*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Timur di blog ini Klik Disini
Muara
Kaman? Mungkin agak asing. Kerajaan Mulawarman? Tentu saja sangat familiar.
Keduanya adalah satu kesatuan: Kerajaan Mulawarman di Muara Kaman, suatu muara dimana
sungai Kaman bermuara di sungai Koetai. Lalu bagaimana dengan Kesultanan Kutai?
Adalah suksesi Kerajaan Kutai. Lantas apa itu Martapura? Apakah ada kaitan
Martapura di sungai Koetai (Mahakam) dengan Martapura di sungai Bandjarmasin
(Barito)? Yang jelas mempelajari sejarah adalah suatu tantangan.

kecamatan yang berada di kabupaten Kutai Kartanegara, provinsi Kalimantan
Timur. Kabupaten Kutai Kartanegara ibu kota di Tenggarong (kecamatan
Tenggarong) dan provinsi Kalimantan Timur di Samaruinda. Jarak dari Samarinda
ke arah hulu sungai Mahakam di Tenggarong sekitar 30 Km. Lebih ke hulu lagi
dari Tenggarong ke Muara Kaman sekitar 50 Km.
Bagaimana
sejarah Muara Kaman sendiri? Nah, itu dia. Yang jelas kurang terinformasikan
selama ini. Yang banyak ditulis adalah Kerajaan Kutai Martapura dan Kerajaan
Mulawarman di Muara Kaman, Bagaimana sejarah Muara Kaman terbentuk? Seperti
kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya memiliki permulaan dan sejarah sendiri
adalah narasi fakta dan data. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Muara Kaman di Sungai
Koetai
Nama
Kaman sudah barang tentu sudah lama eksis. Namun naman Kaman di daerah aliran
sungai Koetai baru terinfornasikan pada tahun 1863 (lihat Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 22-08-1863). Disebutkan Senopati
yang juga adalah wali kedua dari Soeltan Moeda Koetai, yang ditemani oleh Haji
Soleman telah berangkat ke negeri-negeri atas (bovenlanden) untuk menemui para
kepala pribumi (dari kesultanan Banjarmasin) yang banyaknya lima orang kepala dan
40 orang pengikutrnya yang telah berada di Moeara Kaman di atas (boven)
Tengarong.
Pertemuan ini dalam rangka upaya Residen (Zuid
en Oostkust van Borneo yang berkedudukan di Bandjarmasin) untuk rekonsiliasi dan
bertemu dengan pangeran-pangeran Banjarmasin. Dalam hal ini Soetan Moeda Koetai
dan Haji Solean sebagai mediator. Namun para pangeran ini khawatir datang ke
Tenggarong (ibu kota kesultanan Koetai dimana Residen sudah berada) dan lebih
memilih untuk bertemu di Moeara Kaman. Hal ini terkait dengan Perang Bandjar
yang dimulai tahun 1859. Pangeran Antasari dan pengikutnya terdesak oleh
militer Pemerintah Hindia Belanda ke arah hulu hingga Moeara Teweh (menjadi
pusat pertahanan terakhir). Dalam hubungan dengan rekonsiliasi dengan anak-anak
almarhum Pangeran Antasari ingin berunding di Tenggarong melalui mediasi
Soeltan Moeda Koetai. Seperti disebutkan di atas, perundingan dipilih di Moeara
Kaman.
Bagaimana
Moeara Kaman ditetapkan sebagai tempat perundingan antara Pemerintah Hindia
Belanda dengan para pangeran Banjarmasin adalah satu hal. Hal lainnya adalah
mengapa tempat itu yang dipilih oleh para pangeran Banjarmasin. Moeara Kaman
sendiri berada di wilayah yurisdiksi Kesultanan Koetai di daerah aliran sungai
Koetai. Sedangkan wilayah yurisdiksi Kesultanan Bandjarmasin hingga ke Doesoenlanden
yang berpusat di Moeara Teweh. Dalam hal ini perundingan antara pihak
Kesultanan Bandjarmasin dengan Pemerintah Hindia Belanda berada di wilayah
netral di Moeara Kaman (wilayah yurisdiksi Kesultanan Koetai).
Jauh sebelumnya Pemerintah Hindia Belanda
sudah melakukan perjanjian-perjanjian (kontrak) dengan Kesultanan Bandjarmasin.
Perjanjian dengan Kesultanan Koetai dilakukan pada tahun 1846. Adanya
perseisihan di internal Kesultanan Banjarmasin (pasca wafatnya Soeltan Toea)
yang kemudian menyebabkan terjadinya perselisihan para Pangeran Antasari dan
pengikutnya dengan Pemerintah Hindia Belanda yang akhirnya terjadi perang
(Perang Bandjar sejak 1859).
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Kerajaan Kutai Martapura,
Kerajaan Mulawarman, Kesultanan Kutai
Moeara
Kaman adalah muara sungai Kaman di sungai Koetai. Nama Kaman bukanlah nama
kuno, nama kuno adalah Koetai sendiri. Seperti halnya di sungai yang mengalir
ke pantai selatan (sungai Doesoen atau Banjarmasin), soengai Koetai mengalir
dari pedalaman ke arah pantai timur Borneo. Besar dugaan kota terawal di dua muara
sungai besar ini adalah Nagara dan Koti pada era Hindoe.
Sebelum kehadiran orang-orang India (Hindoe)
di jaman lampau pulau Borneo tidak seperti bentuk pulau Kalimantan yang
sekarang. Laut memasuki daratan jauh ke pedalaman (teluk). Oleh karena itu
nama-nama tempat kuno Nagara (di selatan), Koti (di timur) dan Tajan (di barat)
yang terkesan berada di pedalaman saat ini, tempo doeloe justru berada di
pantai (teluk). Menurut ahli-ahli geografi Belanda, nama Kotinagara ditemukan
di daerah pengaliran sungai di Kamboja yang sekarang. Penduduk dari wilayah
daratan Asia inilah yang kemudian menyebar ke pulau Kalimantan yang menjadi penduduk
asli pulau Borneo (Dayak). Dalam era Hindoe, para pendatang membangun pusat
perdagangan di muara-muara sungai besar tempat dimana kemudian muncul nama-nama
Nagara, Koti dan Tajan.
Koti
atau Moeara Kaman diduga tempo doeloe adalah nama tempat yang disebut Koti di
muara sungai Kaman (di teluk). Teluk ini kemudian mengalami proses sedimentasi
jangka panjang sehingga terbentuk muara sungai baru. Lalu pada era yang berbeda
kota kuno ini relokasi ke arah hilir di tempat dimana kemudian terbentuk
Samarinda. Koti yang dikenal sebagai Koetai dan berada di hilir Samarinda ini
kemudian menjadi kesultanan. Situasi yang memburuk di area muara, pusat
kesultanan Koetai ini relokasi ke arah hulu di Tenggarong.
Sebagaimana diketahui kemudian, di wilayah
Moeara Kaman ditemukan prasasti kuno, diduga adalah suatu tempat yang penting
di masa lampau (era Boedha-Hindoe). Lantas apakah Moeara Kaman ini yang
dihopesiskan sebagai kerajaan kuno di pulau Borneo, suattu kerajaan kuno yang
berada di pantai?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.