Sebagaimana di seluruh Hindia Belanda, sejak berabad-abad kolonial Belanda
berlangsung, juga di Depok tidak menduga secepat ini harus berakhir dan
digantikan oleh pendudukan Jepang. Bagaimana situasi dan kondisi di Depok
jelang berakhirnya era kolonial Belanda mungkin menarik untuk ditelusuri. Kita
telah menelusuri bagaimana Belanda mengawali kolonial di Depok, kini giliran
kita untuk melihat bagaimana kolonial berakhir di Depok. Ibarat lirik sebuah
lagu ‘Kau yang memulai, Kau yang mengakhiri’.
![]() |
Hilang lonceng Depok buatan 1675 (ft 1930) |
Munculnya landerien
dan adanya Land Depok berawal dari defisit finansial VOC, lalu dewan VOC mulai
menjual lahan kepada pihak lain (swasta) yang dikenal dengan munculnya Tanah
Partikelir. Yang terbilang awal dalam hal ini Land Depok, yang dibeli oleh
Cornelis Chastelein tahun 1705 yang kemudian satu dekade berikutnya properti
diserahkan (diwariskan) kepada penyewa (budak) yang lebih dahulu telah menjadi
Kristen yang kelak disebut Gemeente Depok. Satu lagi land yang menarik ketika VOC
jual lahan lagi yang dikenal sebagai Land Campong Baroe yang dibeli van Imhoff
yang kemudian diatasnya didirikan villa peristirahatan yang kelak menjadi cikal
bakal munculnya Istana Buitenzorg.
adalah batas akhir kolonialisme Belanda sejak era VOC. Namun bagaimana situasi
jelang berakhirnya kolonial Belanda di Depok sebelum pendudukan Jepang tidak
pernah dilukiskan. Apa menariknya? Itu yang menjadi pertanyaan. Mari kita
telusuri.
Hindia Belanda. Persoalan lahan-lahan partikelir ditulis oleh Jan D. Rempt yang
dimuat pada Haagsch maandblad / onder leiding van C. Easton en S.F. van Oss, 15-01-1943.
![]() |
Haagsch maandblad, 15-01-1943. |
Pada awal era
Pemerintah Hindia Belanda muncul (kesadaran) kebijakan membeli kembali
lahan-lahan swasta. Kepemilikan lahan pribadi dianggap pemerintah bisa membawa
dampak munculnya feodal yang kuat. Pemerintah mengambil alih lahan untuk
kepentingan umum (publik). Pemerintah mengawali dengan membeli lahan tetangga
Land Kampong Baroe, Land Bloeboer yang dijadikan sebagai ibukota Buitenzorg
(yang kini menjadi pusat kota Bogor). Di berbagai tempat lahan pribadi juga
diakuisisi pemerintah. Kebijakan ini diperkuat dengan Aturan 1836 yang kemudian
diperkuat dengan Aturan 1854. Namun pemerintah kekurangan uang, program
pembelian lahan swasta tidak tuntas. Pada tahun 1938 hanya sekitar 20.500
hektar lahan yang diakuisi pemerintah dengan membeli dengan tebusan senilai f2.678.000.
Hanya pada tahun 1919 yang terjadi secara signifikan, ketika lebih dari 168.000
ha telah dibeli kembali dengan nilai ƒ21,8 juta. Sejak 1932, hampir tidak ada
pembelian yang dapat dilakukan oleh pemerintah. Secara total, sampai tahun 1938
pemerintah telah membeli senilai f84.300.000 (658.000 Ha). Pada 1938 tanah
pribadi yang tersisa di dalamnya terdapat populasi 1.141.601 jiwa, yang mana 1.103.808
jiwa pribumi. Program pengambialihan lahan-lahan pribadi ini terus berlangsung
hingga sebelum munculnya pendudukan Jepang. Namun apa daya, tidak semua lahan
partikelir terbebaskan, termasuk Land Depok.
dengan permasalahan tahap kedua: semua kepemilikan tanah pribadi ditransfer ke
pemerintah Jepang. Ini dengan sendirinya akan mengakhiri tanah pribadi, dari imperia
ke imperia. Pemerintah Hindia Belanda yang notabene juga Kerajaan Belanda boleh
jadi pemilik lahan akan menuntut ganti rugi di Eropa kepada pemerintah Kerajaan
Belanda (tentu saja bukan ke Jepang yang tengah menduduki). Apalagi pada tahun
1912 sudah ada dua lahan perkebunan yang dialihkan swasta kepada Inggris. Tentu
makin runyam.
pencapaian di Depok. Secara khusus Land Depok mendapat keuntungan dari peradaban
kolonial Belanda, namun sebagaimana kita lihat nanti, pendudukan Jepang adalah
titik balik pencapaian kehidupan sosial dan ekonomi di Depok. Salah satu
indikasi kemajuan di Depok adalah adanya sekolah Eropa (ELS).
![]() |
Bataviaasch nieuwsblad, 19-09-1941 |
Pada tahun 1941 ELS
Depok dalam top performance. Kepala sekolahnya yang berprestasi dipindahkan ke
ELS di Batavia (De Indische courant, 09-08-1941). ELS adalah sekolah Eropa
milik permerintah, sekolah paling berkualitas untuk tingkat sekolah dasar.
Bahasa pengantar Bahasa Belanda lulusannya setara dengan sekolah dasar di
Eropa. ELS dibangun di kota dimana ditemukan populasi orang Eropa cukup banyak
seperti di Buitenzorg dan Depok. Di Padang Sidempoean tahun 1887 ELS didirikan,
namun karena populasi orang Eropa semakin berkurang di Padang Sidempoean sejak ibukota
Residentie Tapanoeli dipindah dari Padang Sidempoean ke Sibolga, maka ELS
Padang Sidempoean ditutup tahun 1903 dan kemudian di Sibolga ELS didirikan.
di Buitenzorg. Ada dua anggota dewan Regentschapraadwarga yang tinggal di Depok yakni LJC Kok seorang
pensiunan pejabat PTT dan D. Bacas, sekretaris Gemeente Bestuur Depok (Bataviaasch
nieuwsblad, 19-09-1941).
kota (gemeente) maupun kabupaten (regentsahap) terbagi tiga golongan: Golongan
Belanda, Golongan yang disetarakan Belanda dan Golongan non Belanda. Kok adalah
wakil golongan Belanda dan Bacas adalah golongan yang disetarakan Belanda. Yang
mewakili golongan non Belanda salah satu diantaranya Said Hoesin bin Oemar Shahab,
seorang pedagang di Tjibinong. Bataviaasch
nieuwsblad, 01-10-1941 melaporkan LJC
Kok termasuk salah satu kandidat untuk dewan Provinsi (periode berikutnya).
empat tahun (1941) melakukan sidang di gedung yang baru dibangun di Panaragan,
Buitenzorg.
penting dalam masa empat tahun ini adalah pendirian tiga sekolah dasar dan membuka
dua sekolah lanjutan. Selain itu pembangunan jalan menuju Djasinga ke Tendjo
dan pembangunan jembatan Batoetoelis.
pusat (Volksraad) Mr. Soangkoepon mengkritik pemerintah yang tidak peduli
kondisi para pensiunan yang hidup pas-pasan sampai kesulitan membiayai
anak-anak mereka yang bersekolah. Soangkoepon meminta pemerintah menaikkan
gajih pensiun karena tidak sedikit anak-anak mereka akan akan tertolong yang
tengah kuliah di perguruan tinggi (Bataviaasch nieuwsblad, 10-09-1941). Mr. Soangkoepon juga meminta pemeritah
memberikan subsidi yang lebih besar kepada Sekolah Tinggi Teknik (Technische
Hoogeschool) di Depok agar biaya sekolah ini dapat dijangkau para orangtua termasuk para pensiunan.
![]() |
Pada saat Medan masih kampung, Padang Sidempoean sudah kota |
Mangaradja Soangkoepon adalah anggota dewan pusat
(Volksraad) untuk periode yang keempat. Mr. Soangkoepan, alumni sekolah hukum
di Leiden terpilih sebagai anggota dewan sejak 1927 dari dapil Sumatra’s
Oostkust (Sumatra Timur beribukota Medan). Abdul Firman Siregar gelar Mengaradja Soangkoepon adalah kelahiran
Padang Sidempoean yang mengikuti pendidikan dasar (ELS) di Medan. Anggota Volksrad dari Tapanoeli adalah Dr. Abdul Rasjid,
kelahiran Padang Sidempoean yang juga merupakan adik kandung Soangkoepon. Dua anggota
dewan pusat lainnya asal Padang Sidempeoan pada periode ini adalah Mr. Soetan
Goenoeng Moelia, Ph.D), alumni Leiden mewakili golongan pendidikan (guru) dan
Dr. Radjamin Nasution dari dapil Oost Java sebagai anggota pengganti dari
Partai Parindra. Radjamin dan Rasjid alumni STOVIA. Kelak, Todoeng Harahap
gelar Soetan Goenoeng Moelia (sepupu Amir Sjarifoeddin) menjadi Menteri Pendidikan RI yang kedua
menggantikan Ki Hadjar Dewantara. Sedangkan Radjamin Nasution kelak menjadi wali kota pertama
Kota Soerabaja. Pada saat itu pendiri dan ketua organisasi pensiunan pegawai pemerintah seluruh Hindia Belanda di Batavia adalah Soetan Pangoerabaan Pane, seorang pensiunan guru yang menjadi pengusaha. Soetan Pangoerabaan Pane, kelak dikenal sebagai ayah dari Armijn Pane, Sanoesi Pane dan Lafran Pane. Untuk sekadar diketahui Mangaradja Soangkoepon dan Soetan Pangoerabaan Pane sama-sama berasal dari Padang Sidempoean. Untuk sekadar diketahui, saat itu para pensiunan pegawai asal Padang Sidempoean tidak kembali ke kampung halaman tetapi lebih memilih menetap di luar kota terutama di Lenteng Agoeng dan Pondok Tjina. Sekolah Tinggi IISIP di Lenteng Agoeng didirikan oleh seorang mantan wartawan, AM Hoetasoehoet eks ketua tentara pelajar di Padang Sidempoean pada era perang kemerdekaan.
yang terkenal adalah Emil Harahap, seorang pendeta muda yang disekolahkan oleh
ayahnya ke Depok tetapi tidak pernah kembali ke kampung. Meski tinggal di
Depok, Emil juga pernah menjadi anggota dewan kota (gemeenteraad) Batavia. Pada
tahun 1917 Emil Harahap dan pendeta D Ikens di Depok menerbitkan kamus bahasa
Melayu-Belanda. Satu anak Emil Harahap yang terkenal kelahiran Depok adalah
Frits Kilian Nocolas atau sering disingkatnya sebagai FKN Harahap. Seperti ayahnya,
FKN Harahap juga menyukai permainan catur. FKN Harahap adalah orang pertama
Indonesia yang mengalahkan juara catur Belanda Dr. Euwe (juara dunia). Sebelum
Indonesia merdeka, FKN adalah ketua Perhimpoenan Indonesia, perhimpunan mahasiswa
Indonesia di Belanda (lihat De bevrijding: weekblad uitgegeven door de
Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 15-05-1945).
Kondisi di Depok
cara memancing. Penyewa situ, C Leander mengizinkan dua hari untuk memancing
bebas di dalam situ. Sebanyak [tidak terbaca jelas] pemancing berpartisipasi dalam hari pertama pesta
memancing ini. Banyak orang-orang ETI (Eropa/Belanda) dan para pemilik toko. Pesta memancing akan dilakukan lagi hari
Minggu berikutnya (Bataviaasch nieuwsblad, 09-09-1941).
sebelumnya ‘ngubek situ’ di Rawa Besar dilakukan dengan cara menangkap langsung
yang dibagi ke dalam tiga kelompok (situ disekat menjadi tiga bagian).
Di tempat lain, seorang warga Depok bernama
Stefanus Jonathan di Meester Cornelis dihukum denda f25 dan kurungan selama 25
hari karena tertangkap membeli 70 mata opium di Meester Cornelis. Terdakwa
membeli untuk kebutuhan sendiri dan sebagian akan dijualnya di Depok
(Bataviaasch nieuwsblad, 10-09-1941).
berkembang. Melkerij ‘Vita’ di Depok masih mendapat pengakuan dari pemerintah
sebagai produk susu kualitas kelas-1 hasil dari pengujian laboratorium, semacam
BPOM ( Bataviaasch nieuwsblad, 03-12-1941). Sementara seseorang memasang iklan
untuk mencari seorang pembantu yang memenuhi syarat.
![]() |
Bataviaasch nieuwsblad, 13-02-1942 |
Bataviaasch nieuwsblad, 23-12-1941: ‘Untuk Depok. Untuk
membantu nyonya ingin seorang wanita rumah tangga yang tegas dan mampu mengawasi
dua anak usia sekolah. Persyaratan: memasak yang baik dapat membentuk dan
pemahaman tentang menjahit. Untuk itu pelayan yang baik diberi gaji yang baik.
Surat Lamaran No. M 8618 Bat. Nieuwsblad’.
juga terlaporkan dengan baik. Willy Cornelius Loen yang bertempat dinggal di
Tjilatjap menikah dengan gadis Depok bernama Charlotte Leander. Upacara perkawinan
dilangsungkan pada tanggal 13 Februari 1942 (Bataviaasch nieuwsblad, 13-02-1942).
tetap menjadi anggota dewan kabupaten Buitenzorg. Ini terdeteksi kehadiran Kok
sebagai anggota ketika dewan kabupaten melakukan sidang perdana untuk anggota
dewan periode empat tahun ke depan (Bataviaasch nieuwsblad, 11-02-1942). Kok
meminta perhatian anggota dewan untuk meningkatkan anggaran bagi desa-desa. Di
Onderdistrict Depok, menurut Kok banyak desa-desa di dalam particulier land
yang adakalanya tersembunyi dan kurang tesentuh oleh pemerintah terutama dalam
bidang pendidikan.
Jepang diketahui ketika Radjamin Nasution tiba-tiba mendapat surat dari anak
perempuannya, seorang dokter yang bersuamikan dokter juga, Dr. Amir Hoesin (Siagian) yang sama-sama
berdinas di Tarempa, Tandjong Pinang, Kepulauan Riau. Surat ini ditujukan
kepada khalayak dan cepat beredar, karena termasuk berita penting masa itu.
Surat kabar Soeara Oemoem yang terbit di Surabaya mempublikasikan isi surat
keluarga (anak kepada ayahnya) tersebut menjadi milik public sebagaimana
dikutip oleh koran De Indische Courant tanggal 08-01-1942. Berikut isi surat
tersebut.
Tandjong Pinang, 22-12-194l.
Tarempa dibom. Kami masih hidup dan untuk ini kita harus berterima kasih kepada
Tuhan. Anda tidak menyadari apa yang telah kami alami. Ini mengerikan, enam
hari kami tinggal di dalam lubang. Kami tidak lagi tinggal di Tarempa tapi di
gunung. Dan apa yang harus kami makan kadang-kadang hanya ubi. Tewas dan
terluka tidak terhitung. Rumah kami dibom dua kali dan rusak parah. Apa yang
bisa kami amankan, telah kami bawa ke gunung. Ini hanya beberapa pakaian. Apa
yang telah kami menabung berjuang dalam waktu empat tahun, dalam waktu setengah
jam hilang. Tapi aku tidak berduka, ketika kami menyadari masih hidup.
mengepak koper dengan beberapa pakaian. Kami tidak diperbolehkan untuk
mengambil banyak. Perjalanan menyusuri harus dilakukan dengan cepat. Kami hanya
diberi waktu lima menit, takut Jepang datang kembali. Mereka datang setiap
hari. Pukul 4 sore kami berlari ke pit controller, karena pesawat Jepang bisa
kembali setiap saat. Aku tidak melihat, tapi terus berlari. Saya hanya bisa
melihat bahwa tidak ada yang tersisa di Tarempa.
merangkak. Semuanya harus dilakukan dengan cepat. Kami meninggalkan tempat
kejadian dengan menggunakan sampan. Butuh waktu satu jam. Aku sama sekali tidak
mabuk laut….. Di Tanjong Pinang akibatnya saya menjadi sangat gugup, apalagi saya
punya anak kecil. Dia tidak cukup susu dari saya…Saya mendapat telegram Kamis
14 Desember supaya menuju Tapanoeli…Saya memiliki Kakek dan bibi di
sana…Sejauh ini, saya berharap kita bisa bertemu….Selamat bertemu. Ini
mengerikan di sini. Semoga saya bisa melihat Anda lagi segera.
dengan pengeboman di Filipina dan Malaya/Singapura. Pemboman oleh Jepang di
Tarempa merupakan bagian dari pengeboman yang dilakukan di wilayah Singapura.
Tarempa (Natuna) sangat dekat dari Singapura.
Kota Surabaya. Pasukan Jepang selama satu bulan beberapa kali mengebom Kota
Surabaya. Koran Soerabaijasch Handelsblad yang menjadi salah satu sumber utama
artikel ini, lama tidak terbit. Baru terbit kembali pada
tanggal 26-02-1942. Dalam terbitan tersebut, dilaporkan terjadi perubahan di
Dewan Kota. Radjamin diangkat sebagai Wakil Ketua.
pemerintahan Belanda di Indonesia benar-benar takluk tanpa syarat kepada pasukan
Jepang. Pada hari itu juga kekuasaan Gemeente (Pemerintahan Kota) Surabaya
berpindah tangan kepada militer (pasukan tentara) Jepang. Lantas Dewan Kota
dibubarkan. Namun demikian, pada fase konsolidasi ini, pihak Jepang masih
memberi toleransi dua kepemimpinan di dalam kota. Walikota Fuchter masih
dianggap berfungsi untuk kepentingan komunitas orang-orang Eropa saja.
Sementara walikota di kubu Indonesia dibawah perlindungan militer Jepang
ditunjuk dan diangkat Radjamin Nasoetion–Wethouder, mantan anggota senior
dewan kota yang berasal dari pribumi.
Radjamin satu-satunya tokoh pribumi di Surabaya yang memiliki portfolio paling
tinggi. Radjamin selain dikenal sebagai Wethouder (tokoh anggota dewan kota) yang
pro rakyat. Radjamin juga diketahui secara luas sangat dekat dengan rakyat dan
didukung tokoh-tokoh ‘adat’ di Surabaya. Radjamin juga berpengalaman dalam
pemerintahan Belanda sebagai pejabat tinggi (eselon-1) Bea dan Cukai. Jangan
lupa, Radjamin juga seorang yang cerdas, dokter, lulusan perguruan tinggi
STOVIA di Batavia (teman sekelas Dr. Soetomo).
Di Depok sejak
pendudukan Jepang, luput dari perhatian. Tidak ada lagi berita-berita. Berita
dari dewan kabupaten Buitenzorg yang mana Kok meminta perhatian untuk menaikkan
anggaran pembangunan desa boleh jadi merupakan berita terakhir di Depok sebelum
era kolonial Belanda benar-benar berakhir dengan datangnya militer Jepang. Semua
sunyi senyap di Depok.
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.