Peta 1919 di Krakatau (Koninklijk Instituut voor
de Tropen)
Pada tahun 1919 Topografische dienst
in Nederlandsch-Indie, Batavia melakukan pemetaan area Krakatau yang kemudian
dipublikasikan oleh Koninklijk Instituut voor de Tropen. Data yang dikumpulkan
selama periode 1919 juga di dalam peta menunjukkan kedalaman laut yang dibuat
oleh Dr BG Escher pada bulan Juni 1919. Peta Escher ini juga membandingkan
dengan peta yang dibuat van Gogh yang datanya dikumpulkan pada tahun 1909. Dalam
peta 1919, titik kedalaman laut pada bulan September dan Oktober tahun 1883. Di
beberapa titik setelah letusan, diidentifikasi ada pendangkalan yang diberi tanda
lingkaran dengan patah-patah (lingkaran besar), sementara yang dibuat dengan
garis kontinu (lingkaran kecil) menandakan kedalaman yang diukur dari atas air
yang semakin dekat ke permukaan.
![]() |
Foto erupsi Anak Krakatau, 1928 |
Pada tahun 1928 terjadi
erupsi di dasar laut yang berada pada posisi tengah pulau Anak Krakatau yang
sekarang. Pulau/gunung Anak Krakatau yang sudah berbentuk sebesar seperti
kira-kira sebesar pulau Anak Krakatau yang sekarang (sekitar 300 M di atas
permukaan laut).
setelah terjadinya erupsi (24-27 Desember 2018) ketinggian pulau/gunung Anak Krakatau telah menurun dari
drastis 338 M/dpl menjadi 110 M/dpl. Penuruan ini diduga sebagai terjadinya
longsor lalu menimbulkan tsunami. Volume yang hilang diperkirakan sekitar 150-180
juta M3, sementara yang tersisa saat ini hanya sekitar 40-70 juta M3.
Lantas, apakah
pulau/gunung Anak Krakatau yang telah mengalami longsor dan tinggi hanya
tinggal 110 M akan kembali tumbuh. Kita tidak tahu.