapi yang
ada antara lain Gresik, Surabaya dan pulau Jawa dan pulau Madura dan pulau
Bali. Lalu kapan nama Cirebon pertama kali terindentifikasi dalam (peta dan laporan) navigasi pelayaran perdagangan Portugis?
Dalam laporan Tome Pires (yang telah disadur menjadi The Suma Oriental of
Tome Pires) nama Cirebon disebut dengan nama Choroboam (Cherimon). Ini
menginsikasikan semasa awal era Portugis sudah dikenal Cirebon. Disebutkan
Cirebon adalah vassal dari Demak (Pate Rodim/Patih Rodim/Raden Patah). Dalam
laporan Pires ini juga disebut nama Locary (Losari). Cirebon disebut sebagai
pelabuhan, yang memiliki populasi penduduk sebanyak seribu jiwa yang dipimpin
oleh Patih Quedir. Dalam laporan Mendes Pinto, seperti kiota lihat nanti nama
Demaa (Demak) cukup mononjol yang disebutkan sebagai Radja Demaa sebagai Raja
diraja seluruh (pulau) Jawa.
Dalam laporan Portugis nama Cirebon ditulis
Choroboan. Apakah penulisan dengan Choroboan secara linguistic/fonetik adalah
Chire-bon=Choro-boam)? Kemungkinan besar seperti itu. Artinya bahwa nama sebenarnya
memang sudah Cirebon dari awal sebelum kehadiran orang Portugis. Jika dalam
nama Cirebon, kata depan chi adalah mengindikasikan sungai/air, lalu apakah ada
nama lain yang juga menggunakan kata depan chi=ci? Yang jelas bahwa di kota pelabuhan
Cirebon menurut laporan Portugis memang terdapat sungai, yang mana sungai ini
dapat dilayari hingga tiga mil ke arah hulu/pedalaman.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Toponimi dalam Sejarah, Narasi Fakta dan Data: Wilayah
Cirebon Masa ke Masa
Dalam laporan pelayaran Diego Lopez tahun 1527 yang
disarikan oleh Joao de Barros (lihat De doorlugtige scheeps-togten der Portugysen na
Oost-Indien, mitsgaders de voornaamste
gedeeltens van Africa en de Roode-Zee …, 1706), nama Zunda tetap eksis, tetap nama Choroboam tidak terinformasikan.
Dalam pelayaran Diego Lopez ini nama-nama lain yang diidentifikasi adalah Xacatra
(Jakarta?), Chiamo (Cimanuk?), Caravam (Karawang?), Tangaram (Tangerang?),
Chequide (Cikande?), Pondang (Pontang?) dan Bantam dan adakalanya ditulis Banta
(Banten?).
Dalam laporan Diego Lopez ini jika Chequide diyakini pada masa ini
sebagai Cikande dan Chiamo sebagai Cimanuk), serta dalam laporan Tome Pires
yang mana Choroboam adalah Cirebon, maka diduga penggunaan nama cho=che=chi=ci
(sungai/air) di depan nama tempat, sudah digunakan secara luas. Dengan kata
lain penggunan nama depan ci untuk nama tempat (terutama di wilayah Jawa bagian
barat) sudah berlaku umum. Dalam laporan Diego Lopez ini juga disebut nama Dama
(Demak?), Tubam (Tuban?), Sadajo (Sidayu?), Japara (Jepara?), Passarvam (Pasuruan?),
Paneruca (Panarukan?) dan Bale (Bali?).
Nama-nama tempat sebagaimana dilaporkan pada awal
era Portugis, tampaknya nama-nama tempat yang berada di pantai atau di muara-muara
sungai. Nama tempat Choroboam, Chimano dan Chequide (yang mengindikasikan nama
depan ci) merujuk pada nama tempat yang juga nama sungai. Hal ini akan berbeda
dengan Xacatara, Tangaram, Caravam, Pondang dan Banta, suatu nama-nama tempat
yang meski tidak mendapatkan nama depan ci, tetapi (tetap) berada di daerah
aliran sungai.
Dalam perkembangannya, sebagaimana kita lihat nanti, penulisan ci dengan
Cho, Chi dan Che muncul dengan penulisan Tsi. Tentu saja Tji baru berkembang
pada era Belanda (VOC). Namun yang menjadi pertanyaan, yang mana lebih dahulu
eksis apakah nama sungai (ci) atau apakah nama tempat. Fakta bahwa di tempat-tempat
tesebut di atas, mengalir sungai denga menggunakan nama depan ci seperti Tjiliwong
(Xacatara). Tjisadane (Tangaram) dan Tjitaroem (Caracam).
Penggunaan nama depan ci dalam nama tempat dalam hal
ini diduga berawal dari nama sungai, yang mana di muara sungai tersebut
terbentuk kampong (baru) yang kemudian nama kampong itu mengikuti nama sungai
seperti Cirebon, Cimanuk dan Cikande. Semantara nama-nama tempat seperti Xacatara,
Tangaram dan Caravam berada di (muara) sungai, sungai yang telah memiliki nama
seperti sungai Tjiliwong, Tjisadane dan Tjitaroem.
Jika mundur ke belakang, nama-nama sungai seperti Tjiliwong, Tjisadane
dan Tjitaroem berawal dari nama tempat (kampong) di suatu (muara) sungai. Dalam
hal ini di masa lampau nama-nama tempat seperti Liwong, Sadane dan Taroem sudah
eksis sebelum namnya disebut sebagai nama sungai (menggunakan nama depan ci).
Nama-nama tempat Liwong, Sadane dan Taroem sejatinya tidak pernah ditemukan
lagi. Boleh jadi nama-nama tempat tersebut adalah nama-nama tempat di zaman
kuno. Misalnya nama Taroem yang dikaitkan dengan nama kerajaan yang pernah
eksis di masa lampau era Hindoe/Boedha (kerajaan Taruma/nagara).
Nama Cirebon (Choroboam) diduga adalah nama baru
untuk menunjukkan suatu tempat di muara sungai (sungai Cirebon). Lalu yang
menjadi pertanyaan adalah apakah nama awal sungai Cirebon merujuk pada nama
tempat yang disebut Rebon? Apakah itu juga berlaku untuk nama Manuk (Cimanuk?)
dan Kande (Cikande?) sebagaimana disebut di atas? Nama-nama Rebon, Manuk dan
Kande pada era Portugis diduga adalah nama-nama generic, suatu nama lama berasal
dari zaman kuno yang digunakan dan berada di berbagai wilayah. Bentuk variasi (pergeseran
sebutan) untuk Rebon adalah Roban dan Raba. Demikian juga nama Manuk, Manok dan
Manik. Nama Kande dapat merujuk pada variasi dari Kandis dan Kanda.
Bagaimana dengan sebutan ci untuk sungai di wilayah Jawa bagian barat.
Pada masa ini nama depan ci untuk sungai hanya terbatas di wilayah Jawa bagian
barat. Ini dapat dikatakan ci adalah nama khas (budaya/bahasa) Soenda. Nama
lain dari sungai (ci) yang sejaman adalah songi atau sunge (sungai). Sebutan
sungai di Sumatra adalah batang, aek dan krueng. Sebutan yang lebih tua untuk
sungai diduga berasal dari awal era Hindoe/Boedha yakni aru, ara, ari, aro, aros
dan sebagainya. Hal itulah mengapa ada nama sungai seperti Batang Arau, Batang
B-aru-mun, Batang Ari (kini Batang Hari), sungai Ambuaru (Jambu-air), Batang S-aru-langun
dan sebagainya. Idem dito ditemukan nama sungai/tempat di pulau Madura yakni Arosbaja.
Nama Aros-baja ini diduga terkait dengan nama Sora-baja. Variasinya juga ditemukan
dengan nama tempat Karta-sura dan Sura-karta. Sura dalam hal ini merujuk pada sora
atau aros. Pulau Aru atau kepulauan Aru mengindikasikan pulai air (pulau yang
memiliki air/minum). Dalam perkembangan terakhir (terumana pada era Belanda) muncul
sebutan sungai sebagai kali, seperi Kalu Tjiliwong, sungai sungai-liwong, sebagai
tambahan nama Liwong atau Liwung memiliki padanan dengan nama-nama geografis
masa lampau seperti Lawi, Lawe, Luwu, Lawu dan sebagainya.
Dengan merujuk pada kutipan di atas, apakah nama
Cirebon berasal usul dari Ci cai/air dan Rebon udang rebon? Boleh jadi dalam
hal ini mudah memahami hubungan ci dengan cai dan cai dengan air, tetapi sulit
memahami hubungan rebon dengan nama udang dalam membuat terasi. Nama Rebon
diduga kuat berasal usul dari nama tempat dari zaman kuno, Rebon, Roban dan
Raba. Nama-nama generic yang sulit diketahui asal usulnya lagi.
Pada era VOC orang-orang Belanda menulis nama Cirebon dengan nama Cheribon
(bukan Chirebon). Nama Cheribon inilah yang tetap eksis hingga era Pemerintah
Hindia Belanda. Nama tersebut tentulah penamaan/penulisan dari orang Belanda. G
Schlegel (1900) menyebut Tjiribon adalah sebutan orang Jawa. Lantas mengapa
kini menjadi Ci-rebon (bukan Che/Ce-ribon). Frans Junghuhn (1853-1854) menyebut
penulisan yang benar adalah Tji-rebon, sedangkan Tje-ribon adalah nama Tji-rebon
yang telah di/rusak. Hal yang serupa juga dalam kasus Ciremai atau Ceremai.
Nama Chirebon, yang dalam hal ini rebon diartikan
sebagai udang muncul dalam tulisan OJ Reinders, Jr (1901) yang mana disebutnya Tjirebon
= garnalenrivier (sungai udang). Besar dugaan Reinders memungutnya dari
pemahaman masyarakat. Namun karena nama Cirebon atau Ceribon sudah eksis pada
era Portugis, sulit membayangkan penamaan suatu tempat dihubungkan dengan
arti/makna tertentu. Seperti disebut di atas, nama dengan penamaan rebon atau ribon,
diduga merupakan variasi dari nama tempat roban (nama yang diduga berasal dari
era Hindoe/Boedha).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak
1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta
Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun
di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis
artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang,
utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan
aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel
sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or
perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.