*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini
Sejarah
zaman kuno diperlukan untuk memberi latar belakang kehidupan yang sekarang.
Sejarah zaman kuno terbilang bagian sejarah yang kurang mendapat perhatian.
Boleh jadi karena minimnya data yang tersedia. Namun sejarah zaman kuno sebagai
bagian sejarah keseluruhan tetaplah menjadi penting. Banyak studi-studi
rintisan yang telah dilakukan. Salah satu studi rintisan itu dilakukan oleh Marlon
NR Ririmasse dengan judul Pemujaan Leluhur di Kepulauan Maluku Tenggara. Pulau-pulau
besar di wilayah Kepulauan Maluku Tenggara ini adalah Kei, Aru dan Tanimbar.

Kepulauan Maluku yang secara geografis wilayahnya berada di sebelah tenggara pulau
Seram provinsi Maluku, Wilayah pulau-pulau di tenggaran provinsi Maluku ini
pada masa kini terdiri dari beberapa kabupaten/kota yakni kabupaten Seram
Bagian Timur (ibu kota Bula), kabupaten Maluku Tenggara (ibu kota Langgur),
kabupaten Kepulauan Aru (ibu kotya Dobo), kabupaten Kepulauan Tanimbar (ibu
kota Saumlaki) dan Kota Tual. Meski lebih dekat ke (pulau) Timor (provinsi NTT)
dalam hal ini dapat dimasukkan kabupaten Maluku Barat Daya (ibu kota Tiakur). Ada
aspirasi belakangan ini nama kabupaten Maluku Tenggara diubah menjadi nama baru
Kepulauan Kei.
Lantas
bagaimana sejarah zaman kuno Kepulauan Maluku Tenggara? Seperti disebut di atas bahwa sejarah zaman kuno
kerap terkendala pada minimnya data. Oleh karean itu untuk memahami sejarah
zaman kuno dapat dimulai dari data sejarah yang ada dengan menghubungkannya ke
belakang (zaman kuno). Dengan demikian dimungkinkan untuk mempertemukan sejarah
masa kini dengan sejarah awal (zaman kuno). Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Kepulauan Maluku Tenggara: Kei,
Aru, Tanimbar
Pulau-pulau
di sebelah tenggara Amboina (kepulauan Maluku tenggara) bukanlah wilayah tanpa
sejarah. Pulau-pulau diantara pulau
Seram, pulau Timor dan daratan Australia sudah sejak lama dikenal. Hanya saja
data-data sejarahnya masih terpencar-pencar dan belum disatukan. Di antara
pelaut-pelaut Eropa yang mencapai kawasan ini adalah pelaut-pelaut Portugis. Ini
dapat diperhatikan pada peta-peta Portugis.
Menurut peneliti Belanda, nama pulau Kei
merujuk pada nama Portugis sebagai Cayo, yang diartikan sebagai terumbu atau
tebing. Nama Pulau Cayo (Pulau Terumbu karang) dalam perjalanan waktu karena
pelafalan dirusak oleh bahasa Inggris dan bahasa Belanda menjadi Kei. Untuk
nama tambahan besar dan kecil berasal dari bahasa Melayu (lihat Tijdschrift van
het Aardrijkskundig Genootschap, 1877).
Pelaut-pelaut
Belanda (VOC) diduga kuat kali pertama mengunjungi kawasan laut Arufuru ini pada
tahun 1623 yang dipimpin oleh Kaptein Jan Carstenz. Dalam ekspedisi ini peta
dibuat yang dilakukan oleh Arent Martensz de Leeuw, Dalam Peta 1623
diidentifikasi Amboina, Banda, Pulau Kei dan Pulau Aru. Dari pulau Aru kemudian
melakukan ekspedisi (pertama) ke pantai barat Papua menuju suatu tempat (yang
diduga kuat kampong Mimika sekarang). Di selatan kampong ini ditandai (muara)
sungai. Ekspedisi ini melakukan navigasi ke arah selatan melewati pulau
Frederik Hendrik dan Merauke hingga Pulau Daru. Satu yang penting dalam peta
ini pegunungan (puncak) tinggi di pedalaman sudah diidentifikasi (kini puncak
Carstenz, sesuai nama komandan ekspedisi). Catatan: Peta kuno ini sempat hilang
dan baru ditemukan pada tahun 1866 (lihat Nederlandsche staatscourant,
18-02-1866).
Wilayah yang kini disebut Mimika, pada Peta
1720 ditandai sebagai Caap Nassau. Kawasan ini sudah dilalui oleh kapal-kapal
VOC apakah dari Ternate atau dari Banda melalui pulau Kei dan Pulau Aru.
Pulau-pulau di utara Pulau Aru dan di barat laut kawasan Caap Nassau ditandai
sebagai Moerasch, yang dapat diartikan sebagai kawasan orang-orang Moor.
Kawasan ini meliputi pulau Namatota, pulau Lakahia, teluk Triton dan wilayah
Kaimana yang sekarang. Orang Moor adalah pelaut-pedagang asal Afrika Selatan
beragama Islam yang sudah sejak zaman kuno eksis di Hindia Timur (orang Moor
telah lama memperkuat Ternate, dan orang Moor terkonsentrasi di pulau
Halamahera yang di era Portugis pada peta ditandai sebagai Terra del Moro.
Besar dugaan mereka inilah yang menyebarkan agama Islam di kawasan pantai barat
daya Papoea. Berdasarkan Peta 1695 sungai besar di Mimika (Timika) ditandai
sebagai Moerschestraar Rivier. Sungai ini adalah jalan menuju pertambangan
Grasberg sekarang.
Dari
gambaran awal ini terkesan bahwa pulau Aru sudah dikenal lebih dulu, sedangkan
pantai barat Papua dikenal melalui pulau Aru. Gambaran qwal ini juga
menjelaskan bahwa di pulau Aru sudah ada populasi yang banyak yang menghasilkan
produksi yang menjadi sumber perdagangan Eropa (Portugis yang dilanjutkan oleh
Belanda). Namun yang menarik untuk dipahami adalah mengapa ada nama-nama Moor
di wilayah pantai barat dan pantai selatan Papua. Selain nama Moor yang sisebut
di atas (pantai Mimika yang sekarang) nama Moor juga ditemukan di pantai
selatan di sebelah timur Merauke yank ni sungai Moreshead dan pelabuhan Port
Moresby. Juga ada nama (pulau) Daruba sebagaimana nama Daruba di pulau Morotai.

lama terjalin hubungan timbal balik dalam navigasi pelayaran perrdagangan.
Kerajaan Aru berada di muara sungai Panai dan sungai Barumun di pantai timur
Sumatra dengan ibu kota Binanga, Keberadaan orang-orang Moor di selat Malaka
paling tidak diketahui sejak seorang Moor asal Tunisa berkunjung ke selat Malaka
dan Tiongkok tahun 1345 M. Komunitas Moor berada di Muar (selatan Malaka) di
Semenanjung. Meraka inilah yang melakukan navigasi pelayaran perdagangan dari
selat Malaka melalui pantai utara Kalimantan, pulau-pulau Filipina, Semenanjung
Sulawesi hinga Maluku dan seterusnya mencapai Papua serta laut Arufuru dan
selat Torres. Dari navigas pelayaran perdagangan inilah diduga sebab munculnya
nama pulau Aru dan nama laut Arufuru. Nama pulau Saparua awalnya adalah Muar
(lihat Negarakertagama, 1365). Nama pulau Saparua dan pulau Haruku diduga kuat
berkaitan dengan pedagang-pedagang Kerajaan Aru. Besar dugaan pedagang-pedagang
Kerajaan Aru yang beragama Boesha sekte Bhairawa (pemuja leluhur) yang
memberikan nama gunung tertinggi di pulau Seram, gunung Binaia (merujuk nama
ibu kota Binanga).
Prof
Kern (1919) mengidentifikasi nama tempat di dalam teks Negarakertagama 1365
Wwanim dan Seran berada di pantai barat Papua. Sedangkan nama Gurun
diidentifikasi berada di pulau Goram (kini disebut pulau Gorong) dan Wandan
sebagai Banda. Nama Wwaning yang diinterpretasi Prof Kern sebagai Onin berada
di kota Fakfak yang sekarang, sedangkan Seran berada di kota Kaimana (Koiwai
atau Kuiwai di Nematota) yang sekarang. Dalam hal ini diduga wilayah Maluku
Tenggara ini sudah ramai dengan navigasi pelayaran perdagangan sejak zaman
kuno.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tradisi Pemujaan Para Leluhur
Zaman Kuno
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.