Sejarah

Sejarah Jakarta (109): Pasar Pisang, Dari Pasar Buah Menjadi Pusat Perdagangan (Bisnis) Penting di Batavia; G Koff en Co




false
IN



























































































































































*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Tempo doloe di Batavia
terdapat nama suatu pasar yang disebut Pasar Pisang. Lokasi area pasar ini pada
masa kini berada di jalan Kali Besar Timur III. Apa yang menarik dari Pasar
Pisang adalah usianya yang sudah sangat tua. Pasar Pisang sudah terbentuk sejak
era VOC/Belanda. Pasar Pisang pada era Pemerintah Hindia Belanda juga dianggap
sebagai pusat perdagangan yang penting.

Toko buku G Koff en Co di Pasar Pisang (1872)

Gubernur Jenderal Coen pada tahun 1619 merancang
kota (stad) Batavia, lalu pengembangannya dilanjutkan oleh penerusnya. Satu
yang terpenting dari Gubernur Jenderal (Jenderal) Specx (1629-1632) adalah
membangun kanal sungai Tjiliwong yang kemudian dikenal sebagai kanal Kali
Besar. Kanal ini menjadi pelabuhan air sepanjang kanal. Untuk mendukung
ketinggian air kanal Kali Besar pada tahun 1648 dibangun kanal Molenvliet dan
dua tahun berikutnya (1650) dibangun kanal Antjol.

Kapan pasar Pasar Pisang terbentuk sulit diketahui.
Pasar ini diduga terbentuk karena semakin berkembangnya perpasaran di stad
Batavia. Pasar Pisang diduga muncul setelah adanya Pasar Ikan dan Pasar Borong.
Lantas bagaimana sejarah area Pasar Pisang? Tentu saja belum pernah ditulisn.
Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan
lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru
yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*
Kali Besar dan Tijger gracht

Pasar Pisang pada masa
ini berada di jalan Kunir (jalan Kali Besar Timur 3). Jalan ini berada di
antara dua kanal, yakni kanal Groote Rivier/Kali Besar dan kanal Tijger (Tijger
gracht). Kanal Groote Rivier pada era VOC adalah pusat perdagangan, sedangkan
kanal Tijger adalah area perumahan elit. Di dua sisi kanal Tijger adalah area
pemukiman termewah di era VOC.
Area Pasar Pisang (Peta 1624 dan Peta 1826)

Kanal pertama yang dibangun adalah Tijger gracht.
Beberapa kanal dibangun untuk menghubungkan sungai Tjiliwong dengan Tijger
gracht. Kanal-kanal tersebut dapat dilihat pada Peta 1624. Sedangkan jalan
pertama yang dibangun adalah jalan Kunir yang sekarang (lihat Geschiedenis der
Nederlanders in den Oost-Indischen Archipel, ingericht voor schoolgebruik, 1867).
Dalam hal ini, dapat dikatakan jalan yang melalui Pasar Pisang adalah jalan
tertua di kota (stad) Batavia. Pada Peta 1826 di selatan Pasar Pisang ini masih
teridentifikasi balai kota (stadhuis: A). Lapangan yang berada di depan
Stadhuis ini kini lebih dikenal sebagai Lapangan Fatahillah, sementara Stadhuis
sendiri menjadi area/lokasi Museum Sejarah Jakarta yang sekarang.

Kanal Tijger gracht
dibangun pada era Gubernur Jenderal Coen (1619). Sedangkan kanal Groote Rivier
(Kali Besar) dibangun pada era Gubernur Jenderal Specx (1629-1632). Untuk
menghubungkan sungai Tjiliwong (Groote Rivier) dan Tijger gracht dibangun jalan
raya (jalan yang pertama di Batavia). Di selatan jalan inilah kemudian dibangun
Stadhuis.
Peta 1740

Pada Peta 1740 (sebelum terjadinya kerusuhan tahun
1740) telah terjadi perubahan lanskap kota (Stad) Batavia. Pada peta
teridentifikasi bangunan Stadhuis. Bangunan Stadhuis ini direnovasi pada era
Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck (1709-1713). Juga teridentifikasi sudah
banyak kanal yang dibangun. Satu yang penting bahwa aliran sungai Tjiliwong
telah digeser ke kanal yang berada di timur kanal Tijger gracht (untuk
mengendalikan banjir). Penggeseran aliran sungai Tjiliwong ini bersamaan dengan
pembangunan kanal antara benteng Noorwijk dan benteng Rijswijk. Untuk menjaga
stabilitas ketinggian air di Kali Besar, sungai Kroekoet dialihkan menuju kanal
Kali Besar. Kanal Kali Besar ini juga mendapat suplai air dari kanal Molenvliet
(yang dibangun tahun 1648). Air kanal Molenvliet berasal dari kanal di Riswijk.
  

Stadhuis menjadi ibu kota
yang baru (sebelumnya pusat pemerintahan berada di Kasteel Batavia). Antara Stadhuis
dengan Kasteel Batavia telah terbentuk jalan dan dua jembatan di atas kanal
pada era Coen (lihat Peta 1740). Jalan dari Stadhuis ke Kasteel ini kemudian disebut
Heerenstraat.
Masih pada Peta 1740 kanal di utara Stadhuis telah
diperpanjang (dari Kali Besar hingga aliran sungai Tjiliwong yang baru). Kanal
ini kemudian disebut Leeuwinnwn gracht. Kanal ini sejajar dengan jalan yang
pertama (jalan Kunir yang sekarang).
Pasar Pisang
Kapan terbentuk pasar
yang disebut Pasar Pisang? Pada tahun 1740 nama Pasar Pisang belum ada (lihat Omstandig
en allernaeuwkeurigst verhaal van den oorsprong, begin, voortgang en gelukkige
ontdekkinge van het vervloekt en schelms verraadt, 1741). Pasar yang ada adalah
Pasar Ikan dan Pasar Borong (di sisi barat Groote Rivier). Pasar Pisang diduga
terbentuk pada akhir era VOC atau awal Pemerintah Hindia Belanda.
Pada permulaan Pemerintah Hindia Belanda (1800),
stad (kota) Batavia tetaplah penting karena pusat perdagangan utama. Namun
pemerintahan yang baru (Hindia Belanda). Gubernur Jenderal (Johannes Sieberg) tidak
memilih kantor/rumah di Stadhuis tetapi lebih memilih menyewa rumah di
Molenvliet. Rumah tersebut kini lebih dikenal Gedung Arsip Nasional (jalan
Gajah Mada yang sekarang). Pemindahan ibu kota ini menjadi terlaksana pada era
Gubernur Jenderal Daendels yang membangun ibu kota baru di Weltevtreden.
Sehubungan dengan
perpindahan ibu kota dari Batavia ke Weltevreden, situasi dan kondisi di
Batavia berubah. Batavia secara perlahan hanya tinggal sebagai pusat
perdagangan (sementara pusat pemerintahan telah relokasi). Pada fase inilah
diduga Pasar Pisang berkembang sebagai pusat perdagangan yang baru (perluasan
pusat perdagangan di Kali Besar).
Nama Pasar Pisang paling tidak telah diberitakan
pada tahun 1825 (lihat Bataviasche courant, 16-02-1825). Disebutkan bahwa
pemerintah akan melelang lahan di Pasar Pisang, lahan yang dimiliki oleh Tan
Boanko.  

Tunggu deskripsi
lengkapny
a

*Akhir
Matua Harahap
, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top