*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini
Kota
Pontianak bukanlah kota kuno. Kota kuno berada di Landak dan Tajan, dua lota di
masa lampau semasih berada di pantai. Kota Pontianak adalah kota baru yang
terbentuk di suatu delta. Suatu delta yang terbentuk akibat proses sedimentasi
jangka panjang dari dua sungai besar, sungai Landak yang bermuara di Landak dan
sungau Lauwe yang bermuara di Tajan. Kota Landak dan kota Tajan diduga kuat
adalah dua kota dari penduduk asli (Dayak).

terdapat tiga pulau. Dua diantara banyak sungai yang bermuara ke teluk adalah
sungai Landak dan sungai Kapoeas. Akibat proses sedimentasi jangka panjang tiga
pulau ini membengkak dan kemudian menutupi seluruh teluk. Lalu terbentuk jalan
sungai ke laut yakni terusan sungai Landak dan sungai Kapoeas Ketjil. Di pertemuan
dua sungai inilah kelak terbentuk Pontianak. Pulau ketiga di arah hilir yang
membengkak yang menyebabkan terbentuknya sungai Kapoeas Ketjil, orang-orang
Cina membangun pemukiman (berseberangan dengan Pontioanak). Pada era VOC,
pedagang-pedagang Belanda membangun pos perdagangan di arah hilir pemukiman
Cina.
Lantas
bagaimana sejarah asal-usul Kota Pontianak? Kita tidak lagi fokus tentang asal-usul kesultanan Pontianak
(sudah ada di artikel lainnya), kita lebih fokus pada aspek teknis asal-usul
terbentuknya Kota Pontianak yang sekarang. Lalu bagaimana permulaan
terbentuknya kota? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan
gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya
sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi,
sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti
surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Kota Pontianak di Era VOC:
Pertemuan Sungai Landak dan Sungai Kapoeas Ketjil
Pada
peta-peta lama (buatan Portugis) nama Pontianak belum muncul. Nama yang
diidentifikasi adalah Laue dan Hermata. Pada era VOC (Belanda) kerajaan Laue
(Lauwe) telah relokasi ke pedalaman (yang diduga kemudian sebagai Melawie),
sedangkan Hermata adalah Mempawah atau Singkawang, Pada Peta 1724 (VOC-Belanda)
nama kerajaan di arah huli diidentifikasi kerajaan Landak dan kerajaan Tajan.
Sedangkan di hilir ada dua nama tempat: Moeara Landak dan tetangganya Trap. Nama
Moeara Landak diduga kuat kemudian menjadi nama Pontianak. Nama Trap sendiri
mengindikasikan nama tempat Eropa (seorang pedagang VOC pada era tersebut).

Belanda menyatakan bahwa di arah timur (kota) Pontianak adalah dataran
rendah yang luas yang disana-sini terlihat (terdapat) bukit-bukit kerucut.
Bukit-bukit tersebut diduga adalah pulau-pulau di masa lampau (sebelum terjadi
proses sedimentasi). Bukit-bukit kecil di daratan itu karakteristik tanahnya
sama dengan pulau-pulau di pantai barat pulau Borneo. Asumsi ini didasarkan
pada fakta bahwa perbukitan di daratan secara tampilan dan kombinasi sama
dengan pulau-pulau yang terletak di sepanjang pantai; tanahnya hampir dimana-mana sama dengan dasar laut. Di bagian dalam ditemukan bebatuan yang
seolah-olah mengalami benturan ombak terus menerus (lihat Algemeen Handelsblad, 16-05-1829).
Gambaran ini jika dibandingkan dengan peta-peta lama (buatan Portugis) memang
diidentifikasi semacam teluk dimana di tengahnya sudah terbentuk tiga pulau
besar.
Nama
Pontianak paling tidak sudah diketahui pada tahun 1780 (lihat Noordhollandsche
courant, 16-06-1780). Disebutkan pada tanggal 6 November, Resident Pontianak
Klock mengusulkan kepada Onderkoopman dan Sergeant Martheze untuk memasang
bendera. Besar dugaan pedagang-pedagang VOC (yang dipimpin Residen Klock) telah
membuat kontrak dengan kerajaan Pontianak (di Moeara Landak).
Pemerintah VOC membuat kontrak pada tanggal 5
Juli 1779 dengan Soeltan Pontianak dimana area yang digunakan adalah milik
Soeltan(lihat Tijdschrift voor Neerland’s Indie, 1840). Anak Soeltan
ditempatkan sebagai panembahan Manpawah pada tanggal 20 Januari 1787 (lihat Tijdschrift
voor Neerland’s Indie, 1850).
Kapan
terbentuknya kerajaan (kesultanan) Pontianak tidak diketahui secara pasti. Demikian
juga sejak kapan nama Pontianak muncul juga tidak diketahui secara pasti. Yang
jelas pada tahun pada tahun 1779 pedagang-pedagang VOC sudah membuat kontrak
dengan radja (soeltan) Pontianak. Pada Peta 1724 di tempat dimana kraton
Pontianak berada hanya diidentifikasi sebagai suatu nama tempat (Moeara Landak)
dan tetangganya tempat dimana orang Eropa (Belanda) berada. Apakah
pedagang-pedagang VOC yang membesarkan dan meninggikan Pontianak?
Di dalam Tijdschrift voor Neerland’s Indie, 1850
disebutkan bahwa (kerajaan) Landak memiliki hubungan dengan (kesultanan)
Banten. Kesultanan Landak lambat laut makin khawatir dengan semakin menguatnya
Pontianak. Oleh karena jarak antara Banten dan Landak begitu jauh, kesultanan
Banten menyerahkan perlindungannya kepada pemerintah VOC. Pontianak sebelum
menjadi kerajaan (kesultanan) diduga adalah kesahbandaran dari (kesultanan)
Landak. Lalu dengan kehadiran Pemerintah VOC di muara sungai Landak, kerajaan
(baru) Pontianak dibesarkan, kerajaan yang terpisah dengan kerajaan
(kesultanan) Landak. Hubungan Pontianak dengan Mampawah baru terbentuk setelah
kehadiran VOC yakni Soeltan Pontianak menempatkan anaknya sebagai panembahan di
Mampawah di pantai barat Borneo. Nama Mampawah sendiri sudah sejak lama ada sebagai suatu kerajaan (lihat
Peta 1659).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota
Pontianak Era Pemerintah Hindia Belanda
Pontianak
tidak hanya nama baru, juga suatu kawasan baru yang terbentuk dari proses
sedimentasi jangka panjang. Nama Mampawah lebih tua dari nama Pontianak. Dari
semua nama-nama tempat di sekitar Pontianak, dua nama kuno adalah Landak dan
Tajan, dua tempat yang sudah eksis sejak jaman kuno dimana terdapat penduduk
asli (Dayak). Dalam konteks masa itu, penduduk yang mendiami sekitar Moeara
Landak (kemudian disebut Pontianak) adalah penduduk pendatang di kawasan (daratan)
baru.

adalah daratan yang dikelilingi oleh rawa-rawa yang sangat luas. Suatu
rawa-rawa yang di masa lampau adalah suatu lautan (teluk), dimana di teluk
tersebut terdapat tiga pulau (lihat peta kuno). Pulau-pulau ini mengikat lumpur
dan sampah pohon yang terbawa oleh beberapa sungai dari pedalaman yang
menyebabkan pulau-pulau tersebut membengkak karena proses sedimentasi. Pada
rawa-rawa tersebut terbentuk jalan air yang menjadi terusan sungai Landak dan
sungai Tajan (Laue atau Kapoeas). Pada terusan sungai Kapoeas (Tajan) bercabang
mengikuti pulau yang membentuk sungai Kapoeas Besar (arus utama) dan sungai Kapoeas
Ketjil (arus sekunder). Pada ujung sungai Kapoeas Ketjil bertemu terusan sungai
Landak yang disebut Moeara Landak (tempat dimana nama Pontianak muncul).
Penduduk
pendatang pertama menempati area di suatu tanjung (pertemuan sungai Landak dan
sungai Kapoeas Ketjil). Area ini tentu sangat strategis untuk pusat
perdagangan, karena menjadi hub bagi pedagang yang datang dari lautan dan
penduduk asli yang berasal dari pedalaman di sepanjang daerah aliran sungai
Landak dan daerah aliran sungai Tajan (sungai Kapoeas). Hub ini kelak menjadi
kota Pontianak.

masa itu (di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok dan Celebes), pusat perdagangan di
hilir (muara sungai atau pantai) menjadi kesahbandaran (bea dan cukai
perdagangan terhadap kapal-kapal dan perahu-perahu). Kesahbandaran yang terus
menguat (seiring dengan pembentukan pasukan-militer pertahanan) berubah wujud
menjadi kerajaan (kesultanan). Proses inilah yang diduga kuat terbentuknya kerajaan
(kesultanan) Pontianak.
Oleh
karena area (kawasan perdagangan Pontianak) ini terbentuk bukan pada era
Portugis, maka muncul pendatang baru di
Pontianak yakni pedagang-pedagang Belanda (VOC). Sebagaimana diketahui,
pedagang-pedagang VOC sejak tahun 1711 sudah membentuk pos perdagangan di
Bandjarmasin (pantai selatan Borneo). Pos perdagang yang baru di Pontianak
adalah perluasan pos perdagangan VOC di pantai barat Borneo. Tentu saja saat
pedagang-pedagang VOC datang, Pontianak sudah menjadi pusat perdagangan lokal
(yang juga sudah banyak pedagang-pedagang Cina datang), Para pedagang-pedagang
VOC mengambil tempat di arah hilir sungai, di belakang area pedagang-pedagang
Cina. Area pedagang-pedagang Cina berseberangan dengan kraton Pontianak. Tiga
area inilah yang menjadi cikal bakal kota Pontianak yang sekarang.
Seperti di berbagai tempat, pedagang-pedagang
VOC tidak pernah datang untuk (langsung) merebut area baru. Mereka datang untuk
berdagang. Oleh karena itu penduduk pendatang pertama di Pontianak dan penduduk
pendatang baru Cina adalah sumber potensi pedagang-pedagangVOC (partner
perdagangan). Pedagang-pedagang VOC biasanya mengambil tempat pada area
marjinal di sisi luar (jalur escape). Area marjinal ini, seperti rawa-rawa atau
area banjir yang jarang ditempati oleh orang lain. Oleh karena marjinal, jika
mereka harus menyewa maka harga sewa lahannya akan murah. Namuin demikian karena mereka membawa peralatan dan
teknologi serta pengetahuan yang cukup, area marjinal itu dapat mereka vermak
menjadi area yang sesuai dengan kebutuhan mereka, yakni dengan membuat kanal
(drainase) untuk membangun fasilitas seperti bangunan permanen dan bahkan
benteng. Kanal yang dibuat dirancang menjadi suatu barier (garis pertahanan
yang juga dengan sendirinya menjadi jalan tol ait atau pelabuhan).
Kota
Pontianak yang sekarang secara teknis di masa lalui, para pedagang VOC
(Belanda) menginisiasi area di Pontianak menjadi suatu kawasan hunian mereka sendiri.
Seperti disebutkan di atas, area hunian (untuk perdagangan) ini antara lain
tempat Residen (kepala pedagang, Hooftkoopman), Onderkoopman, gudang komoditi,
bedeng-bedeng para pekerja (orang pribumi dari wilayah lain) dan tentu saja barak-barak
pasukan (militer). Area inilah yang kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi
area Eropa (yang pada tahap lebih lanjut diintegrasikan dengan area Cina). Dua
area inilah yang secara teknik menjadi permulaan kota Pontianak (yang sekarang).

tempo doeloe adalah kantor Residen yang dibangun pada Pemerintah Hindia
Belanda. Sejak era VOC sudah dibangun rumah Residen. Tidak jauh dari rumah Residen
tersebut dibuat pelabuhan (kini pelabuhan Pontianak). Di sekitar area inilah
pada era Pemerintah Hindia Belanda dibangun bea dan cukai, kantor pos, kantor telegraf,
kantor Residen dan taman (Larive Park). Dari pelabuhan ke kawasan Eropa
dibangun jalan utama (Heerenstraat dan De Stuers weg). Disebut jalan Heeren
Straat mengindikasikan era VOC (pemegang saham utama Heeren XVII), sementara nama
de Stuers mengindikasikan era Pemerintah Hindia Belanda yang mana pada tahun
1822 Overste de Stuers memimpin pasukan untuk meredakan pemberontakan orang-orang
Cina di pantai barat Borneo. Sedangkan nama (taman) Larike dikaitkan dengan
nama tempat di Ambon. Besar dugaan sebelum taman ini dibentuk adalah pemukiman
orang Larike dari Ambon yang membantu pasukan militer VOC. Pada masa ini area
rumah residen tersebut menjadi area POMDAM XI Tanjungpura yang berseberangan
dengan Larike Paark yang kini jadi alun-alun kota.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.