Sejarah

Sejarah Kota Depok (9): Dinasti Jonathans yang Menjadi Presiden Gemeente Depok; Sejarah Administrasi Pemerintahan di Buitenzorg




false
IN




























































































































































false
IN



























































































































































Gemeente Buitenzorg
dibentuk tahun 1905. Perangkat pemerintahan yang dibentuk pertama adalah dewan
kota (gemeenteraad) yang dipimpin oleh Asisten Residen. Pada tahun 1920 secara
definitif diangkat seorang Wali Kota (Buergemeester). Dengan demikian,
Afdeeling Buitenzorg sebagai kabupaten (gewest) dipimpin oleh Asisten Residen
dan Gemeente Buitenzorg sebagai kota pradja dipimpin oleh seorang Burgemeester.
Sementara itu, di Gemeente Depok pada tahun 1913 diberi kesempatan untuk
mengelola desa sendiri Gemeente Depok (secara otonom) yang dibedakan dengan
sistem pemerintahan desa.

Dalam pemerintah setingkat desa (yang bersifat otonom) yang disebut
Gemeente Depok, siapa yang akan menjadi pemimpinnya ditentukan secara internal.
Pimpinan Pemerintahan Gemeente Depok ini disebut Presiden. Namun yang menarik,
Presiden pertama Gemeente Depok adalah G. Jonathans. Ternyata dari lima
Presiden Gemeente Depok yang pernah ada semuanya dari marga Jonathans.

Penggunaan
terminilogi presiden pada waktu itu sudah umum, misalnya Ketua Himpinan Pelajar
Hindia (Indische Vereeniging) di Belanda disebut Presiden (organisasi mahasiswa
ini dibentuk tahun 1908). Yang menjadi presiden pertama dari Indische Vereeniging
(cikal bakal PPI=Perhimpunan Pelajar Indonesia) adalah Radjioen Harahap gelar
Soetan Casajangan, alumni Kweekschool Padang Sidempoean. .
Pemerintahan Hindia Belanda
Pada era VOC tentu saja belum ada
pemerintahan. Pemerintahan baru terjadi setelah VOC bubar dan digantikan
Pemerintahan Hindia Belanda sejak 1800. Pada tahun 1808 Marsekal Herman Willem
Daendels datang sebagai Gubernur Jenderal dan mengambil alih pimpinan Belanda
pada tanggal 14 Januari. Lalu Daendels membagi Jawa menjadi sejumlah residentie
dan mengusir Sultan. Secara teknis pemerintah Hindia Belanda baru terbentuk
pada tahun 1810 (lihat  Bataviasche
koloniale courant, 06-04-1810).
Wilayah Hindia Belanda dibagi ke dalam wilayah provinsi
Prefect: 1. Amboina, 2. Sourabaja, 3. Samarang en Demak, 4. van de Jakatraschc
en Preanger Bovenlanden, 5. Prefect van Che.ibon, 6. Tagal, 7. Paiekalongang,
8. Japara, 9. Banda, 10. Prefect te Grissee, 11. Prefect van Bantam, 12. Prefect van de Cheribonsehe en Preanger
Regentschappen, 13. Prefect van
de Lampongs, 14. Manado. Disamping itu terdapat Eerste Resident van Palembang,
Onder-prefect van Sumanap, Onder-prefect van Timor dan Onder-prefect van Passourouang.
Selanjutnya mulai melakukan program
pembangunan jalan pos trans Jawa. Lalu pembagian wilayah pemeritahan dimulai. Namun
tidak lama kemudian kekuasaan Belanda diambilalih Inggris. Pada era Inggris
(1811-1816) pemerintah di pulau Jawa dibagi ke dalam 16 Residence, yaitu:
Buitenzorg (F Hardy). Preanger (Thomas M Quiod, sebelumnya di Buitenzorg),
Bantam, Tjeribon, Tagal, Paalongan aan Kedoe, Samarang, Soerakarta, Jogjakarta,
Djapara dan Joana, Rembang, Soerabaja dan Bangkalan, Probolonggo, Basoeki dan
Panarokan, Passorouang, Grissik, Banjoangi, serta Somanap.
Pada masa pemerintahan Belanda (1816), Residen Buitenzorg
M Quoid yang sejak kedatangan Inggris digantikan oleh F. Hardy dengan asisten
residen J van Bokholst (Java government gazette, 28-10-1815). F Hardy pada
tahun 1818 digantikan oleh penggantinya.
Afdeeling Buitenzorg
Pada awal pembagian administratif
Regentschappen (Kabupaten) Buitenzorg memiliki lima district (kecamatan),
yakni: Buitenzorg, Paroeng, Tjibinong, Jassinga dan Tjibaroessa (lihat
Statistiek der Assiten Residentie Buitenzorg, 1861). Dasar pembagian distrik
ini dilakukan menurut landerien (tanah partikelir) yang di dalam masing-masing
landerien dapat diidentifikasi luas land, jumlah kampong dan jumlah penduduk.
Di distrik Paroeng terdapat sejumlah landerien,
diantaranya: Роndok Terrong, Ratoe Djaija, Depok, Роndok Тjina, Мampang, Тапа
Аgong, Тjinere dan Sawangan.
Pada pembagian wilayah administrasi
berikutnya
administrasi Pemerintahan
Hindia Belanda di (pulau) Jawa dibagi ke dalam tiga wilayah (gewest): West,
Midden dan Oost. West Java terdiri dari beberapa afdeeling. Sementara Afdeeling
terdiri dari beberapa regentschap, lalu regentschap terdiri dari beberapa
district dan district terdiri dari beberapa onderdistritc.
Peta Depok, 1938

Di District Paroeng wilayah dibagi menjadi dua onderdistrict,
yakni Onderdistrict Paroeng dan Onderdistrict Depok. Pada masing-masing onderdistrict
terdapat sejumlah desa (yang dibentuk beberapa kampung). Desa-desa di
onderdistrict Depok adalah sebanyak 32 desa, yakni: Bedji, Blimbing,
Bodjonggede, Bodjongsari, Doerenseribu, Grogol, Kalisoeren, Kedoengringin,
Kemiri Moeka, Koekoesan, Limo, Mampang Ilir, Mampang Oedik, Nangerang,
Nangerangsoesoekaii, Paboearan, Pangkalan Djati, Paroengblingbing, Pasir
Poetih, Pitara, Ratoe Djaja, Rawadenok, Saroea, Sasak Pandjang, Sawangan,
Tadjoerhalang, Tanahbaroe. Tjimanggies, Tjinangka, Tjinere, Tjipajoeng,
Tjitajam dan Tjoeroeg (lihat Alphabetisch Register van de
Administratieve-(Bestuurs-) en Adatrechtelijk Indeeling van Nederlandsch-Indie.
Deel I: Java en Madoera. Door W. F. Schoel. Landsdrukkerij, Batavia, 1931).

Dalam hal ini di Regentschappen
(Kabupaten) Buitenzorg beribukota di Buitenzorg yang dipimpin oleh seorang
Asisten Residen. District Paroeng beribukota di Paroeng yang dipimpin oleh
seorang Demang. Onderdistrict Depok beribukota di Depok yang dipimpin oleh
seorang Asisten Demang.
Ibukota Onderdistrict Depok adalah Depok. Dari tujuh
kampong yang dulu ada di Landerien Depok dikelompokkan menjadi dua desa, yakni
Desa Paroeng Blimbing dan Desa Pitara. Ibukota Onderdistrict Depok berada di
Desa Paroeng Blimbing (jalan Kartini dekat stasion Depok yang sekarang).
Diantara pemerintahan yang berbasis
desa tersebut, terdapat satu area khusus setingkat desa yang disebut Gemeente
Depok. Kekhususan ini karena secara historis telah menjadi pusat zending.
Gemeente Depok ini berpusat di jalan Pemuda yang sekarang.
Terminologi, Gemeente Depok muncul kali pertama sejak
1850an. Kehadiran pendeta dan zending (misionaris) di Depok kemudian terbentuk
Inlandsch Christenen Gemeenten Depok. Lambat laun nama area dimana terdapat
komunitas (jemaat) Kristen di Depok ini menjadi Gemeente (van) Depok. Untuk terminologi
presiden sendiri untuk menyebut nama pemimpinnya sudah muncul sejak tahun 1871
(lihat Bataviaasch handelsblad, 12-12-1871)
Gemeente Depok
Gemeente Depok pada dasarnya adalah
komunitas (jemaat) Kristen di Depok yang merupakan satu kesatuan penduduk yang
dulunya adalah pewaris Cornelis Chastelein. Para pewaris ini dikelompokkan ke
dalam 12 marga, yakni: Jonathans, Laurens, Bacas, Loen, Soedira, Isakh, Samuel,
Leander, Joseph, Tholense, Jacob dan Zadokh. Setelah berlalu dua abad (sejak
1714), jumlah para pewaris ini telah bertambah. Mereka inilah yang mengisi
Gemeente Depok dengan membentuk suatu sistem pemerintahan sendiri (Gemeente
Bestuur).
Het nieuws van den dag voor NI,
24-01-1919

Gemeente Bestuur terdiri dari lima anggota sebagai
berikutL presiden, sekretaris, bendahara dan dua gecommitterden. Kepengurusan
(bestuur) ini dilakukan setiap dua atau tiga tahun sekali dengan cara pemilihan
dengan suara terbanyak. Untuk pengawasan dilukan oleh delapan anggota
komisioner yang dipilih dengan cara yang serupa. Untuk pelaksana tugas diangkat
seorang ‘tjamat’ yang berfungsi untuk melakukan perawatan terhadap jalan,
jembatan, bangunan dan lainnya (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie,
24-01-1919).

Pemerintahan secara mandiri (Gemeente
Bestuur) ini disyahkan oleh pemerintah pada tahun 1913. Presiden pertama yang
terpilih yang dilakukan pada tahun 1913 adalah G. Jonathans, seorang pensiunan
Kepala Stasion Depok/

G. Jonathan memulai karir sebagai pegawai penjual tiket
di Stasion Depok. Atas ketekunannya, dia diangkat menjadi pegawai administrasi
stasion (stationsklerk). Kemudian dipromosikan menjadi petugas Stasion
Tjilieboet. Karirnya yang terakhir adalah Kepala Stasion Depok.
G. Jonathan pensiun
tahun 1905 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 01-07-1905).

Het
nieuws van den dag voor NI, 27-06-1930

Julukan Gemeente Depok sebagai miniatur Republik muncu pada tahun 1930 (Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 27-06-1930). Seorang pembaca
menulis Gemeente Depok bagaikan de Dèpoksche miniatuur-republiek. Penulis ini
mendeskripsikan secara detail asal-usul Gemeente Depok dan bagaimana Gemeente
Bestuur bekerja untuk menjalankan sistem pemerintahannya (secara mandiri),
bagaimana pendapatan (penerimaan) dan pengeluaran diperoleh dan dialokasikan
serta dipertanggungjawabkan di dalam pemerintahan yang dipilih secara
demokratis di bawah pengawasan satu tim dewan pengawas. Penulis melihat sisi
kehidupan yang sederhana dari warganya, yang taat terhadap warisan yang
dipertahankan secara konservatif. Hal ini yang menyebabkan gemeente ini intervensi
pemerintah pemerintah sangat minim.

Bataviaasch nieuwsblad, 30-06-1937

Praktis kehidupan warga di Gemeente Depok tidak jauh berbeda dengan
kehidupan pribumi di tempat lain. Diantara warga tampak sangat umum para bapak
pergi ke gereja dengan memegang Injil dengan jalan tanpa alas kaki, para ibu di
rumah memelihara ternak seperti ayam dan menentengnya sendiri ke pasar untuk
dijual serta anak-anak gadis mereka ada yang menjadi pembantu untuk rumah-rumah
gedong di Batavia. Kehidupan mereka tidak berbeda jauh dengan penduduk sekitar
yang beragam Islam, tetapi sangat berbeda jauh dibandingkan dengan warga
Belanda, baik yang tinggal di Depok maupun yang tinggal di Batavia atau
Buitenzorg. Yang jelas warga Gemeente Depok atau Depokker sangat menghormati
Donatus Cornelis Chastelein. Foto peringatan dengan karangan bunga yang
dipimpin oleh Presiden dan Sekretaris di Monumen di depan Gemeente Bestuur
tahun 1937 (Bataviaasch nieuwsblad, 30-06-1937).

Java-bode, 21-03-1955

Gemeente Depok yang mendapat julukan Miniatur
Republik dilikuidasi pada tahun 1952. Selama berlangsungnya Gemeente Bestuur
terdapat liama orang yang menjadi Presiden. Namun tidak diketahui secara pasti
berapa kali setiap orang yang menjadi Presiden terpilih untuk periode
berikutnya. Yang jelas dari lima presiden Gemeente Depok ini semuanya dari
keluarga bermarga Jonathans. Gemeente Depok yang dilikuidasi Pemerintah RI ini warga
Depok mentransformasikannya menjadi suatu bentuk yayasan yang disebut Lembaga
Cornelis Chastelein. Suatu undangan bagi warga Depok untuk menghadiri rapat
tahunan (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 21-03-1955).

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top