Sejarah

Sejarah Kalimantan (23): Orang Banjar dan Kota Banjarmasin; Orang Kutai dan Kota Kutai, Orang Dayak di Kota Palangkaraya




false
IN


























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Selatan di blog ini Klik Disini
 

Berdasarkan
pengelompokan penduduk menurut (hasil) Sensus Penduduk 2010 di empat provinsi
di pulau Kalimantan (Barat, Selatan, Timur dan Tengah) terdapat sub grup
(etnik) setempat yang jumlahnya signifikan, yakni: Orang Banjar 3.605.770 jiwa;
Orang Dayak 2.993.316 jiwa; dan Orang Kutai 275.696 jiwa. Etnik grup lainnya
yang jumlah signifikan adalah Jawa, Melayu, Bugis, Madura, Tionghoa, Sunda dan
Batak.

Sebagian besar Orang Banjar (74.5 persen)
berada di provinsi Kalimantan Selatan. Sementara Orang Kutai semuanya (100 persen)
di provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan orang Dayak menyebar di empat provinsi
dengan konsentrasi tertinggi di provinsi Kalimantan Barat (51,2 persen) dan
provinsi Kalimantan Tengah (34.4 persen) dan sisanya di provinsi Kalimantan
Timur (11.7 persen) dan provinsi Kalimantan Selatan (2,7 persen). Distribusi
ini terkesan sedikit membingungkan yang menimbulkan pertanyaan: Apakah orang
Banjar dan Orang Kutai di masa lampau lebih bersifat lokal dan urban? Populasi Kota Banjarmasin sebanyak 700.870 yang mana
sebagian besar (79.3 persen) adalah Orang Banjar.

Lantas
bagaimana sejarah Orang Banjar di Banjarmasin
? Pertanyaan yang sama juga dapat berlaku untuk Orang
Kutai di Kutai Lama (Samarinda). Pertanyaan-pertanyaan ini tentu saja tidak
penting-penting amat, tetapi tetap menarik untuk diketahui jawabannya mengapa
orang Banjar dominan di provinsi Kalimantan Selatan dan Kota Banjarmasin serta
mengapa orang Kutai terkonsentrasi di Samarinda (provinsi Kalimantan bagian Timur).
Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku
hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.

Kota Banjarmasin Sebagai Kota
Kuno: Bagaimana Terbentuknya Orang Banjar?

Bandjar
bukan nama unik seperti Koetai (Samarinda), Pontioanak atau Palangkaraya.
Bandjar adalah nama yang dianggap bersifat generik, terdapat di banyak tempat
seperti di Jawa dan Bali. Namun nama Bandjarmasin hanya di satu tempat: di
muara sungai Barito (sebelumnya disebut sungai Banjarmasin). Dalam hal historis
ada kaitan yang intens antara Bandjarmasin dengan Jawa (sejak era Madjapahit).
Banjarmasin dalam hal ini adalah suatu kota (kerajaan) Bandjarmasin.

Tidak hanya di Bandjarmasin. Pada era Portugis
terdapat banyak nama tempat yang menjadi pusat perdagangan di pantai, seperti
di (kota) Banten, di Palembang, di Jacatra, di Chirebon, di Semarang, di
Soerabaja, di Bengkoelen, di Padang, di Tapanoeli, di Makassar, di Amboinia, di
Ternate dan di Manado. Populasi di wilayah kota dan sekitar tersebut kemudian
terbentuk dan dikenal sebagai Orang Banten, Orang Palembang, Orang Chirebon,
Orang Bengkoelen, Orang Ambon, Orang Ternate dan Orang Makassar. Namun untuk
populasi yang terbentuk di Semarang dan di Soerabaja diidentifikasi sebagai
Orang Jawa. Hal sebaliknya di Padang, Tapanoeli dan di Manado, awalnya
terbentuk identifikasi penduduk sebagai Orang Padang, Orang Tapanoeli dan Orang
Manado. Namun pengaruh yang kuat dari pedalaman (Minangkabau, Batak dan
Minahasa) yang teridentifikasi seakan hanya Orang Minangkabau, Orang Batak dan
Orang Manado. Satu hal yang sedikit berbeda ketika Belanda membentuk VOC dan
posnya didirikan di Batavia (Jacatra), nama Batavia semakin populer dimana
penduduk asli yang terbentuk dikenal sebagai Orang Betawi (Batavia).

Di
wilayah (urban) Bandjar(masin) inilah terbentuk komuniti yang disebut Orang
Bandjar. Suatu komuniti yang dapat dibedakan dengan komuniti asli (yang
kemudian diidentifikasi sebagai Orang Dayak), seperti komunitas (orang) Betawi
yang dibedakan dengan Orang Soenda, Orang Padang dengan Orang Minangkabau, Orang
Tapanoeli dengan Orang Batak. Orang Manado dengan Orang Minahasa. Populasi yang
disebut Orang Padang, Orang Tapanoeli dan Orang Manado adalah suatu mix
population (baik dari luar atau dalam kawasan).

Nama-nama Padang, Tapanoeli dan Manado
kemudian di era Pemerintah Hindia Belanda dijadikan sebagai nama wilayah
(adinistrasi) tidak hanya di wilayah pantai tetapi juga wilayah pedalaman.
Misalnya Residentie Padangsche tidak hanya mencakup wilayah Orang Padang tetapi
juga wilayah Orang Minangkabau (Padangsche Bovenlanden), Residentie Tapanoeli
(Tapanoeli plus Batak) dan Residentie Manado (Manado plus Minahasa, Sangier en
Talaud, Bolaangmongondow, Gorontalo, Toli-toli Poso dan sebagainya).

Nama
Bandjar(masin) sebagai nama suatu komuniti (Orang Bandjar), awalnya dijadikan
sebagai nama wilayah (Bandjarmasin) tetapi kemudian diperluas pada era
Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Zuid en Oostkust van Borneo (termasuk
wilayah Bandjarmasin). Dalam perkembangannya dimekarkan dengan membentuk Zuidkust
van Borneo (seperti Sampit dan Kotawaringin) yang kini menjadi wilayah provinsi
Kalimantan Tengah dan Oostkust van Borneo (Pasir, Koetai, Berau-Boeloengan)
yang kini menjadi wilayah provinsi Kalimantan Timur (dan Kalimantan Utara).
Westkust van Borneo dibentuk sendiri (dengan ibu kota Pontianak) sebagaimana
sebelumnya Zuid en Oostkust van Borneo (ibu kota di Bandjarmasin).

Bagaimana asal usul nama Bandjar(masin)? Sebagai bagian sejarah Orang Banjar, maka perlu
ditelusuri sejauh mungkin ke masa lampau dengan tetap merujuk pada fakta dan
data. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, sejarah adalah narasi fakta dan
data. Dalam peta-peta kuno sejak era Portugis, yang juga digunakan oleh
pelaut-pelaut Belanda, seperti Peta 1601, nama Bandjar(masin) belu
diidentifikasi. Yang sudah diidentifikasi di area mana kemudian terbentuk
Bandjar(masin) hanya nama-nama Puerte Aroe, Paco, Cabuna, Calandua dan
Taniampura. Nama-nama yang disebut pertama berada di daerah aliran suangi
Barito. Puerto Aroe adalah pelabuhan Aroe (Puerto bahasa Portugis=pelabuhan),
sementara pada era Portugis terdapat kerajaan kuat terkenal di sungai Baroemoen
di Sumatra (Kerajaan Aroe) yang kini wilayah Tapanoeli (Padang Lawas),
Sedangkan di sungai tetangga (yang merupakan cabang sungai Barito)
diidentifikasi di wilaya hilir (muara) dari Kualakapuas yang sekarang adalah
Taniampura yang diduga kuat Tandjoeng Poera (lokasi awal kerajaan Tanjungpura?).
Di sebelah barat Taniapura adalah Cota Barannin (Kota Barumun? Sedangkan di pantai
barat (di daerah aliran sungai Kapuas sekarang) diidentifikasi dua kota yakni
Laue (Lawi) dan kota Bandermachri. Pada Peta 1619 hanya kota Laue saja yang
diidentifikasi di pantai barat (di selatan semua masih eksis kecuali Cota
Barannin). Pada Peta 1657 diidentifikasi kota Banjarmasin. Lantas apakah
hilangnya Bandermachri di pantai barat telah pindah ke selatan (Banjarmasin).
Apakah nama Bandermachri sama dengan nama Banjarmasin? Suatu nama kota
pelabuhan yang baru yang pindah dari pantai barat menggantikan kota-kota di
selatan (Puerte Aroe, Paco, Cabuna, Calandua) dan muncul satu nama (baru) yakni
Banjarmasin. Bander adalah sebutan kota (pelabuhan) dan Banjar juga diduga
berasal dari bander (bandar) sementara cota, kotta adalah nama tempat (kota
atau kampong). Sebagaimana diketahui sejak 1619 Belanda (VOC) telah
meninggalkan Borneo (dan baru kembali tahun 1711). Selama kurun waktu setengah
abad banyak yang terjadi di pantai selatan dan pantai barat Borneo. Dalam Peta
1657 diidentifikasi nama Cotaringin (menggatikan Cota Barannin atau kota
Barumun). Di pantai barat diidentifikasi banyak nama tempat yang terbesar
adalah Soeccadana (Banjarmasin dan Soeccadana plus Sambas adalah tiga kota
(pelabuhan) utama.

Nama
Banjarmasin untuk ukuran waktu sekarang adalah suatu kota yang sudah lama ada,
paling tidak sudah diidentifikasi pada awal era Belanda (VOC) seperti
diidentifikasi pada Peta 1657. Pada Peta 1665 selain diidentifikasi nama Sampit
antara Banjarmasin dan Cota Ringin, nama Banjarmasin ditulis sebagai
Bandarmasin (Banjar=Bandar). Sementara sungai dimana sebelumnya diidentifikasi nama
Taniampura disebut sungai (rivier) Cramantan (Kalimantan?) nama yang mirip
dengan nama pulau di pantai barat pada Peta 1601 yakni pulau Crimata
(Karimata). Pada Peta 1705 nama Banjarmasin ditulis Bendarmassin. Ini
mengindikasikan banjar=bandar (kota pelabuhan).

Seperti disebut di atas Belanda (VOC) kembali
ke Borneo pada tahun 1711 dan kemudian pada tahun-tahun berikutnya mendirikan
benteng (fort) Banjarmasin. Pada Peta 1724 nama-nama kerajaan diidentifikasi,
seperti kerajaan (koninkryk van) Banjarmasin, Soeccadana, Landak, Sambas,
Bornoe (Broenei) dan Lava (Laue). Tidak jauh dari ibu kota kerajaan Banjarmasin
diidentifikasi nama kota Tatas. Nama sungai utama disebut sungai (rivier van)
Banjarmasin (kini sungai Barito).

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Orang Banjar dan Orang Koetai:
Eksistensi Orang Dayak

Sejauh
ini (sejak era VOC hingga permulaan Pemerintah Hindia Belanda) nama Banjar atau
Banjarmasin merujuk pada nama tempat, nama kota, nama pelabuhan kota dan kemudian
nama kerajaan. Belum ada keterangan (fakta dan data) yang mengidentifikasi nama
banjar sebagai nama grup populasi (etnik). Orang-orang Eropa (seperti Portugis,
Belanda dan Inggris) belum menjadikan penduduk di pulau Borneo sebagai subjek
(dalam pengadministrasian wilayah). Orang-orang Eropa hanya terfokus pada
perdagangan yang longgar yang dengan demikian hanya nama-nama tempat (kerajaan)
yang diperlukan dalam navigasi pelayaran (lalu lintas perdagangan).

Sementara itu nama-nama tempat yang disebut
Bandjar sudah ditemukan di berbagai pulau seperti di Jawa (Banjar di Banten,
Banjar dan Banjaran di Preanger), Banjar Negara di Jawa dan Banjar di Bali,
Banjar di Palembang dan Banjar di pantai timur Sumatra, Namun Banjarmasin hanya
satu tempat. Banjarmasin adalah satu hal (nama tempat) sedangkan nama Banjar
adalah hal lain, selain nama tempat di luar pulau Borneo, nama Banjar di pulau
Boeneo (Banjarmasin) adalah nama suatu kelompok populasi (etnik grup).

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Orang Dayak: Pembentukan Kota
Palangkaraya

Tunggu
deskripsi lengkapny
a

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top