Sejarah

Sejarah Lampung (35): Krui di Pantai Barat Sumatra;Kabupaten Lampung Barat di Liwa Dimekarkan Kabupaten Pesisir Barat di Krui


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini  

Kota Krui pada dasarnya bukanlah kota
terpencil di wilayah Lampung, tetapi kota yang terbilang ramai di pantai barat
Sumatra. Sebelum Krui menjadi bagian wilayah (provinsi) Lampung, Krui adalah
bagian dari residentie Bengkoelen di pantai barat Sumatra. Posisi Krui awalnya
dilihat dari pantai barat Sumatra (Melayu), namun kemudian dilihat dari wilayah
pedalaman Lampong (orang Lampung). Bagaimana dengan Krui, yang sebelumnya masuk
kabupaten Lampung Barat, kini menjadi kabupaten baru Pesisir Barat?


Krui
adalah ibu kota Kabupaten Pesisir Barat, dimana sebelumnya merupakan bagian
dari Kabupaten Lampung Barat. Namun Jauh sebelum bergabung ke provinsi Lampung,
Krui dahulu administratifnya Palembang, Sumatra Selatan, yaitu kresidenan
Bengkulu. Krui berada di daerah pesisir Samudra Hindia. Krui terdiri dari 11
kecamatan, yaitu Pesisir Tengah, Pesisir Utara, Pesisir Selatan, Lemong, Pulau
Pisang, Way Krui, Krui Selatan, Karya Penggawa, Ngambur, Ngaras dan Kecamatan
Bengkunat. Sejarah Krui sudah ada sejak zaman dahulu ketika masih masuk bagian
administratif Sumatra Selatan, Krui masuk kedalam Kresidenan Bengkulu dibawah
naungan Kesultanan Palembang Darussalam. Hingga saat ini dunia internasional
tetap mengenal Krui dengan istilah “Krui South Sumatra” khsususnya
dikalangan turis mancanegara. Sumber pendapatan masyarakat kebanyakan dari
berdagang, nelayan dan bertani. Mayoritas penduduk asli Krui adalah keturunan
asli Orang Melayu Palembang sesuai dengan sejarah masa lampau.
Sebelum lahirnya Kabupaten
Pesisir Barat berdasarkan Undang-Undang tersebut diatas, Kabupaten Pesisir
Barat masih termasuk wilayah pemerintahan Kabupaten Lampung Barat yang ibukota
kabupatennya di Liwa

(Wikipedia)
.

Lantas bagaimana sejarah Krui di pantai barat
Sumatra? Seperti disebut di atas, Krui adalah nama yang sudah lama eksis, sejak
masih menjadi bagian dari wilayah Bengkulu di pantai barat Sumatra pada era
Pemerintah Hindia Belanda. Pada masa Republik Indonesia menjadi bagian provinsi
Lampung di Kabupaten Lampung Barat ibu kota di Liwa. Pada masa ini kabupaten dimekarkan
dengan membentiuk Kabupaten Pesisir Barat dengan ibu kota di Krui. Lalu bagaimana
sejarah Krui di pantai barat Sumatra? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Krui di Pantai Barat Sumatra; Kabupaten Lampung Barat
di Liwa Dimekarkan Kabupaten Pesisir Barat di Krui

Nama Krui diduga berasal dari nama Koeroeng Raja
(lihat Tijdschrift voor Neerland’s Indie, 1857). Disebutkan dari titik inilah
menuju ke pedalaman di ketinggian melalui sungai Soengi Loewah (diduga kuat
maksudnya sungai Liwa) hingga menuju Ranoe (danau Ranau). Dari nama Koeroeng
Raja, mirip nama yang ditemukan di wilayah Atjeh, dimana Krueng adalah sungai,
yang berarti sungai Raja atau Radja.


Nama Krui atau yang mirip dengannya tidak ditemukan dalam peta-peta lama
(Portugis dan VOC/Belanda). Boleh jadi Namanya kalah popular jika dibandingkan
dengan nama Dampin (kini Kalianda?) dan nama Silebar (dekat Bengkoeloe). Dalam
peta-peta awal Pemerintah Hindia Belanda juga belum teridentifikasi nama Kroei.
Namun yang jelas, satu-satunya akses dari pantai barat Sumatra ke pegunungan di
danau Ranau hanya melalui Kroei. Namun secara geografis wilayah Kroei sendiri
diduga wilayah yang sudah dikenal sejak zaman kuno (peradaban penduduk asli
Lampung di seputar danau), namun namanya bukan Kroei tetapi nama lain.

Besar dugaan nama sungai Koeroeng Raja berubah
menjadi sungai Kroe. Pada tahun 1780 sejumlah pemukiman baru muncul dari orang-orang
Benkulen, Jawa, Padang dan beberapa orang Arab mengembangkan Pasar Melia (diduga
di kampong Goenoeng Kemala) di sungai Kroe. Juga pernah ada pemukim Inggris di Croe.


Kapan nama Koeroeng Raja menjadi Kroe tidak diketehui secara pasti. Namun
orang-orang Inggris (di Bengkoelen) sejak lama mengidentifikasi dengan ejaan
Croe. Sementara orang Lampong dari pedalaman menyebutnya dengan nama Kegroey
(lihat Zuid-Sumatra, 1930). Besar dugaan nama sebutan oleh orang Lampoeng yang
kemudian diidentifikasi sebagai nama terakhir, Krui (hingga masa ini). Nama
kampong asal di sekitar adalah kampong dari marga Pedada.
 

Pada awal pembentukan cabang pemerintahan di pantai
barat Sumatra, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Kroei sebagai pusat. Pada tahun
1850 sebuah rumah beton dibangun untuk seorang pejabat pemerintah ditempat yang
baru arah selatan di Kroei. Pada tahun 1865 di Kroei diangkat seorang datuk
oleh pemerintah (sudah memiliki delapan dusun) yang diakui sebagai kedudukannya
setara dengan marga (pesirah). Sejak bencana gunung Krakatau Meletus pada tahun
1883 banyak penduduk dari Jawa asal Banten bermukim di Kroei. Lambat laun Kroei
terutama di area baru (yang dimana pemeirntah berinisiatif) semakin berkembang.
Pada tahun 1890 Cotroleur Dr DW Horst mendirikan gudang perdagangan di Kroei, namun
tidak berhasil direspon pasar.

 

Pada tahun 1917 Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Kroei sebagai ibu
kota onderdistrict Pesisir yang merupakan wilayah marga Kroei (Besluit Resident
Bengkoelen tanggal 28 Augustus 1917 No 212).
 

Kroei dalam hal ini dapat dikatakan sebagai wilayah
baru yang banyak pendatang, wilayah pertumbuhan baru. Para pendatang bercampur
dengan penduduk asli Lampong dari belakang pantai. Dalam perkembangannya muncul
pendatang Cina yang juga bercampur dengan penduduk asli Lampong. Oleh karenanya
hukum adat yang digunakan di Kroe hukum adat Bengkoelen dan hukum adat Lampong.
Komposisi penduduk di pasar (kota) Kroei pada tahun 1920an
sebanyak 9 orang Eropa/Belanda, 198 orang Cina dan orang Timur asing lainnya,
dan 2.641 orang pribumi, yang lebih dari 2.300 orang penduduk Lampong atau pendatang
yang sudah sepenuhnya menjadi orang Lampong.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kabupaten Lampung Barat di Liwa Dimekarkan Kabupaten
Pesisir Barat di Krui: Krui Dulu di Bengkulu, Kini di Lampung

Seperti dideskripsikan di atas, wilayah Kroei
yang awalnya pendatang, yang pertama orang Begkoeloe yang kemudian disusul para
pendatang lainnya dari berbagai tempat, kemudian di wilayah Kroei populasi
penduduk Lampong dari pedalaman semakin dominan. Kroei menjadi pintu masuk ke
wilayah Liwa hingga jauh ke pegunungan di danau Ranau. Di wilayah Liwa di Pasar
Liwa sendiri, seperti halnya di pasar Kroei ada perpaduan penduduk antara orang
Lampoeng dengan Palembang, Kommering, Padang (Melayu), Cina, dll, namun
kepemimpinan di Pasar Liwa dipeganng oleh pangeran Liwa (bandingkan di pasar
Kroei dipimpin oleh seorang datuk dengan wakilnya dari marga Lampung).

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top