Bika Ambon, pada masa ini
sangat dikenal di seluruh Indonesia. Nama bika Ambon akan selalu dikaitkan
dengan kota Medan. Sebab, sudah sejak lama kue bika Ambon diakui sebagai
oleh-oleh khas dari Kota Medan. Di Kota Ambon sendiri tidak dikenal produk
makanan tersebut. Lantas mengapa nama kue bika dari Kota Medan disebut bika
Ambon. Rumah produksi kue bika Ambon di Medan ini banyak ditemukan di Jalan
Majapahit. Bika Ambon rasanya manis.
![]() |
Kue bika Ambon (wikipedia) |
Jika ditanyakan, tidak seorangpun pembuat kue bika Ambon di Medan
mengetahui asal-usul munculnya produksi kue bika di Medan. Mereka juga tidak
mengetahui mangapa nama penganan (kue) ini disebut bika Ambon. Peluang ini
kemudian dimanfaatkan oleh para pembuat cerita. Ada yang menyebut bahwa kue
bika Ambon terilhami dari kue khas Melayu. Lalu nama Ambon muncul karena
kali pertama dijual dan popular di Jalan Ambon Kota Medan (lihat Wikipedia).
Namun cerita itu hanyalah cerita. Faktanya tidak ada.
Tidak hanya terkenal di Medan, juga dikenal luas hingga ke Padang, Jakarta,
Depok, Bandung, Semarang dan bahkan Ambon. Oleh karena itu, tentu saja akan
banyak orang yang terus bertanya-tanya bagaimana asal usul kue yang rasanya
legit ini diproduksi di Medan, namanya pula Ambon. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut mari kita telusuri. Kasus serupa juga
pernah dalam hal asal usul lemang.
pada tahun 1938 (lihat Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche
pers, 1938, No 31, 30-07-1938). Disebutkan bahwa kue bika adalah makanan yang dipanggang dalam panci
yang penutupnya dipanasi (kira-kira semacam oven pada masa ini). Nama kue bika disebut bika Ambon sudah diketahui sejak tahun 1896. Catatan tertua tentang keberadaan bika Ambon ini yang ditulis sebagai
‘bika’ persis seperti yang ditulis sekatang ditemukan pada tahun 1896 di
Kwitang, Batavia (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad,
10-02-1896).
Sumatra Barat) dijadikan perumpamaan yang artinya bagaikan seorang pejabat yang
dibenci oleh rakyatnya tetapi juga sangat tidak disenangi oleh atasannya. Dalam
hal ini alat pemasak kue bika semacam menggunakan prinsip hukum termodinamika
dimana panas dari segala arah diserap oleh bahan kue di dalam panci.
![]() |
De locomotief, 27-03-1953 |
advertentie-blad, 24-05-1952 memuat iklan sebuah kursus bernama Bak Les (an. Nj.
Ong Gwat Liong). Kursus ini meliputi pembuatan roti keju, roti ketjik, bakpao,
bikang Ambon dan kue-kue lainnya. Pada saat itu tampaknya ‘bika’ ditulis dan
diucapkan dengan ‘bikang’. Ini hanya soal pelafalan sipembuat iklan. Jika
mangacu pada nama kue bika (1938) yang ditulis dengan ‘bika’, maka iklan yang
dimuat di surat kabar di Semarang yang ditulis ‘bikang’ sudah jelas maksudnya ‘bika’.
Semarang muncul iklan (kedai/toko) Tan Goei yang menawarkan berbagai macam
makanan seperti ayam-risolles, lemper, bikang Ambon, kue klepon, pai nanas, dan
kue-kue lainya (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 27-03-1953).
Pada tahun 1954 kursus Bak Les mengiklankan kembali kursus pembuatan kue-kue.
Yang ditawarkan semakin bervariasi, tidak hanya bakpao, bikang Ambon dan
lainnya juga roti tawar, roti sobek dan lainnya (lihat De locomotief:
Samarangsch handels- en advertentie-blad, 22-05-1954).
bika Ambon bahkan sudah dikenal di Semarang. Namun yang jelas pemilik kursus kue bika
Ambon dan kedai/toko penjual bika Ambon di Semarang adalah sama-sama orang
Tionghoa. Kursus yang terkait dengan bika (bikang) Ambon tidak
ditemukan di kota-kota lain, kecuali di Kota Semarang. Untuk kedai/toko kue bika Ambon tidak hanya ditemukan di Semarang tetapi juga di Batavia, Soerabaja dan Bandoeng. Di Kota Medan, yang kini
terkenal produk bika Ambon, pada tempo doeloe tidak ditemukan. Lantas
bagaimana bika Ambon yang sudah ditemukan di Semarang dan kota-kota lain di Jawa juga muncul (kelak) di
Kota Medan? Tentu saja tidak perlu penyelidikan sejarah, bukan?
bikang ditemukan secara luas di Jawa. Di Tanah Sunda, kue bikang dibuat berwana
warni dengan berbagai bentuk yang cantik. Kue bikang ini mirip bahan pembuatan
kue, prosesnya juga mirip yakni dipanaskan. Tentu saja kini kue bikang di Jawa
dan kue bika di Medan berbeda. Perbedaan diduga karena terjadi pengembangan
dalam prosesnya.
![]() |
De locomotief, 10-02-1896 |
diartikan sebagai ‘perempuan’ atau betina. Kue-kue bikang cenderung bentuknya
tampak cantik-cantik (sesuai cetakan yang dibuat). Dalam hubungan ini, soal
bahasa sudah barang tentu dapat dikaitkan dengan sesuatu yang lain. Kata yang
digunakan pada kue bikang di Tanah Sunda sama dengan yang digunakan untuk kue
bikang Ambon di Semarang. Lalu kemudian, kata ‘bikang’ mereduksi menjadi ‘bika’. Itu adalah
peristiwa lingustik. Kenyataannya dalam surat kabar berbahasa Belanda ditulis
dengan ‘bika’. Dala, catatan tertua tentang penulisan bika Ambon sudah ditulis
sebagai ‘bika’ persis seperti yang ditulis sekatang. Lalu bika Ambon pertama kali ditemukan tahun 1896 di Kwitang, Batavia.
Bukankah Batavia adalah (begitu dekat dengan) Tanah Sunda. Sementara untuk kata
‘kue’ sendiri diduga berasal (diserap) dari bahasa Belanda yakni ‘koekje’. Proses
linguistik kerap terjadi dalam bahasa seiring dengan bejalannya waktu.
Apakah orang-orang Ambon di perantauan yang mengembangkan teknik memasak kue
bika/bikang sehingga berbeda dengan teknik kue bikang di Jawa? Itu yang tetap
menjadi pertanyaan. Namun demikian, satu pertanyaan sudah bisa dijawab bahwa
kue bika Ambon bukan asli Medan. Kue bika Ambon sudah lebih awal dikenal di
Semarang dan Batavia. Hanya saja pada masa ini produksi bika/bikang Ambon tidak
pernah didengar di Semarang maupun di Jakarta.
Semarang bukan asli Semarang tetapi wingko yang jauh sebelumnya telah dicatat
sebagai penganan yang dikenal di (kampong) Babat di Lamongan. Hal ini juga
terjadi pada lemang. Lemang sangat terkenal di Tebing Tinggi, tetapi diklaim rekod
tertua Inggris di Malaysia, tetapi faktanya catatan yang lebih tua lagi justru
ditemukan di Angkola, Residentie Tapanoeli (kini Padang Sidempoean).
dan 1931 (produksi Hoen Kwe di Patjenongan). Apakah dari sini nama tepung
hoenkwe muncul? Boleh jadi. Singkat kata: kue bika Ambon populer awalnya di
Jakarta (1930), lalu kemudian di Soerabaja (1935); kemudian menyusul Semarang
(1952) dan Bandoeng (1953). Dan, baru kemudian di Medan (hingga kini).
bika dan bika Ambon, semua orang mengklaim itu khas (asli) Medan. Uniknya,
tidak ada pula kota lain yang mengklaim bika apalagi bika Ambon. Orang-orang di
Kota Ambon sendiri boleh jadi sangat bingung soal bika Ambon. Padahal pemilik nama
adalah kota Ambon (satu-satunya di Indonesia bernama Ambon).
![]() |
Algemeen Handelsblad edisi 09-05-1853 |
Soal asal usul haruslah ditulis secara cermat. Jika tidak teliti akan
muncul saling mengklaim dengan ceritanya sendiri-sendiri. Asal-usul seharusnya
merujuk ke masa yang tertua (origin). Ini terjadi dengan penganan (kue) lemang.
Beberapa daerah di Indonesia mengklaim lemang sebagai heritage (asal-usul
lemang). Namun sejauh ini daerah-daerah tersebut tidak bisa memberikan bukti
(data otentik). Negara tetantangga juga mengklaim bahwa data (rekod) tertua
tentang lemang berada di Malaysia. Dalam catatan-catatan Inggris sudah tersekod
lemang di Malaysia tahun 1864. Namun dalam perkembangannya, catatan tertua
tentag lemang justri ditemukan di Tanah Batak di Angkola (Padang Sidempoean).
Catatan lemang di Angkola ini dipublikasikan dalam surat kabar berbahasa
Belanda tahun 1853 (lihat Algemeen Handelsblad edisi 09-05-1853) [lihat Asal
Usul Sejarah Lemang: Apakah Bermula di Tanah Batak?].
rendang. Catatan tertua (yang ditemukan) tentang rendang bukan di West Sumatra,
tetapi di tempat lain pada suatu jamuan makan malam (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 10-11-1911). Sang tuan rumah yang dibantu oleh dua pelayan (orang)
Madura dalam makan malam tersebut menyajikan berbagai lauk pauk termasuk ‘rendang
ayam’. Kata ‘rendang’ sendiri kala itu merujuk pada nama sebuah kampung Tjirendang
di Preanger (Bataviaasch handelsblad, 02-01-1873); nama distrik Rendang di Bali
(Bataviaasch nieuwsblad, 11-10-1895); nama sungai Rendang di Palembang (De
locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 26-11-1900). Di West Sumatra
tidak ditemukan kata rendang. Yang ada adalah kata ‘randang’ yang artinya
panggang (dirandang-dipanggang). Dalam suatu pertemuan yang diadakan di Batavia tahun 1920 sebuah
bazaar makanan menyediakan lauk pauk diantaranya ‘kari Jawa’ dan ‘rendang
daging Padang’. Sejak itu rendang daging Padang semakin sering muncul dan
lambat laun hanya ditulis ‘randang Padang’ saja. Tentu saja ‘rendang Padang’ mengindikasikan
bahan daging, bahan yang berbeda dengan yang dilaporkan tahun 1911 (bahan ayam).
Dalam hal ini, boleh jadi olahan makanan rendang bersifat umum (generik), dan
juga rendang berbahan daging juga bersifat umum (tidak hanya ayam). Lantas
mengapa diberi label Padang. Besar dugaan rendang daging tersebut dibuat oleh Orang
Padang atau diolah sesuai dengan bumbu ala Orang Padang. Namun ada sedikit pertanyaan
yang tersisa dan agak membingungkan: Mengapa disebut rendang (Padang),
sementara di Sumatra Barat disebut randang. Sedangkan kata ‘randang’ sendiri
diartikan dengan panggang. Idem dito dalam soal lemang: di Tapanuli disebut ‘lomang’, di
Malaysia disebut ‘lemang’ dan di Sumatra Barat disebut ‘lamang’. Sudah tentu itu semua bukan semata-mata persoalan linguistik saja.
untuk membeli kue bika Ambon yang lezat harus ke Kota Medan, bukan di Kota Ambon. Untuk
membeli lemang yang asli (origin) pergilah ke Kota Padang Sidempuan. Last but
not least: Di Sumatra Barat, meski tidak disebut ‘rendang Padang’, tetapi untuk
mendapatkan rendang (daging) yang paling enak pergilah ke Bukittingi (garansi:
saya sudah merasakannya).
Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang
digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi
karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.