Sejarah

Sejarah Jakarta (51): Sejarah Pasar Minggu, Tempo Doeloe Disebut Pasar Tandjong West; Pusat Perdagangan Jalur Middenweg




false
IN



























































































































































*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Pasar
Minggu, sebuah pasar yang awalnya hanya dibuka pada hari Minggu. Keberadaan
Pasar Minggu sudah ada sejak lama. Seperti halnya Pasar Tanah Abang, Pasar
Senen, Pasar Rebo, Pasar Pondok Laboe (Simplicitas), Pasar Minggu juga diadakan
karena inisiatif pedagang VOC. Pada awalnya nama Pasar Minggu ini disebut Pasar
Tandjong West yang buka pada hari Minggu (zondag). Namun dalam perkembangannya
lebih populer disebut Pasar Minggu.

Peta 1840

Pasar di
Tandjong West yang buka pada hari Minggu (zondag), sebagai pasar swasta paling
tidak sudah dicatat dalam Almanak 1834. Pasar swasta lainnya yang dicatat,
antara lain di Poeloe Gadong (jumat), Pondok Gedee (senin), Tjilingsie
(selasa), Bekassi (sabtu), Meester Cornelis (kamis) dan Tandjong Oost (rabu).
Seperti halnya Pasar Tandjong Wesy menjadi Pasar Minggu, Pasar Tandjong Oost
menjadi Pasar Rebo. Selain pasar swasta, juga dicata pasar pemerintah seperti
di Weltevreden, Molenvliet dan Buitenzorg.   

Lantas
mengapa disebutPasar Minggu? Hal itu jelas karena dibuka pada hari Minggu. Yang
menjadi pertanyaan mengapa Pasar Tandjong West menjadi Pasar Minggu? Dan sejak
kapan nama Pasar Minggu muncul? Pertanyaan-pertanyaan ini sepintas tampak
sepele. Mengabaikannya, kita tidak memahami apapun. Oleh karena itu masih perlu
untuk memahami sejarah Pasar Minggu. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Landhuis Tandjong West (1930)

Sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar
sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung
(pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis)
dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Land Tandjong
West, Tanjung Barat

Land
Tandjong West (kini Tanjung Barat) dibangun setelah lama Tandjong (Oost)
dibangun. Namun tidak diketahui sejak kapan Land Tandjong West dibangun. Paling
tidak tahun 1772 Land Tandjong West dilukiskan oleh Johannes Rach sebagai
Frisian di timur. Dalam lukisan itu terlihat Land Tandjong West sebagai usaha
peternakan (penghasil susu) yang besar dengan 4.000 sapi perah dan 400 orang
budak.
Landhuis Tandjong West dan Landhuis Tandjong oost (Peta 1901)

Land Tandjong
Oost (Tanjung Timur, kini Pasar Rebo) dan land Tandjong West dipisahkan oleh
sungai Tjiliwong. Tidak ada akses jembatan (jalan) antara landhuis Tandjong
West dengan landhuis Tandjong Oost. Land Tandjong Ooost berada di jalur ekonomi
perdagangan antara Meester Cornelis dan Buitenzorg di sisi timur sungai
Tjiliwong (disebut jalan timur Oosterweg); sementara land Tandjong West berada
di jalur ekonomi pedagangan antara Weltevreden dan Buitenzorg di sisi barat
sungai Tjiliwong (disebut jalan barat Westerweg). Jalur jalan barat ini dari
Buitenzorg melalui sejumlah tanah pertikelir (land): Tjiliboet, Bodjonggede.
Tjitajam, Depok, Sringsing, Tandjong West, Doerian Tiga (Kalibata) dan Menteng
ke Pasar Senen (Weltevreden).   

Pada
tahun 1830, Land Tandjong West yang kering sebagai ranch peternakan dibasahi
dengan air yang yang dialirkan (membangun kanal) dari Setu Babakan. Sejak itu,
sebagai land perternakan, land Tandjong West berkembang menjadi lahan pertanian
yang subur. Sebelumnya, nama land Tandjong West sempat meredup. Land Tandjong
West yang terkenal di era VOC, baru setelah pembangunan bendungan (Setu
Babakan) dan kanal (irigasi) namanya populer kembali. Ukuran ekonomi
perdagangan menjadi faktor penting popularitas suatu wilayah.
Ranch peternakan di Land Tandjong West (1772)

Setelah dibubarkannya
VOC (1799) Pemerintah Hindia Belanda pada era Gubernur Jenderal Daendels
(1809-1811) memulai konsep pembangunan ekonomi terintegrasi dengan membangun
jalan pos trans-Java Anjer-Panaroekan. Jalan pos ini dari Batavia melalui sisi
timur sungai Tjiliwong. Sejak itulah terminologi Oosterweg muncul (dan jalur jalan
sisi barat disebut Westerweg). Proses ini tetap diadopsi selama penduduk
Inggrisn (1811-1816). 

Setelah kembalinya Pemerintah Hindia Belanda berkuasa, land-land
di sebelah barat Westerweg berkembang pesat. Land-land Parong, Tjiniere dan
Simplicitas (Pondok Laboe) terhubung membentuk jalur ekonomi perdagangan baru
yang penting antara Buitenzorg dan Batavia (melalui Pasar Tanah Abang). Sejak
itu jalur ini disebut Westerweg; jalur Westerweg lama disebut Middenweg. Jalur
Middenweg ini adalah jalur sangat sulit dilalui, berlumpur di musim hujan. Ruas
jalan Bondjong Gede (Bamboe Koening) dan Sringsing (Serengseng Sawah, kini
Tanjakan UI) adalah momok bagi para crew (convoy) pedati. Berkembangnya jalur
Westerweg yang baru dan lebih kering melalui Simplicitas mengakibatkan jalur
Middenweg redup. Land-land yang berada di Middenweg juga redup termasuk land Tandjong
West. Pembangunan irigasi di jalur Middenweg belum mampu mengatasi ketertinggalan.
    

Berkembangnya
pertanian di Land Tandjong West memicu pembentukan pasar di land Tandjong West.
Sebelumnya sudah terbentuk pasar di land Simplicitas. Jauh sebelumnya sejak era
VOC sudah terbentuk pasar di Land Tandjong Oost (Pasar Rebo, kini bergeser
menjadi Pasar Kramat Jati). Tiga pasar ini kurang lebih berada sejajar di
selatan Batavia. Tiga pasar ini diusahakan oleh swasta yang dalam hal ini diusahakan
oleh pemilik land. Situasi dan kondisi inilah yang dicatat pemerintah di dalam
Almanak 1834).
Landhuis Tandjong West dan Pasar Minggoe (Peta 1901)

Landhuis
Tandjong West berada diantara jalan kuno (Middenweg) dengan sungai Tjiliwong. Akses
menuju landhuis dari selatan kira-kira dari posisi stasion Tanjung Barat yang
sekarang terus melalui jalan Nangka yang sekarang. Sementara akses dari utara
dari jalan Poltangan yang sekarang. Posisi gps landhuis Tandjong West ini berada
di pertemuan jalan Poltangan dan jalan Nangka (kini Universitas PGRI).

Pasar
Tandjong West yang dibangun berada di persimpangan jalan kuno (Middenweg) menuju
pasar yang berada di Land Simplicitas (Pasar Pondok Laboe). Pasar Tandjong West
ini yang masih kecil menjadi semacam feeder bagi pasar besar Pasar Simplicitas.
Pasar yang baru dibentuk di persimpangan di Land Tndjong West ini yang kini
disebut Pasar Minggu. Jarak dari landhuis Tandjong West ke pasar Tandjong West
kira-kira dua kilometer.  
Nama Pasar
Minggu

Jalan
kuno Middenweg mulai mendapat perhatian pemerintah pada tahun 1866 (lihat Java-bode
: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-04-1866).
Jalan poros ini sudah lama terabaikan. Pemeliharaan jalan selama ini hanya
terfokus pada jalan Oosterweg dan jalan Westerweg. Meski demikian, jalan
Middenweg memiliki keutamaan bagi para crew (konvoi) pedati dari Buitenzorg ke
Pasar Senen yakni banyak tempat yang nyaman untuk bermalam. Kini jalan
Middenweg, terkesan semakin sempit karena pembangunan kanal di sisi jalan. Dan
adakalanya kanal ini jebol atau airnya meluap ke jalan memperburuk lalu lintas.
Jalur ini sesungguhnya tidak sepi-sepi amat, masih ada sekitar 100 pedati
setiap hari. Dengan adanya rencana pemerintah dalam peningkatan mutu jalan maka
jalur Middenweg akan semakin ramai. Itu berarti Pasar Tandjong West diharapkan
akan bertambah ramai lagi.
Pada tahun 1869
land Tandjong West en Djagakarsa diketahui telah dibeli C Kruijmel dari Lie Eng
Lie sebesar f197.500 (lihat Bataviaasch handelsblad, 28-06-1869). Keterangan ini
menunjukkan bahwa  Land Tandjong West
telah digabung dengan Land Djagakarsa yang nilai verponding keseluruhan sebesar
f155,000. Properti utama land ini adalah landhuis yang tampaknya masih berada
di landhuis yang lama. Landhuis ini telah diperkaya oleh Lie Eng Lie.  Properti utama lainnya di dalam land ini
adalah sebuah lumbung besar. Ini menunjukkan land Tandjong West telah memiliki
lahan persawahan yang luas. Di dalam land ini juga terdapat dua buah  rijtsmolens (gilingan padi). Ini juga
mendukung keberadaan lumbung yang besar. Selain ini juga disebutkan
bangunan-bangunan lainnya. Juga disebutkan bahwa land ini memiliki sebuah pasar
(kongsie). Pasar yang doeloe dimiliki landheer Tandjoeng West kini dikelola sejumlah pengusaha swasta alias pasar kongsie.
Jalan
kuno Middenweg sudah ditingkatkan mutunya. Perbaikan kanal juga telah
dilakukan. Kanal tidak hanya memperluas pengairan tetapi juga meningkatkan
kesuburan tanah-tanah pertanian. Tentu saja kanal juga berfungsi untuk
drainase. Lahan-lahan pertanian yang diusahakan makin luas, juga lahan-lahan
sebelumnya basah tergenang (rawa) akan mengering dan dapat memperluas lahan
untuk kegunaan lainnya, seperti munculnya pemukimnan baru (perkampoengan).
Jalan kuno Middenweg juga akan memiliki pesaing baru yakni jalur lintas kereta
api.
Pada tahun 1870
realisasi pembangunan jalur kereta api (Batavia-Buitenzorg) telah dimulai untuk
ruas Batavia dan Meester Cornelis (Boekit Doeri). Jalur ini akan segera
diteruskan untuk ruas Meester Cornelis hingga Buitenzorg (De locomotief :
Samarangsch handels- en advertentie-blad,      25-05-1870).
Disebutkan ruas (kabupaten) selatan Meester Cornelis setelah Boekit Doeri
melalui land Klein Kampong Malaioe,  land
Groot Kampong Malaioe, Kebon Baroe, Tandjong-Lenkong, Kebon-Dalem en Tjikoko, Pengadegan,
land Pabean-Tjilauw (Doerien Tiga), Kampong Djati en Kalibata, Tjondet, Ragoenan
en Tandjong West, Tanahagong (Lenteng Agoeng).
Realisasi
jalur kereta api dari Batavia ke Buitenzorg rampung dan dioperasikan pada bulan
Januari 1873. Satu yang menarik dalam pembangunan jalur kereta api ini terdapat
nama-nama halte/stasion yang dibangun dengan nama Lenteng Agoeng dan Pasar
Minggoe (lihat Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873). Padahal tahun-tahun
sebelumnya jalur yang dilalui disebut land Tanahagong dan land Tandjong West.
Penamaan halte/stasion ini bukan mengikuti nama land lama tetapi nama area
dimana titik halte/stasion dibangun.
Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873

Besar dugaan
pada tahun-tahun terakhir nama Pasar Minggoe menjadi lebih populer untuk
menggantikan nama Pasar Tandjong West. Demikian juga nama land Tanahagong
menjadi Lenteng Agoeng. Di dalam pemberitaan nama Pasar Minggoe kali pertama disebutkan September (lihat (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 13-09-1873).

Ini mengindikasikan nama tempat yang sebelumnya disebut
Pasar Tandjong West telah bergeser dengan nama populer Pasar Minggu. Seperti disebut di atas, penyebutan nama
hari untuk pasar di land tersebut merujuk pada hari buka pada hari Minggu (zondag).
Namun yang menjadi pertanyaan tambahan, sejak kapan pasar tersebut disebut (populer) menjadi Pasar Minggoe? Besar dugaan itu terjadi setelah adanya penamaan halte/stasion kereta api tersebut dengan nama halte Pasar Minggoe. Pada tahun-tahun
sebelumnya tidak pernah terdeteksi nama Pasar Minggoe. Selama ini hanya disebut
Pasar Tandjong West, karena letaknya di land Tandjong West.

Pasar Minggoe (Peta 1934)

Pasar Tandjoeng West sejak doeloe posisinya sangat
strategis berada di jalan poros Middenweg dan memiliki jalur lalu lintas ke
Pasar Simplicitas (Pondok Laboe). Sudah barang tentu Pasar Tandjoeng West
semakin besar yang kini disebut dengan nama Pasar Minggoe sehubungan dengan
adanya halte/stasion kereta api. Dari segi pemberitaan setelah adanya halte,
nama Pasar Minggoe semakin kerap muncul bahkan telah melampaui nama Pasar Simplicitas
(Pasar Pondok Laboe). Boleh jadi keadaan telah berbalik, Pasar Simplicitas yang
kemudian sebagai posisi feeder. Demikian juga nama Pasar Tandjong Oost. Pasar
Minggoe telah cepat menjadi bersinar terang bagaikan matahari baru di selatan
Batavia.

Nama Pasar Minggu lambat laun telah menang
populer dibandingkan dengan induknya Land Tandjong West. Tempo doeloe di Land
Tandjong West terdapat pasar, kini sudah berbalik bahwa di Pasar Minggu
terletak land Tandjong West (lihat Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 21-04-1887). Nama Pasar Minggu telah
menjadi nama generik, bukan lagi sekadar sebagai penanda pasar yang dibuka pada
hari Minggu untuk Pasar Tandjong West. Namun karena dibuka hari Minggu maka
namanya disebut Pasar Minggu.
Nama pasar Minggu untuk
menyebut pasar Tandjoeng West yang dibuka pada hari Minggu (zondag) sangat
membingungkan bagi orang Eropa/Belanda (anomali). Sebab hari Minggu bagi orang
Eopa/Belanda adalah hari libur. Akan tetapi Pasar Tandjong West justru buka
pada hari Minggu. Hanya satu-satunya pasar di Tandjoeng West dibuka pada hari
migggu. Di tempat lain yang cukup banyak adalah hari Selasa dan hari Sabtu.
Juga yang membingungkan bagi orang Eropa/Belanda adalah bahwa hari Zondag bagi
Muslim disebut hari Ahad. Oleh karenanya penyebutan nama Pasar Minggu bukan
berasal dari penduduk pribumi yang umumnya Muslim. Dengan demikian dapat diduga
asal nama Pasar Minggu muncul dari kalangan orang-orang Tionghoa meski asal
nama hari Minggu berasal dari (bahasa) Portugis. Seperti diketahui land Tandjong West
pernah dimiliki oleh pedagang kaya Tionghoa.Lalu nama inilah yang ditetapkan
perusahaan kereta api untuk mengidentifikasi halte/stasion di land Tandjong
West. Lantas muncul pertanyaan, apakah sebelumnya nama Pasar Minggu adalah
Pasar Ahad? Idem dito penyebutan stasion/halte Lenteng Agoeng dari Land Tanah
Agoeng.

Semua itu dipicu dari penamaan halte/stasion kereta
api di pasar Minggu, Pasar Tandjong West. Pada tahun 1909 paling tidak nama
Pasar Minggoe telah disebut secara administratif sebagai onderdistrict Pasar
Minggu (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 04-01-1909). Demikian juga Pasar Rebo
sebagai onderdistrict. Onderdistrict Pasar Minggoe dikepalai oleh seorang Asisten
Wedana (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 21-03-1914).

Bataviaasch
nieuwsblad, 16-07-1920

Berdasarkan Peta 1914, Pasar
Minggu terletak di Land Tandjoeng West en Djagakarsa di dalam distrik
Kebajoran, Regenschap (kabupaten) Meester Cornelis, Residentie Batavia. Di sisi
timur sungai Tjiliwong adalah Land Tandjong Oost (distrik Meester Cornelis).
Secara geografis area di sekitar Pasar Minggu sudah lebih mencerminkan suatu
area urban (wijk). Sementara di land induknya di sekitar landhuis Tandjong West
masih terkesan rural.

Pasar Minggu semakin terkenal dengan adanya
pabrik susu berkualitas ‘Boerderij Pasar Minggoe’ milik J Cohen (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 16-07-1920). Juga karena dibangunnya kebun pertanian (landbouw) milik
departemen pertanian pada tahun 1925 tidak jauh dari pasar di Pasar Minggu. Semua itu membuat nama Pasar Minggu melambung ke langit. 
Pabrik susu di Pasar Minggoe (1934)

Nama land Tandjoeng West
(en Djagakarsa) lambat laun menghilang (dihapus). Kampong Pasar Minggoe telah
naik kelas menjadi wijk (semacam kelurahan). Wijk Pasar Minggu dikepalai
oleh seorang Wijkmeester
(lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie,  20-07-1925). Pada tahun 1927 muncul tuntutan
dari warga agar perawatan jalan Pasar Minggu (nama lama Buitenzorgweg)
dialihkan ke pemerintah Gemeente Batavia. Selama ini anggaran pemeliharaan
berasal dari (kabupaten) Meester Cornelis. Tuntutan ini boleh jadi muncul karena
area Pasar Minggu telah berkembang menjadi area orang Eropa/Belanda. Ternyata
tuntutan itu dapat diadopsi oleh pemerintah Gemeente Batavia berdasarkan
persetujuan gemeenteraad (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-02-1928). Pemerintah
(kabupaten) Meester Cornelis tentu saja tidak keberatan.
Pada tahun 1930 Regentschapraad Meester
Cornelis menyetujui alokasi anggaran perawatan jalan dari Pasar Minggu hingga
perbatasan di Serengseng (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie,
28-04-1930. Pada waktu yang relatif sama keputusan dewan provinsi West-Java meminta
dewan kabupaten Meester Cornelis untuk melakukan pinjaman sebesar f50.000 untuk
pembangunan bangunan pasar yang baru di Pasar Minggu (lihat Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indie, 22-07-1930).
Het nieuws van den
dag voor Ned. Indie, 22-07-1930

Dalam sensus penduduk 1930 Pasar Minggu diidentifikasi
bukan lagi sebuah desa tetapi telah menjadi kelurahan (wijk). Sebagai area urban
dimana terdapat pasar besar, di Pasar Minggu juga terdapat kantor polisi. Hingga
berakhirnya era kolonial Belanda, Pasar Minggu tetap berada di wilayah
administratif distrik Kebajoran Regenschap Meester Cornelis. Pada tahun 1934
sisa-sisa kejayaan Land Tandjong West masih terlihat berupa bangunan landhuis
seperti foto yang ditampilkan di atas dan produsen (pabrik) susu di Pasar Minggu,
De Friese Terp.

Itulah sekadar sejarah panjang Land Tandjoeng West
secara singkat. Sejarah Pasar Minggoe selama era kolonial Belanda cukup sampai
disini.

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang
warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor
(1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai
dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya
memiliki hobi berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar
dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau
waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli
sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi
dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan
pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top