Sejarah

Sejarah Kalimantan (42): Sejarah Matan dan Nama Kalimantan; Perlawanan Radja Matan Terhadap Pemerintah Hindia Belanda 1827




false
IN


























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini

Nama
Matan bukanlah nama baru, meski kini nama Matan hanya disandang oleh dua nama
kecamatan di Kabupaten Ketapang: Kecamatan Matan Hilir Utara dan Kecamatan
Matan Hilir Selatan. Tidak ada nama Matan Hulu. Yang ada tempo doeloe hanya
nama Matan saja. Nama Matan ini adalah suatu kerajaan yang berani melawan
Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1827.

Hanya dua kerajaan di pulau Borneo yang berani
melawan Pemerintah Hindia Belanda, yakni Kerajaan (kesultanan) Matan dan Kerajaan
(kesultatan) Bandjarmasin. Kesultanan Bandjarmasin melawabn Pemerintah Hindia
Beland pada tahun 1859 yang dipimmpin oleh Pangeran Antasari. Sejak
meninggalnya Pangeran Antasari pada tahun 1863, pada tahun 1864 kesultanan
Bandjarmasin dilikuidasi (untuk selamanya).

Lantas
apa hebatnya kerajaan Matan
? Nah itu tadi berani melawan Pemerintah Hindia
Belanda. Namun tentu saja tidak itu saja. Kerajaan Matan terkait dengan
kerajaan Tanjung Pura, kerajaan Soekadana. Lalu bagaimana sejarah kerajaan
Matan
? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pemberontakan di Matan, 1827

Tidak
diketahui secara pasti apa hubungan antara Perang Jawa (yang dipimpin Pangeran
Diponegoro) dengan Perang Matan. Permusuhan yang dilancarkan Sultan Matan pada
tahun 1827 menyebabkan satu ekspedisi ke pantai barat Borneo yang dipimpin oleh
Kapten laut НМ Díbbetz. Pertempuran yang sengit terjadi di sungai Karbouw dan sungai
Katapan pada tanggal 2 dan 3 September 1928. Lalu Sultan Matan ditangkap dan
berakhir sudah kerajaan Matan dan diakuisisi oleh Pemerintah Hindia Belanda
dengan menunjuk Majoor Radja Akil sebagai sultan baru (kesultanan Matan en
Simpang).

Apa yang menjadi pangkal perkara dikirimnya
ekspedisi militer ke kerajaan Matan. Ini bermula pada bulan Desember kerajaan
Matan menyerang Karimata dengan kekuatan 20 buah kapal di bawah pimpinan
pangeran Adi Makoerat. Celakanya, mereka berhasil manuklukkan Karimata tetapi
bendera tricolor yang dikibarkan di Karimata dirampas dan diobek-robek dan
dibawa ke Matan (lihat Javasche courant, 20-11-1828). Disebutkan ekspedisi
Pemerintah Hindia Belanda tersebut dengan kapal perang Sr. MS. fregat de
Rellona berkekuatan 120 tentara Eropa yang tiba di uara sungai Pontianak pada
tanggal 4 Juli. Ekspedisi ini dibantu pasukan Radja Akil yang dikonsolidasikan
di Pontianak. Para tawanan dibawa ke Batavia. Pemerintah telah menunjuk Mayor
Radja Akil (Soecadana) sebagai Sultan Matam en Simpang (nama yang digabung
karena sebelumnya penembahan Simpang telah dibunuh oleh Matan).

Majoor
Radja Akil adalah komandan pribumi (asal Soecadana) yang membantu militer
Hindia Belanda dalam Perang Jawa. Oleh karena yang menjadi sultan baru adalah
eks komandan dalam Perang Jawa diduga menjadi alasan diterbitkan satu resolusi
baru pada bulan November 1828.

Javasche courant, 07-02-1829: ‘Resolusi 28
November 1828 No.2: disetujui dan dipahami, akan ditentukan, seperti yang dibuat
disini; Pertama, bahwa orang Jawa tidak diijinkan pergi ke Borneo, kecuali
orang-orang yang disebutkan di bawah ini. Ketiga, bahwa kapten dari semua kapal
pribui di Jawa atau di pantai barat Borneo wajib melapor kepada kepala
pemerintah daerah, tempat pertama yang akan mereka kunjungi yang pejabat mana
yang akan diwajibkan untuk melakukan penyelidikan’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Matan dan Nama Kalimantan

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top