*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina
dalam blog ini Klik Disini
Pelabuhan
(Port) dapat dikatakan setua navigasi palayaran dalam perdagangan. Sejarah
pelabuhan di berbagai tempat baru intens berlangsung sejak kehadiran
orang-orang Eropa yang diikuti pembentukan koloni. Keberadaan pelabuhan yang
dibangun atau yang ditingkatkan terus dijaga karena menjadi pusat perdagangan
utama di kawasan dimana pelabuhan itu ditetapkan. Pelabuhan Manila terbilang
salah satu pelabuhan tua di Asia Tenggara. Pelabuhan Manila ditetapkan Spanyol
di muara sungai Pampanga (kini sungai Pasig) untuk menggantikan pelabuhan
tradisional di Cabita (kini Cavite).

banyak pelabuhan yang sangat dikenal ketika pelaut-pelaut Eropa mengunjungi
Hindia Timur. Pelabuha besar antara lain Malaka dan Ternate. Dalam perkembangannya
sejumlah pelabuhan lain yang muncul adalah Atjeh, Banten, Amboina dan
sebagainya. Sejak Belanda memindahkan pelabuhannya dari Amboina (awalnya dikuasai
Portugis) ke muara sungai Tjiliwong, pelabuhan pelabuhan tradisional Sunda
Kalapa digantikan pelabuhan Belanda (VOC) dengan nama Batavia (sebagaimana
pelabuhan Cabita di teluk Manila digantikan pelabuhan baru Pelabuhan Manila.
Lantas
bagaimana sejarah pelabuhan Manila diteluk Manila? Seperti disebut di atas, pelabuhan Manila adalah
pelabuhan pengganti dari pelabuhan tradisonal di Cavite. Lalu mengapa pelabuhan
Manila dibangun baru? Dalam perkembangannya idem
dito Belanda membangun pelabuhan baru di Batavia (menggantikan pelabuhan
tradisional Sunda Kalapa). Bagaimana pelabuhan Manila dan pelabuhan Batavia
selanjutnya? Pelabuhan Manila adalah
pelabuhan utama di Filipina dan kini telah direlokasi, tidak terlalu jauh dari
origin, tetapi pelabuhan Batavia direlokasi ke tempat yang lebih jauh di
Tanjung Priok. Mengapa begitu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pelabuhan Manila di Sungai
Papanga: Diperluas ke Area Utara
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Pelabuhan Jakarta: Dari Batvia
ke Tanjung Priok
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.