Sejarah

Sejarah Dewan di Indonesia (25): Dewan 1 April 1906; Semarang Bandoeng Cheribon Tegal Pekalongan Magelang Palembang …


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini

Banyak factor yang menentukan suatu kota (gemeente)
diberlakukan desentralisasi. Tidak hanya karena ukuran kota (kota besar). Fakta
bahwa ada juga kota kecil seperti Magelang dan Blitar. Lantas factor apa lagi.
Yang jelas setelah di kota Batavia, Meester Cornelis dan Buitenzorg dibentuk
dewan (geeemteraad), kota-kota lain menyusul secara rombongan: Semarang,
Bandoeng, Cheribon, Tegal, Pekalongan, Magelang, Palembang, Kediri, Soerabaja,
Blitar, Padang dan Makassar.


Pada
tahun 1906 pemerintahan kolonial Belanda mengeluarkan sebuah Staatsblad van
Nederlandche Indie Tahun 1906 Nomor 150 tanggal 1 April 1906, yang isinya
adalah menetapkan pembentukan Gemeente Blitar. Momentum pembentukan Gemeente Blitar
inilah yang kemudian dikukuhkan sebagai hari lahirnya Kota Blitar. Pada tahun
itu juga dibentuk beberapa kota lain di Indonesia antara lain kota Batavia,
Buitenzorg, Bandoeng, Cheribon, Magelang Semarang, Madioen, Blitar, Malang,
Surabaja dan Pasoeroean. Pada tahun 1928, Kota Blitar pernah menjadi Kota
Karisidenan dengan nama “Residen Blitar”, dan berdasarkan Stb. Tahun
1928 Nomor 497 Gemeente Blitar ditetapkan kembali. Pada tahun 1930. Pada tahun
1942, Jepang berhasil menduduki Kota Blitar dan istilah Gementee Blitar berubah
menjadi “Blitar Shi”, yang diperkuat dengan produk hukum yang bernama Osamu
Seerai.
(https://blitarkota.go.id/id/)

Lantas bagaimana sejarah dewan 1 April 1906?
Seperti disebut di atas, tanggal ini merupakan desentralisasi diberlakukan di
kota-kota Semarang, Bandoeng, Cheribon, Tegal, Pekalongan, Magelang, Palembang,
Kediri, … Soerabaja, Blitar, Padang dan Makassar. Lalu bagaimana sejarah dewan
1 April 1906? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Dewan 1 April 1906; Semarang, Bandoeng, Cheribon,
Tegal, Pekalongan, Magelang, Palembang, Kediri, Soerabaja, Blitar, Padang,
Makassar

Realisasi desentralisasi di Hindia Belanda, yang
secara normative berlakukan tahun 1903, baru terlaksana di lapangan pada tahun
1905 dengan diresmiskannya dewan kota (gemeenteraad) di Batavia, Meester
Cornelis dan Buitenzorg. Hari pelantikan anggota dewan dilakukan pada tanggal 1
April 1905.Dalam satu tahun berikutnya sejumlah kota dipersiapkan untuk
pemberlakuan desentralisasi. Pelantikan anggota dewan di kota-kota lainnya itu akan
dilakukan pada tanggal 1 April 1906.


Bataviaasch nieuwsblad, 03-03-1906: ‘Perluasan sistem
Gemeenete. Kemarin Gubernur Jenderal mengumumkan keputusan yang memberikan
status kota (gemeente) ke kota Semarang, Bandoeng Tegal, Pekalongan dan
Cheribon, Magelang dan Palembang, dan menetapkan kembali tempat-tempat itu
menjadi gemeente’. Catatan: nama-nama kota lainnya sudah disebutkan sebelumnya.

Yang menjadi ketua dewan di kota-kota tersebut
adalah Asisten Residen.Setiap dewan kota (gemeenteraad) memilikih jumlah
anggota berbeda-beda dan siapa yang akan menjadi anggota dewan ditunjuk dari
berbagai golongan. Nama-nama anggota dewan yang diangkat untuk menjadi anggota
dewan di kota-kota diumumkan awal Maret 1906 (lihat
Bataviaasch nieuwsblad, 03-03-1906).


Untuk anggota dewan di gemeente Cheribon diangkat:  Raden Aha, swasta; G. A. Ament, perwakilan NV Amentsche
suikerfabrieken; a Nama ; Raden Mas Pandji Ario di Noto, Hoofdjaksa di Landraad;
dr. KBM ten Brink, dokter setempat; HJ van Hasselt, pejabat kehutanan setempat;
WKF Hekmeijer, Controleur di pemerintahan setempat; JHP Lankau, Commies di
kantor residen; M. Reep, landmeter kelas 2 di Kadaster; E. Taazer, pedagang;
The IJoe Gie, Letnan orang Cina; Mr W de Veer, Ketua Landraden Cheribon en
Koeningan. Untuk anggota dewan di gemeente Tegal diangkat: SA Bartstra, guru
kelas 1 di sekolah Eropa; J Th. Hesselberg, direktur pelabuhan perahu Tegal; K Hovens
Greve, pedagang; Lie Kao Eh, pedagang; Sech Koehamad bin Achmad bin Soengkar,letnan
Arab; W Oltman, kepala Pengoperasian perusahaan keretaapi Cheribon Semarang,
Mas Poerbo Waloejo, dokter pribumi, Raden Mas Adipati Ario Rekso Negoro, bupati
Tegal, Mas Soero Hatmodjo, djaksa di Landraad; D van Vianen, Kepala ekspor Jawa;
MJA Verduyn Lunel, pejabat bendahara bea masuk dan keluar serta bea cukai; Mr AH
Walkate, Ketua Landraden di Tegal dan Pemalang; HC Wulff, inspektur administrasi
pemerintahan. Demikian seterusnya untuk kota-kota lainnya.  

Semua anggota dewan yang diangkat merupakan individu
yang ditunjuk pemerintah dengan beslit. Mereka ini terutama yang berkedudukan
dan berdomisili di kota dan sekitar. Jelas dalam hal ini para anggota tidak ada
yang dipilih (oleh konstituen). Sementara itu, untuk menjadi anggota dewan kota
di Belanda, semuanya dipilih (melalui partai).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Semarang, Bandoeng, Cheribon, Tegal, Pekalongan,
Magelang, Palembang, Kediri, Soerabaja, Blitar, Padang, Makassar: Mengapa
Desentralisasi Diresmikan Bersamaan?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 



















*Akhir Matua
Harahap
, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak
1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta
Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun
di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis
artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang,
utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi
ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top