Sejarah

Sejarah Kalimantan (80): Pasar Terapung di Muara Kuin Sungai Barito; Riwayat Schans van Thuijll Kween di Sungai Banjarmasin




false
IN


























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Selatan di blog ini Klik Disini

Di
Banjarmasin hingga ini hari terdapat suatu pasar terapung, pasar aktivitas
perdagangannya berada di atas sungai. Pasar terapung (floating market) ini
tentu saja sangat unik dari sudah pasar modern sekarang. Namun secara tradisi,
pasar tersebut adalah normal. Hal ini karena transportrasi sungai di
Banjarmasin begitu penting di masa lampau. Yang menjadi pertanyaan mengapa
masih eksis hingga sekarang dan sejak kapan adanya
?

Pada jaman lampau juga sudah dikenal rumah
terapung (he floating dwellings). Tradisi rumah terapung ini ditemukan pada
komunitas Orang Laut. Rumah terapung adalah rumah yang dibuat di dalam perahu.
Seperti halnya perahu, rumah (perahu) terapung ini dapat berpindah, tetapi
perpindahannya tetap di atas air (tidak pernah mendarat). Lambat laun komunitas
rumah terapung ini menetap dengan membangun rumah di atas laut. Oleh karena
tempat tinggal tetap di laut, para penghuni tetap ini menggunakan perahu
sebagai alat utama, apakah untuk mencari ikan maupun untuk berrgerak ke
tetangga yang jauh. Tradisi berumah serupa ini ditemukan pada etnik (suku)
Bajau.

Pasar
terapung di Banjarmasin pada masa ini dapat ditemukan di Muara Kuin di sungai
Baraito. Bagaimana terbentuknya pasar terapung adalah satu hal, sedangkan
bagaimana disebut muara Kuin hal lain lagi. Lantas mengapa pasar terapung
terdapat di Muara Kuin
?
Seperti kata
ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya
sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi,
sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti
surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.

Nama Muara Kuin:  Schans van Thuijll dan Kween

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Pasar Terpung di Muara Kuin

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com 


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top