Sejarah

Sejarah Kalimantan (48): Orang Bajau Pulau Maratua di Berau, Kalimantan Timur; Orang Bajau Pelaut Handal Tersebar di Indonesia




false
IN


























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Timur di blog ini Klik Disini
  

Ada nama
pulau Maratua di pantai timur Kalimantan. Nama yang mirip dengan nama teman
saya, teman yang suka menulis sejarah, termasuk pernah menulis kepulauan
Balabalagan di selatan pulau Maratua. Okelah, itu satu hal. Hal lain yang lebih
penting adalah apakah ada sejarah pulau Maratua.

Pulau Maratua berada di selat Makassar laut
Sulawesi, pulau terdepan Indonesia di wilayah kabupaten Berau, provinsi
Kalimantan Timur. Pulau Maratua yang termasuk dalam gugus kepulauan Derawan adalah
salah satu daftar pulau-pulau terdepan Indonesia (berbatasan dengan negara
asing, seperti pulau Miagas (kabupaten Kepulauan Talaud), pulau Marore
(kabupaten Kepulauan Sangir) provinsi Sulawesi Utara.

Lantas
apa pentingnya pulau Maratua
?Tentu
saja bukan karena mirip nama saya. Akan tetapi pulau Maratua termasuk salah
satu pulau terdepan Indonesia (berbatasan Malaysia). Tidak itu saja, di pulau Maratua
juga ditemukan Orang Bajau, penduduk asli Indonesia yang sejak masa lampau
sangat handal di lautan. Lalu bagaimana sejarah pulau Maratua dan Orang Bajau
? Seperti
kata
ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*

Nama Pulau Maratua dan Orang
Bajau

Orang-orang
Bajau bukan target para bajak laut. Namun orang-orang Bajau atau Orang Laut
keap diminta oleh kapal-kapal perang Pemerintah Hindia Belanda untuk pemandu
dalam menelusuri sarang para bajak laut, terutama di wilayah sempit seperti sekitar
muara-muara sungai dan gugus pulau-pulau yang rapat dan berkarang atau berawa.
Tampaknya pelaut-pelaut Pemerintah Hindia Belanda dengan kapal-kapal canggih
memanfaatkan kearifan lokal Orang Bajau. Siapa sebenarnya Orang Bajau?

Seorang pejabat Pemerintah Hindia Belanda yang
cukup lama di teluk Kendari menuliskan penggabarannya tentang Orang Bajau
(lihat Makassaarsch handels-blad, 17-10-1879). Disebutkannya bahwa Orang Bajau
adalah Islam tetapi praktek pagan belum sepenuhnya dihilangkan. Pelayanan agama
Islam diantara Orang Bajau ketika para pedagang melakukan transasksi dagang
dengan Orang Bajau atau dengan sengaja untuk mengundang para imam jika ada yang
meninggal…Mengenai asal-usul masyarakat nelayan ini sulit diketahui kecuali
kita menerima begitu saja. Sudah banyak saya lakukan penyelidikan, saya tidak
pernah dapat menyimpulkan secara cukup dengan kepastian yang memadai hingga
saat itu. Kondisi fisik dan raut wajah mereka termasuk dalam ras Melayu. Perbandingan
berbagai bahasa mereka, khususnya, dapat memberikan banyak penjelasan dalam hal
ini. Akan tetapi, ada kemungkinan besar bahwa mereka yang dianggap termasuk
dalam stam Orang Badjo pasti pernah tinggal di Makassar. Berkenaan dengan
dugaan ini, cukup beralasan ditemukan nama tempat yang terletak di dekat Gowa yang
disebut negeri Tidung, namun tidak ada lagi jejak yang dapat ditemukan bahwa
tempat ini pernah menjadi tempat tinggal mereka. Orang Bajau yang saya amati
ini hanya menurut tradisi mereka sendiri mengaku pernah berada disana, oleh
karena itu mereka menyebut diri mereka Orang Badjo vau Tidung. Bahasa mereka
yang mereka akui sendiri, menurut pengetahuan mereka tidak diucapkan di darat,
dan bahkan tidak ditemukan jejak bahwa bahasa itu pernah digunakan di
sana-sini, meskipun itu membawa bukti-bukti, kepada yang pertama. telah ada disini,
mungkin telah tersebar di seluruh nusantara ini, yang disebut Polyneesche yang
sekarang hilang, seharusnya menjadi miliknya. Tampaknya masuk akal bagi saya
bahwa banyak dari mereka akan tinggal lama di Tidung atau di sekitarnya, tempat
yang nyaman bagi mereka karena kedekatannya dengan pedagang Makassar kepada
siapa mereka menjual produk mereka dan melalui mereka ke kepulauan barat
diangkut. Jatuhnya kekaisaran [Gowa] yang dulunya perkasa ini dan pengaruhnya
terhadap perdagangan mereka. pasti akan bekerja paling tidak menyenangkan pada
Orang Badjo dalam konsekuensinya, dan kemungkinan besar berkontribusi banyak
pada penyebarannya; sementara Boni, kekuatannya meningkat seiring melemahnya
Makassar dan didorong oleh keuntungan bahwa ada terikat bersama untuk
memanfaatkan orang-orang itu, yang mengumpulkan mereka sebagian melalui
pengaruhnya, dan menawari mereka tempat tinggal di hati seseorang; dan dari
sini, kota ngeri Batljoa (nama diambil dari orang yang mendirikannya) dekat
dengan pantai, tidak jauh dari kota utama, sejak itu menjadi tempat perdagangan
utama orang-orang Boni.

Orang
Bajau pernah bermukim di dekat Gowa yang disebut negeri Tidoeng. Mereka di Gowa
di era kerajaan-kesultanan Gowa (hancur dalam perang Gowa melawan VOC yang
dipimpin Admiral Spelman 1669. Jatuhnya kerajaan Gowa, orang-orang Bajau
meninggalkan Gowa. Orang Bajau juga adakalanya disebut Orang Toeridjénes atau Orang
Kambang. Mereka biasa ditemukan di teluk Tolo, bahkan sampai di Tobungkoe
paling utara (lihat De locomotief, 18-03-1907). Lantas bagaimana Orang Bajau
bermukim di pulau Maratoea.

Pulau Maratoea sebelumnya pernah
diidentifikasi sebagai pulau St Jhons. Ini berarti bahwa pulau Maratoea sudah
dikenal sejak era Portugis. Wilayah pantai timur Borneo sebelum
pedagang-pedagang Inggris, pedagang-pedagang Portugis yang intens, Oleh karena
itu banyak nama-nama Portugis bahkan di seluruh pantai pulau Borneo, seperti
teluk St Lucia (dimana sudah terbentuk pulau Noenoekan dan Sebatik) dan pulau
Patermonster (di kepulauan Balabalagan). Nama Maratoea diduga adalah nama yang
lebih tua dari St Jhons. Besar dugaan nama Maratoea (Mara atau Moro tua) merujuk
pada orang-orang Moor beragama Islam (pendahulu orang-orang Portugis).

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top