melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Sejarah Pasar Rebo dan Land Tandjong Oost tidak bisa dipisahkan. Dua situs
ini adalah situs kuno yang masih eksis hingga hari ini. Keberadaan dua situs
ini haruslah dihubungkan dengan awal kolonialisasi Belanda di hulu sungai
Tjiliwong. Dua situs ini saling melengkapi. Oleh karenanya untuk memahami dua
situs ini tidak bisa dilakukan parsial, harus dipahami secara bersamaan.
![]() |
Landhuis di land Tandjoeng Oost, 1930 (Peta 1901) |
Artikel ini adalah
rangkaian dari seri artikel sejarah tentang pasar di Batavia, Jakarta tempo
doeloe. Artikel yang sudah diuploan adalah Pasar Mingu (Tandjong West), Pasar
Senen (Weltevreden), Pasar Sabtu (Tanah Abang) dan Pasar Jumat (Simplicitas).
Kini, tentang sejarah Pasar Rebo di Tandjoeng Oost (baca: Tanjung Timur). Dua
artkel lagi akan menyusul yakni sejarah Pasar Kamis (Bekasi) dan sejarah Pasar
Selasa (Tangerang). Sebelum serial pasar
ini sudah diuploan tujuh artikel tentang sejarah tempat kediaman Presiden,
yakni: sejarah Menteng (Suharto); sejarah Kuningan (Habibie); sejarah Matraman
(Barack Obama); sejarah Ciganjur (Gusdur); sejarh Kebagusan (Megawati) dan
sejarah Cikeas (SBY). Tentu saja sejarah tempat tinggal Sukarno (Istana
Rijswijk).
Pasar Rebo di jalur perdagangan bagian
timur (Oosternweg), Pasar Jumat di bagian barat (Westernweg) dan Pasar
Minggoe di bagian tengah (Middenweg). Tiga pasar ini terhubung dengan dua pasar
utama di pusat kota yakni Pasar Senen di Weltevreden dan Pasar Sabtu di Tanah Abang.
Dua pasar penting di sayap adalah Pasar Kamis di Bekasi yang terhubung dengan
Pasar Senen dan Pasar Selasa di Tangerang yang terhubung dengan Pasar Sabtu di
Tanah Abang. Tujuh pasar ini adalah pilar-pilar utama yang menopang konfigurasi
jaringan perdagangan di Batavia tempo doeloe.
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena
sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
woordenboek van Nederlandsch Indie yang terbit tahun 1869. Disebutkan ‘De
marktplaats te Tandjong Oost werd reeds den 2 Julij 1762 opgerigt’. Pada tahun
1762, pasar Tandjong Oost dapat dikatakan sebuah pasar yang baru. Pasar ini
adalah pasar swasta, pasar yang didirikan oleh pemilik tanah partikelir (land)
Tandjong Oost. Pasar ini dibuka setiap hari Woensdag dan kelak pasar ini
disebut Pasar Rebo.
![]() |
Lukisan asli Cornelis Chastelein di Serengseng (le Bruyn, 1706) |
Cornelis Chastelein
membeli lahan dari Anthonij Paviljon di dekar benteng (fort) Noordwijk.
Tampaknya Chastelein tidak puas dengan kondisi tanah land Paviljon, lalu
membeli lahan baru di Sering Sing (Srengseng) pada tahun 1695. Berita
kesuksesan Chastelein mengusahakan pertanian di Srengseng mengundang seorang pelukis
terkenal berasal dari Prancis, Corneille le Bruyn pada tahun 1706. Dua tahun
sebelumnya (1704) Chastelein menemukan lahan yang lebih baik (landgoed) dan
membukan land di Depok. Chastelein juga mengajak le Bruyn ke lahan yang baru
dibuka di Depok. Corneille le Bruyn tinggal di Srengseng selama dua minggu. Sebelum
pulang, le Bruyn sempat melukis beberapa lukisan. Lukisan yang indah di land
Srengseng dipamerkan le Bruyn di Eropa. Lukisan land Srengseng tersebut adalah
lukisan terawal yang tetap dapat ditemukan hingga pada masa ini.
Chastelein membuka lahan di Srengseng, di sisi barat sungai Tjiliwong sudah
lebih dahulu dibuka dua lahan paling subur yakni di land di Tjinere dan
Tjitajam oleh sersan St Martin. Sementara dua land terjauh dari Batavia di sisi
timur sungai Tjiliwong adalah land Tjililitan dan di sisi barat sungai
Tjiliwong di land Matraman. Akses St Martin ke Tjinere dan Tjitajam melalui
jalan darat dari barat melalui Tanah Abang dan Kebajoran. Cornelis Chastelein
mengakses land Serengseng melalui timur via Meester Cornelis ke land
Tjililitan. Dari land Tjililitan melalui sungai ke Srengseng dan Depok.
Menjelang kematian, Cornelis Chastelein menjual land Srengseng dan mewariskan
land Depok kepada para pekerjanya pada tahun 1714.
anak almarhum Cornelis Chastelein yakni Anthonij Chastelein, yang diduga lahir
di land Anthonij Paviljon menjual land Paviljon (lokasinya landhuis kini di
jalan Pejambon). Pembelinya adalah Justinus Vinck dan mulai membangun landhuis di
sisi timur landhuis lama yakni di sekitar RSPAD yang sekarang. Pada masa inilah
Justinus Vinck mendirikan pasar yang disebut Pasar Vinck yang dibuka setiap hari
Senin. Land Paviljon atau land Vinck dibeli oleh Jacob Mossel, Gubernur
Jenderal VOC (1750-1761) dan membangun villa mewah tetap berada di landhuis
Vinck. Kawasan hunian Mossel ini kemudian lebih dikenal sebagai Weltevreden.
Gubernur Jenderal yang baru Petrus Albertus van der Parra (1761-1775) membeli
Weltevreden dari Jacob Mossel dan kemudian van der Parra memperkaya Weltevreden
menjadi hunian paling spektakuler.
yang ada adalah pasar Tandjong Oost didirikan pada tahun 1762. Itu berarti
keberadaan land Tandjong Oost jauh sebelum ini. Seperti disebutkan land
Tjililitan sudah ada di era Cornelis Chastelein (awal 1700). Setelah itu
pembukaan land baru makin lama makin jauh ke hulu sungai Tjiliwong. Pada saat Gustaaf
Willem baron van Imhoff menjadi Gubernur Jenderal (1743-1750) membangun villa
di hulu sungai Tjiliwong tahun 1745 tepat berada di dekat benteng (fort)
Padjadjaran (kini area Istana Bogor). Untuk mendukung keberadaan villa,
pengembangan pertanian Imhoff mulai meningkatkan jalan dan meningkatkan bendungan
Katoelampa serta membuat kanal lebih jauh ke hilir di sisi jalan
Batavia-Buitenzorg. Saat inilah terbentuk land-land baru. Itu semua bermula
dari adanya jalan dan kanal. Lahan yang kurang subur menjadi lahan subur yang
baru. Sisi timur sungai Tjiliwong mulai bersaing dengan sisi barat sungai
Tjiliwong. Pada dekade inilah diduga kuat land Tandjong Oost terbentuk.
Albertus van der Parra setelah memiliki land Weltevreden juga membuka (membeli)
land baru di utara land Tjinere dan di barat land Ragoenan. Land ini dinamakan
land Simplicitas. Petrus Albertus van der Parra juga membuka (membeli) land
baru di Tjimanggies. Land Tandjong (Oost) berada diantara land lama di Tjililitan
dan land baru di Tjimanggis.
dengan land Tandjong West (dua land ini hanya dipisahkan oleh sungai
Tjiliwong). Dikatakan begitu karena land Tandjong West adalah lahan kering
(seperti halnya Srengseng). Pemilik land Tandjoeng West pada tahun 1754 adalah Jan
Andries Duurkoop tahun 1754. Saat itu Duurkoop memiliki sebanyak 400 budak. Jan
Andries Duurkoop bukan pemilik pertama. Jan Andries Duurkoop di land Tandjong
West mengusahakan peternakan (ranch). Jumlah sapi yang diusahakan sebanyak 4.000 ekor untuk produksi susu.
![]() |
Ranch di land Tandjoeng Oost (1772) |
Jika land Tandjong
Oost terbentuk karena adanya pembangunan kanal di era van Imhoff (1745) dan
keberadaan land Tandjong West diketahui tahun 1754, maka land Tandjong Oost
terbentuk setelah tahun 1745 dan jauh sebelum tahun 1754. Setelah terbentuknya
land Tandjoeng West maka nama land Tandjong Oost yang sebelumnya bernama land
Tandjong (saja) mulai dibedakan dengan manambahkan penanda spasial (Oost en
West).
Keberadaan pasar
Tandjong Oost menjadi strategis karena posisinya berada di tengah antara Pasar
Bidara Tjina (Pasar Meester Cornelis) dengan Pasar Tjiloear (Buitenzorg).
Dengan demikian di sisi timur sungai Tjiliwong (Oosternweg) sudah terdapat
empat pasar, yakni: Pasar Senen di Weltevreden, Pasar Bidara Tjina di Meester
Cornelis, Pasar Tjiloear di Buitenzorg dan Pasar Tandjong (Oost).
secara jelas. Siapa pemilik berikutnya juga tidak diketahui. Kepemilikan land
cenderung bersifat jangka pendek (semasa hidup). Hal ini karena pemilik
meninggal atau kembali ke Eropa/Belanda. Namun ada beberapa land yang kepemilikannya
bertahan lama karena diteruskan oleh ahli warisnya apakah istri atau anak-anaknya
dan bahkan cucunya.
diketahui telah diakuisisi oleh Gubernur Jenderal Jeremias van Riemsdijk (1775-1777).
Seperti pendahulunya van der Parra, Riemsdijk juga memiliki beberapa land. Selain
land Tandjong Oost, Riemsdijk juga pemilik land Antjol. Land Tandjong Oost
kemudian diteruskan oleh anaknya, Daniel Cornelis van Riemsdijk.
menggantikan VOC pada awal tahun 1800an. Pemerintah di bawah Gubernur Jenderal
Daendles (1808-1811) mulai mengkonsolidasi lahan-lahan antara Batavia dan
Buitenzorg dengan membuat program pengembangan pertanian dengan cara irigasi
baik di sisi timur maupun sisi barat sungai Tjiliwong.
sungai Tjiliwong ditingkatkan agar mampu mengairi pencetakan sawah baru dan
agar lebih terpenuhi kebutuhan air bagi perkebunan-perkebunan. Sungai Tjikeas,
sungai Tjipinang dan sungai Soenter dibendung di arah hulunya lalu dialirkan ke
kanal ke arah Tjimanggis dan Tandjoeng Oost agar lebih optimal dengan debit air
yang tinggi.
diambil alih oleh Inggris. Selama pendudukan Inggris program Daendels tidak
sepenuhnya diteruskan. Inggris tidak banyak berbuat karena hanya singkat dan
pemerintahan masih tahap konsolidasi. Kekuasaan kembali diambilalih Belanda
pada bulan Agustus 1816.
Tandjoeng West adalah Nicolaas Janssen. Ini terlihat dalam deklarasi yang
dimuat pada surat kabar Java government gazette, 25-05-1816. Disebutkan Janssen
memiliki lima land yang terpisah, salah satu adalah land Tandjoeng. Empat land lainnya
yang ukurannya lebih kecil adalah land Srengseng dan land Tanah Baroe plus dua
land yang terdapat di sekitar Kalibata (Tanah Agoeng). Keterangan land Tandjong
adalah sebagai berikut. Dua bidang lahan yang terpisah disatukan dan dibuat
menjadi satu, yang disebut Tandjong, West en Dregterland (baca: Tandjoeng Oost
dan Tandjoeng West lahan kering). Lahan ini memilik rumah besar yang terbuat
dari batu, budak, bangunan pekerja, dua istal besar (kuda), bangunan kusir,
bangunan tempat kereta, dua bangunan para mandor, lumbung besar (padi),
gilingan padi, tiga kandang sapi, sebuah pasar dan bangunan untuk kongsi Cina,
bangunan permainan yang berada di barat ke selatan yang berbatasan dengan sungai besar
(Tjiliwong) di barat; sementara bidang lahan lainnya di tiga persil lahan
hingga ke timur di sisi sungai besar (Tjiliwong) yang berbatasan di barat dan selatan
Kalibata dan utara dengan lahan orang lain. Land Tandjoeng West tampaknya telah
diakuisi Janssen dari ahli waris Jan Andries Duurkoop yakni istrinya Johanna
Adriana Christina. Lahan ini sempat diusahakan anak mereka sebelum diakusisi
oleh Janssen. Pada surat kabar yang sama (Java government gazette, 25-05-1816),
Nicolaad Janssen akan menjual land Tandjoeng West, lahan kering Srengseng, land
Tana Baroe plus dua persil lahan lainnya yang berada di selatan Batavia dan di
sebelah barat Goote Rivier (sungai besar Tjiliwong). Lalu siapa yang membeli
land Tandjong Oost yang dijual Nicolaas Janssen tidak diketahui.
di Cheribon membeli land Tandjong Oost senilai f150.000 dari Daniel Cornelis
van Riemsdijk. Tidak diketahui mengapa land Tandjoeng Oost dijual keluarga van
Riemsdijk? Besar dugaan karena untuk memudahkan pembagian warisan. Kebetulan
pembelinya berasal dari keluarga yang terbilang harmonis. Setelah Ament
pensiun, land ini kemudian diteruskan oleh anaknya, Ament Jr.
![]() |
land Tandjoeng Oost dan ladn Tjiboeboer pada masa kini |
Land Tandjong Oost berdampingan
dengan land Tandjoeng West dan hanya dipisahkan oleh sungai. Tampaknya tidak
ada jembatan penghubung antara dua land ini di atas sungai Tjiliwong.
Berdekatan tetapi terpisah. Ini dapat dipahami karena kedua land ini memiliki
orientasi yang berbeda. Land Tandjoeng Oost berada di jalur jalan pos
trans-Java Daendels antara Batavia dan Buitenzorg. Secara ekonomi land
Tandjoeng Oost berkembang dan nadi perdagangan sehari-hari mengarah ke Batavia
via Meester Cornels. Sebaliknya land Tandjong West berkembang di luar eknnomi
perdagangan di jalan kuno Padjadjaran-Soenda Kalapa. Karena itu landheer
Tandjong West mendirikan pasar di sisi jalan kuno (kelak disebut Pasar
Minggoe). Arus perdagangan dari Buitenzorg ke Batavia menuju Pasar Senen dan
Pasar Tanah Abang.
Pada tahun 1847 Ament Jr menambah luas lahannya dengan
membeli land Tjiboeboer. Saat itu land Tjiboeboer dieksekusi pemerintah dan
lalu dijual ke publik. Oleh karena land Tjiboeboer menempel ke land Tandjoeng
Oost di selatan diduga menjadi alasan utama Ament Jr membeli dan
mengintegrasikannya dengan land Tandjong Oost. Pada tahun 1870 Land Tandjong
Oost dan Land Tjiboeboer akan disewakan sehubungan dengan keluarga Ament Jr
(terdiri dari tujuh anak) yang akan pindah ke Eropa dan menetap di Brussel.
yakni ECC Ament mengikuti pendidikan di perguruan tinggi. Pada tahun 1873 EEC
Ament menyelesaikan studi bisnis di Antwerp. Usian ECC Ament saat itu 27 tahun
dan kemudian dilanjutkan studi bisnis selama satu tahun di London.
Jr kembali ke Hindia Belanda. Sementara ayahnya kembali mengusahakan land
Tandjong Oost dan land Tjiboeboer, ECC Ament memulai karir di Tjiloear. Setelah
Ament Jr pensiun kemudian menetap di Batavia, ECC Ament pada tahuh 1878
diserahkan untuk mengurus sebagai Administrateur di land Tjiboeboer, sedang
kakaknya Tjalling Ament diangkat sebagai Administrateur land Tandjong Oost.
Tjibinong West, pemilik land Tapos dan pemilik land Kranggan adalah keluarga
Kijdsmeir (tuan tanah terkenal pemilik land Tjiampea). Salah satu putra
Kijdsmeir menikah dengan salah satu putri dari Ament, pemilik land Tandjong
Oost (dan land Tjiboeboer). Oleh karena itu keluarga Ament dan keluarga Kijdsmeir berkerabat dekat. Perahu di
Tandjoeng Oost, 1890
mengusahakan gula di Tandjong Oost ternyata kurang berhasil dan memilih pindah
ke Chirebon (pulang kampong). Sejak kepergian Tjalling, pada tahun 1883 Land
Tandjong Oost dan land Tjiboeboer berada di bawah kepengurusan ECC Ament. Saat
inilah land Tandjong Oost dibangun irigasi dengan memanfaatkan kanal.
![]() |
ECC Ament (1928) |
Edouard Corneille Collett Ament yang lahir tanggal 11
Juli 1856 di Chirebon meninggal tahun 1935 (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 14-11-1935). EEC Ament Jumat pagi pukul 10 pagi dimakamkam
di tempat pemakaman dari rumah duka di pemakaman keluarga di dalam perkebunan
Tjiboeboer. Edouard Ament meninggalkan seorang istri bernama Maria Suermondt
dan meninggalkan empat orang anak, yaitu, tiga putra dan seorang putri,
semuanya masih hidup. Putra sulungnya (Daniel Cornelis Ament nama yang sama
dengan ayahnya), sudah sejak tahun 1928 aktif mengelola, sebagai generasi
keempat di dua land tersebut
sangat baik dengan sistem irigasi yang sangat memadai. Keluarga Ament telah
memiliki land Tandjoeng Oost lebih dari saru abad sejak Ament Sr hingga
generasi keempat Daniel Cornelis Ament. Land Tandjoeng Oost yang satu manajemen
dengan land Tjiboeboer, juga memiliki hubungan kekerabatan dengan pemilik land
lainnya di sisi timur sungai Tjiliwong seperti land Tjilodong dan land
Tjibinong West, land Tapos dan land Kranggan.
![]() |
Makam Ament Sr di land Tandjoeng Oos (1930) |
Dua keluarga ini (Ament
dan Kijdsmeir) cukup kuat di sisi timur sungai Tjiliwong. Dua keluarga ini
boleh dikatan adalah sisa pedagang-pedagang VOC. Keluarga Eropa/Belanda yang
lainnya tidak mampu bertahan lama. Posisi mereka digantikan oleh orang-orang
Tionghoa seperti di land Tjimanggis, land Tjilengsi, land Tjibaroesa di sisi
timur sungai Tjiliwong. Orang-orang Tionghoa lainnya di sisi barat sungai Tjiliwong
meliputi land Tandjong West, land Lenteng Agoeng, land Tjinere, land Ragoenan
dan land Simplicitas. Tidak hanya itu, juga di land-land lain di wilayah
lainnya.
buka pada setiap hari Woensdag disebut Pasar Rebo? Sejak kapan persisnya tentu
sulit diketahui. Di dalam berita surat kabar nama Pasar Rebo muncul kali
pertama, paling tidak pada tahun 1899 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 10-04-1899).
Sudah barang tentu sebutan Pasar Rebo jauh sebelum berita itu. Nama hari pasar
menjadi nama pasar diduga mengkristal dari kemudahan publik secara tepat untuk
mengidentifikasi pasar. Hal seperti ini sebelumnya telah terjadi di pasar yang
lainnya.
![]() |
Pasar Rebo (Peta 1901) |
Nama Pasar Jumat (ditulis Pasar Djoemahat) sebagai pengganti
nama Pasar Simplicitas kali pertama muncul pada tahn 1882 (lihat Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-03-1882).
Sementara nama Pasar Minggoe sebagai pengganti nama Pasar Tandjoeng West sudah
formal pada tahun 1873 ketika pengoperasian kereta api Batavia-Buitenzorg
dimulai. Nama Pasar Minggoe menjadi salah satu stasion/halte yang dibangun.
Dalam iklan jadwal kereta api pada bulan Januari 1873 sudah dinyatakan halte
Pasar Mienggoe. Sedangkan nama Pasar Senen (ditulis Pasar Senin) diberitakan
pada tahun 1854 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 05-07-1854). Dalam sebuah lukisan Johannes Rach 1772
menulis Pasar Weltevreden dengan Pasar Snees, namun penulisan dengan ‘snees’
sulit diterjemahkan apakah maksunya ‘senen’ atau sebutan orang Cina dengan
penulisan ‘snees’.
sudah secara eksplisit diidentifikasi sebagai Pasar Rebo. Pasar ini berada di
sisi barat jalan poros Batavia-Buitenzorg. Dari pasar ini jalan menuju landhuis
Tandjoeng Oost. Di luar area pasar terlihat persawahan dan perkebunan. Antara pasar
dan jalan raya diidentifikasi sebagai kanal irigasi (yang sumber utamanya dari
bendungan Katoelampa). Pada sisi selatan jalan menuju landhuis terlihat sebuah
bangunan permanen. Bangunan ini diduga sebagai tempat tinggal penjaga. Juga
terlihat sebuah jalan di luar area pasar yang diduga jalan alternatif (dari
arah Batavia) khusus ke landhuis.
![]() |
Jalan pada masa kini di Pasar Rebo (Peta 1901) |
Pasar Rebo mengikuti garis perkembangan alamiahnya di
jalan poros sisi timur sungai Tjiliwong antara Batavia dan Buitenzorg (Oosternweg).
Di utara terdapat pasar Bidara Tjina di Meester Cornelis, di selatan terdapat
Pasar Tjimanggis. Ada dua pasar yang cukup dekat secara geografis dengan Pasar
Rebo yakni Pasar Minggoe dan Pasar Tjilengsi, tetapi Pasar Rebo secara ekonomi
(pedagangan) tidak terhubunga. Pasar Minggoe mengikuti arah perkembangan
alamiahnya di sisi barat sungat Tjiliwong dari Buitenzorg ke Weltevreden (Pasar
Senen) dan Tanah Abang; sedangkan Pasar Tjilengsi mengikuti arah
perkembangannya di sisi timur sungai Tjikeas dan sungai Tjilengsi antara
Tjibinong dengan Bekasi (di dekata pantai utara). Secara ekonomi tidak ada
jalan/jembatan penghubung antara Pasar Rebo dengan Pasar Minggoe dan Pasar
Tjilengsi. Memang ada jembatan bambu di atas sungai Tjiliwong dekat dengan
Pasar Minggu, tetapi itu hanya sekadar jalan pintas bagi pejalan kaki dari kampong
Condet di land Tandjoeng Oost yang ingin berbelanja ke Pasar Minggoe (di land
Tandjong West). Pada era pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (1950an)
dibangun jalan dan jembatan dari sisi timur ke sisi barat sungai Tjiliwong.
Jalan tol sendiri baru dibangun tahun 1990.
sudah terbentuk sejak lama. Lantas apa yang menjadi keutamaanya ketika land
Tandjoeng Oost dibentuk. Land Tandjong West di tetangga terdekatnya terkenal sebagai
land pertenakan (ranch), bahkan disebut Frisia di Timur (sebagaimana dilukiskan
oleh Josh Rach pada tahun 1772). Satu yang penting bahwa land Tandjoeng Oost
adalah land pertanian penting di sisi timur sungai Tjiliwong karena sudah
terbentuk irigasi sejak lampau, bahka sejak era Gubernur Jenderal van Imhoff (1743-1750).
Sungai Soenter dibendung di arah hulu dan airnya dialirkan melalui kanal ke
Tjimanggis dan Tandjoeng Oost.
lahan dengan hanya mengandalkan usaha peternakan tidak akan maksimal. Pada tahu
1830 ada upaya dari pemilik land Tandjong West untuk mengembangkan lahannya
yang luas menjadi lebih produktif (tidak hanya peternakan). Upaya tersebut
adalah membangun irigasi. Caranya dengan membendung sitoe Babakan dan
mengalirkan airnya melalui kanal ke land Tandjoeng West. Kanal ini melalui di
bawah stasion Lenteng Agoeng yang sekarang. Kanal ini tidak hanya menguntungkan
land Tandjoeng West tetapi juga menghidupkan kembali land marjinal Srengseng
yang kering menjadi lahan yang subur dengan berpengairan baik (dari kanal sitoe
Babakan yang sebagian dialihkan ke Srengseng di depan IISIP yang sekarang).
Sejak adanya kanal irigasi ini, land Tandjoeng West berkembang pesat. Pasar
land Tangjoeng West yang doeloe sangat kecil sudah mampu mengimbangi kinerja
Pasar Rebo.
![]() |
Land Tandjoeng Oost berdekatan Makassar (Peta 1901) |
Sebelum ada Pasar Minggoe (dan Pasar Simplicitas di land
Pondok Laboe), arus perdagangan dari sisi barat sungai Tjiliwong dari arah hulu
mengarah ke pasar Tandjoeng Oost. Bahkan sebelum ada pasar Paroeng dan Pasar Pondok
Terong di land Tjitajam, arus perdagangan mengalir ke pasar Tandjoeng Oost.
Hanya ada dua jembatan penyeberangan di atas sungai Tjiliwong sejak era van
Imhoff yakni di jembatan Kwitang di Weltevreden dan jembatan Tjilioer di
Buitenzorg (kini jembatan Warung Jambu). Satu jembatan kecil di atas sungai
Tjiliwong terdapat di land Srengseng. Jembatan yang terbuat dari bambu ini
berada di titik dimana lebar sungai sangat sempit. Jembatan inilah yang menjadi
penghubug antara wilayah sisi barat sungai Tjiliwong dengan sisi timur sungai
Tjiliwong menuju pasar di Tandjong Oost (melalui kampong Tjidjantoeng). Pada
era pemerintah Hindia Belanda jembatan ini diringkatkan dengan menggunakan
kabel telefraf (untuk menggantikan bahwan bambu). Jembatan ini pada masa kini
masih eksis yang menuruf Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan mirip dengan
jembatan Indiana Jones.
irigasi yang baik menjadi salah satu land yang terbaik. Hasilnya dapat diduga.
Pemilik land Tandjoeng Oost (keluarga Ament) menjadi sangat makmur di selatan
Batavia. Land Tandjoeng Oost tidak hanya menghasilkan beras yang banyak
(surplus), juga penghasil komodiri yang lainnya, seperti kelapa. Seperti halnya
di land Simplicitas, di land Tandjoeng Oost juga ditemukan perkebunan kulit
manis. Satu hal yang dimiliki oleh land Tandjoeng Ooost tetapi tidak dimiliki
oleh land lainnya adalah perkebunan salak.
![]() |
Landhuis Tandjoeng Oost, 1930 |
Lahan-lahan ‘parsalakan’ ini terdapat di sejumlah persil lahan
di land Tandjoeng Oost. Berdasarkan Peta 1901 terindentifikasi lahan parsalakan
di kampong Tengah (dekat dengan jalan poros); kampong Tjondet Batoe Ampar dan
kampong Tjondet Bale Kambang. Itu baru di land Tandjoeng Oost. Lahan parsalakan
juga ditemukan di land tetangga di land Makassar (sekitar Taman Mini yang sekarang).
Saat itu hanya ada dua wilayah di Hindia Belanda yang menghasilkan produksi
salak secara masif yakni land Tandjoeng West dan Onderdistrict Angkola di
Afdeeling Mandailing en Angkola Residentie Tapanoeli (kini Padang Sidempuan).
Angkola adalah kampong halaman teman saya, Sibatang Kayu Harahap yang sudah
sejak lama menjadi warga Condet Bale Kambang.
pada masa lampau pada suatu kawasan tanah partikelir (land) adalah keberadaan
landhuis (rumah pemilik land). Saat itu wilayah administratif terkecil adalah
land dimana di dalamnya terdapat kampng-kampong. Landhuis dapat dikatakan
sebagai hoofdplaat (ibukota) di sudah wilayah sekitar. Land partikelir adalam
lahan otonom yang sepenuhnya berada di bawah kekuasaan landheer (pemilik
lahan). Land boleh dikatakan negara di dalam negara. Pemerintah tidak pernah
mengintervensinya. Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di suatu land harus
tunduk pada kebijakan landheer. Para penduduk yang menggarap lahan atau menyewa
lahan memberikan nilai sewa kepada landheer. Kemakmuran suatu land tercermin
dari kondisi landhuis.
![]() |
Landhuis Tandjoeng Oost dan Pasar Rebo (Peta 1901) |
Pasar yang didirikan oleh pemilik land, bukan pasar
pemerintah tetapi digolongkan sebagai pasar swasta. Landheer memungut retribusi
dari pedagang yang berdagang di pasar. Bahkan ada landherr yang memungut
retribusi orang yang melintas di suatu kawasan land (terutama ada jalur
perlintasan seperti jembatan bambu atau penyeberangan sungai dengan kano).
Semua penerimaan retribusi ini menjadi milik landheer. Terhadap penerimaan
landheer ini pemerintah mengenakan pajak sebesar nilai tertentu atau persentase
tertentu dari total penerimaan landheer dari kegiatan pasat. Mengapa pemerintah
memungut pajak keberadaan pasar yang dimiliki oleh swasta (landheer)? Itu karena
ada publik disitu para pedagang atau pembeli yang berasal dari wilayah di liar
land.
Lokasi landhuis ini berada di sebelah barat pasar yang berada di jalan poros (Batavia-Buitenzorg)
yang dihubungkan oleh jalan yang baik (kini jalan TB Simatupang). Jalan ini
dibuka diduga sehubungan dengan pendirian pasar pada tahun 1754. Sedangkan
jalan utama menuju landhuis sendiri justru dari arah utara tegak lurus dari
land Tjililitan (kini jalan Condet Raya). Dua jalan lainnya merupakan jalan
ekoniomi di dalam land (yang ke timur kini jalan Tengah dan yang ke barat ke
jalan utama land (jalan Condet Raya) adalah jalan Masjid yang sekarang.
Sedangkan jalan yang ke selatan juga adalah jalan ekonomi di dalam land menuju
kampong Tjidjantoeng (kini jalan Kesehatan).
![]() |
Jalan menuju area landhuis di land Tandjoeng Oost, 1930 |
Jika mengikuti arah
alamiah posisi landhuis, landhuis dibangun berdasarkan jalan yang sudah ada
dari land Tjililitan (jalan Conder Raya yang sekarang). Bangunan yang pertama
dibangun adalah bangunan yang menghadap ke utara (ke arah land Tjililitan). Ini
menjelaskan bahwa keberadaan land lebih dulu ada jika dibandingkan dengan
pembangunan jalan poros (pada era van Imhoof: 1743-1750). Pada era Cornelis
Chastelein (1695-1714) untuk mengakses land miliknya di land Srengseng dan land
Depok berangkat dari (pelabuhan sungai) di land Tjililitan. Boleh jadi dalam
hal ini land Tandjong (Oost) justru kali pertama diakses dari sungai (seperti
halnya land pendahulu Srengseng). Setelah eksis land Tandjong Ooost baru dibangun
jalan akses dari land Tjililitan melalui jalan Condet Raya yang sekarang.
Keterangan ini telah menambah penjelasan bahwa land Tandjong (Oost) terbentuk
jauh sebelum adanya jalan poros. Itu berarti sekitar awal tahun 1700an (setelah
Cornelis Chastelein membuka land di Srengseng tahun 1695 dan land Depok tahun
1704). Sementara jalan poros Batavia-Buitenzorg di dekat Pasar Rebo baru
dibangun pada tahun 1745. Seperti biasanya jalan utama menuju dan mendekati
landhuis dibuat cukup lebar dan di dua sisi ditanami pohon peneduh. Untuk
sekadar tambahan landhuis Tjililitan berada di jalan Dewi Sartika yang sekarang,
masuk dari lampu merah ke arah sungai (jalan Kalibata yang sekarang adalah
terusan jalan landhuis Tjililitan).
![]() |
Denah landhuis Tandjoeng Oost (Peta 1901) |
Landhuis Tandjong Oost ini juga ada bangunan yang berada
di belakang bangunan utama. Bangunan bagian belakang ini menghadap ke selatan.
Besar dugaan bangunan bagian belakang ini dibangun untuk menjadi ruang
istirahat yang memanfaatkan view sungai dan view gunung Salak di kejauhan.
Bangunan bagian belakang ini menempel dengan bagunan tengah yang menghadap ke
utara. Bagian tengah ini menjadi bangunan utama. Bangunan utama ini diapit oleh
dua bangunan sayap yang berada di sebelah kiri dan sebelah kanan bangunan
utama. Pada sisi bangunan sayap sebelah kiri ke arah sungai Tjiliwong terdapat
bangunan yang diduga bangunan untuk para mandor atau boleh jadi bangunan dapur.
Sebuah bangunan terpisah di arah timur bangunan sayap timur adalah bangunan
untuk para mandor atau pekerja. Persis di belakang bangunan ini terdapat
pemukiman bagi para pekerja.
![]() |
Bangunan bagian belakang landhuis Tandjoeng Oost, 1930 |
Di seberang jalan di
depan landhuis terdapat sejumlah bangunan bisnis. Seperti baiasanya land
memiliki bangunan gudang, bangunan lumbung dan bangunan para penjaga, bangunan
untuk istal dan bangunan untuk garasi kereta. Satu yang penting di area bisnis
ini pada pojok jalan sisi jalan ke utara terdapat sebuah bangunan penggilingan
padai (rijstpelmolen). Area penggilingan padi ini cukup luas, lapangan sekitar
penggilingan ini diduga lantai penjemuran padi. Kebutuhan air untuk
penggilingan ini berasal dari kanal irigasi yang bersumber dari bendungan sitoe
Tjidjantoeng melalui kampong Gedoeng (hulunya dari sungai Tjiketjil). Bendungan
dan kanal ini diduga sudah ada sejak era VOC. Pada era Pemerintah Hindia Belanda,
kanal (yang bersumber dari bendungan Tjidjantoeng) diperkuat oleh air dari
kanal gede di sisi jalan poros (bersumber dari bendungan Katoelampa di hulu
sungai Tjiliwong). Kanal irigasi di land Tandjoeng Oost ini saluran utamanya
melalui kampong Tengah yang kemudian diintegrasikan dengan sungai kecil ke
hilir menuju land Tjililitan (memotong jalan Condet Raya) di sisi barat jalan
Dewi Sartika yang sekarang. Sungai kecil yang debit airnya diperkuat air kanal (kanal
bendungan sitoe Tjidjantoeng dan kanal bendungan Katoelampa) jatuh (disalurkan)
ke sungai Tjiliwong.
diperhatikan pada foto yang dibuat pada tahun 1930. Bangunan atau gedung tengah
dan dua bangunan sayap terkesan sangat bagus dan mewah. Ketiga bangunan ini dan
juga bangunan bagian belakang semuanya berlantai dua. Jalan yang tampak berada
di depan bangunan utama adalah jalan penghubung ke arah pasar (Pasar Rebo). Jalan
ini kini dikenal sebagai jalan TB Simatupang. Sedangkan jalan ini yang memotong
jalan utama dari landhuis ke arah land Tjililitan yang membentuk persimpangan
kini lebih dikenal sebagai persimpangan lampu merah antara jalan Condet Raya
dan jalan TB Simatupang.
tidak terawat karena hanya tinggal puing bekas kebakaran yang pernah terjadi
pada tahun 1985. Sebelum terbakar bangunan eks landhuis ini digunakan sebagai
asrama polisi. Tidak jauh di arah utara asrama polisi ini dibangun lapangan
militer (RINDAM JAYA). Pada awal era pengakuan Indonesia dan era pemerintahan RIS
area wilayan Pasar Rebo (land Tandjoeng Oost) menjadi pusat militer (markas TNI
di selatan Djakarta di sisi timur sungai Tjiliwong).
Rebo secara singkat. Pasar Rebo di land Tandjoeng Oost adalah cikal bakal
penamaan wilayah di era RI menjadi nama kecamatan (Kecamatan Pasar Rebo).
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang
warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor
(1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai
dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya
memiliki hobi berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar
dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau
waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli
sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi
dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan
pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.