Sejarah

Sejarah Lombok (33): Monumen Lombok di Kota Mataram (1900-1942); Perang Lombok Dikenang Karena Tragedi dan Kemenangan




false
IN




























































































































































false
IN



























































































































































Monumen
di era Hindia Belanda dijadikan sebagai tugu peringatan, yakni untuk
memperingati para pahlawan Pemerintah Hindia Belanda yang gugur dala perang.
Namun tugu peringatan (monuen) hanya dibangun untuk peristiwa yang dianggap
hebat dan memberi kesan mendalam bagi banyak orang. Di Batavia ada tugu yang
dibangun yang disebut Monumen Michiels untuk mengenang para pahlawan yang gugur
dalam Perang Padri di pantai barat Sumata dan Monumen Atjeh untuk meperingati
kemenangan dala Perang Atjeh. Monuen lainnya Monummen Tamiang dibangun di Medan
untuk mengenang kemenangan dalam Perang Tamiang dan Monumen Lombok dibangun di
Mataram untuk mengenang tragedi dan kemenangan Pemerintah Hindia Belanda di
Lombok dalam melawang kerajaan Bali Selaparang.

Bagaimana kisah Monumen Lombok? Nah, itu dia. Sulit ditemukan tulisan tentang
riwayatnya. Monumen Lombok ini awalnya kurang berterima di Lombok, namun karena
terus didesak oleh berbagai pihak termasuk keluarga pahlawan yang gugur
akhirnya monumen diberdirikan. Selama monumen ini tetap berdiri banyak
dikunjungi oleh orang-orang Belanda. Ketika terjadi pendudukan militer Jepang,
monumen tersebut dihilangkan karena monumen tersebut tidak disukai oleh orang
Bali di Lombok. Nah, untuk menambah pengetahuan tentang keberadaan Monumen Lombok
dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.

Monumen Lombok (1920)

Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Pembangunan Monumen Lombok, 1900
Sejak berkembangnya pers Hindia Belanda, banyak
pembaca menulis untuk menyuarakan opininya terhadap suatu isu tertentu. Salah
satu isu penting pada awal tahun 1895 adalah soal tentara Hindia Belanda yang
banyak gugur dalam Perang Lombok tahun 1894. Seorang pembaca di Batvia dalam
tulisannya mengusulkan agar para tentara yang gugur di Lombok mendapat
penghargaan yang pantas dan mendirikan tugu peringatan apakah di Lombok,
Batavia atau Amstedam (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 19-02-1895).

Java-bode voor Nederlandsch-Indie, 19-02-1895

Tidak
lama kemudian terbit suatu Keputusan Kerajaan (Koninklijk Besluit) No 37
tanggal 13 April 1895 yang memberikan medali kepada tentara yang gugur di
Lombok (lihat Algemeen Handelsblad, 14-04-1895). Disebutkan dibuat secara
terpisah, sebagai penghargaan khusus yang akan diberikan kepada semua orang,
tanpa perbedaan peringkat atau tingkatan, antara 26 Juni dan 24 Desember 1894 yang
merupakan  bagian dari pasukan ekspedisi
atau pasukan angkatan laut yang dikirim ke Lombok, atau yang telah melayani
dalam posisi sipil atau pelayanan pada ekspedisi itu. Medali Lombok ini akan
dibuat berdasarkan senjata perunggu yang diperoleh dari Lombok selama ekspedisi
tersebut.

Perang
Lombok sendiri adalah perang  antara
Pemerintah Hindia Belanda melawan kerajaan Bali Selaparang di Lombok. Ekspedisi
militer pertama dimulai 26 Juni yang mana pasukan memasuki Ampenan pada tanggal
11 Juli 1894. Ekspedisi dianggap gagal dan banyak anggota pasukan yang gugur.
Lalu kemudian dilanjutkan ekspedisi kedua yang dimaksudkan untuk menghancurkan
kekuatan Bali Selaparang dan inisiasi pembentukan cabang pemerintahan Hindia
Belanda di Lombok. Ekspedisi ini 
mencapai kemenangan pada tanggal 18 November 1894 dan ekspedisi
dinyatakan berakhir tanggal 24 Desember 1894,
Usulan pembaca di Batavia tersebut, langsung atau
tidak langsung, telah membentuk opini publik bahwa ada benarnya untuk membangun
tugu peringatan yang secara khusus ditetapkan di Lombok. Hal ini karena di
Lombok sudah dibentuk cabang Pemerintah Hindia Belanda dengan menetapkan
Mataram sebagai ibu kota (afdeeeling Lombok dimana Asisten Residen
berkedudukan). Pemerintah Hindia Belanda kemudian mengambilalih pembangunan tugu
peringatan tersebut yang akan diletakkan di Lombok. Pemerintah Hindia Belanda
mendelegasikan kepada suatu komite di Belanda untuk perancangan tugu tersebut.
De
locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 28-03-1898: ‘Gedenkteeken op Lombok. Proposal telah dibuat oleh
Pemerintah Hndia Belanda (di Batavia) untuk dipercayakan kepada komite ahli di
Belanda untuk mengadakan kompetisi (jika mungkin dengan kesempatan untuk
kompetisi oleh Hindia Belanda) untuk rancangan desain peringatan yang akan
didirikan di Ampenan yang mana pada tahun 1894 perwira dan prajurit gugur di
Lombok yang (tanpa substruktur) dianggarkan biaya f7.000 yang juga diberikan
kepada komite ini jumlah yang diperlukan untuk menetapkan desain terbaik dan
setelah itu melakukan pekerjaan yang diperlukan untuk produksi sebuah monumen
sesuai dengan desain pemenang dengan rencana instalasi’.
Desain dan pembuatan wujud monumen tersebut telah
selesai pada akhir tahun 1899. Deskripsi wujud monumen tersebut dikomunikasikan
oleh surat kabar De Avondpost, 29-11-1899. Elemen-elemen monumen tersebut sedang
dalam proses pengiriman dari Amsterdam ke Lombok.
Monumen Lombok. Pemerintah Hindia telah
menyediakan dana untuk mendirikan tugu peringatan bagi yang gugur dan untuk
menempatkannya di Lombok. Monumen ini sekarang sedang dalam perjalanan dari
Amsterdam dengan menggunakan kapal ss Prins Hendrik. Bagian bawah (alas) monumen
terdiri dari tiga teras bertingkat dengan ketinggian satu meter dan terbuat
dari batu Belgia. Di atasnya ditempatkan dinding prasasti yang terbuat dari granit
merah gelap yang dipoles dengan dasar granit abu-abu gelap dengan ketinggian dua
meter. Pada bagian prasasti depan dipahat kalimat yang dicetak dalam huruf emas
besar: Hormati orang yang gugur dalam pertempuran di Lombok 1894. Sementara pada
sisi dinding prasasti yang lainnya ada lempengan perunggu dimana nama semua
orang yang gugur disebutkan. Satu batang granit dipoles dengan warna abu-abu
terang dengan tinggi empat meter yang enjadi tugu berbentuk jarum dihiasi
dengan lempengan dan karangan bunga, sedangkan di bagian puncaknya diletakkan
kruis perunggu Lombok. Secara keseluruhan monumen setinggi tujuh meter ini dikerjakan
dan dikirim oleh perusahaan GS Serle di Amsterdam [Berita ini dapat dilihat dalam
dokumen Neêrlands verleden uit steen en beeld, 1901].
Namun setiba di Lombok, tampaknya monumen tidak
segera didirikan. Elemen-elemen monumen yang dikirim hanya diparkir di Ampenan.
Surat kabar Soerabaijasch handelsblad edisi 11-06-1900 sempat mengomentari kapan
monumen Lombok akhirnya akan didirikan? Disebutkannya bahwa bahannya tergeletak
di pantai di Ampenan, beberapa bagian masih terkemas dengan baik tetapi bagian-bagian
yang lain sudah ada yang terbuka tanpa perlindungan dari pengaruh laut, angin,
dan cuaca.
Tentu
saja prioritas Asisten Residen Lombok sangat terbagi untuk banyak hal. Sebagai
cabang pemerintahan Hindia Belanda yang baru masalah penataan administrasi
pemerintah dan perencanaan pembangunan di Lombok menyebabkan pendirian Monumen
Lombok agak terlambat. Tentu saja pemerintah Lombok sudah mengetahui kedatangan
bahan-bahan monumen di Ampenan, Untuk pendirian monumen itu masih dibutuhkan
biaya, yang tentu saja harus menunggu waktu untuk proses pengajuan anggaran ke
pusat dan proses pencairannya.  Namun
dengan adanya semacam desakan dari pers, tentu saja pemerintah Lombok akan
segera mengerjakannya.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Lombok Sangat Dikenang Belanda
Seorang eks pasukan Perang Lombok sepulang dari
cuti Jawa kembali ke posnya di Soemba. Kapal yang ditumpangi mampir ke Ampenan
untuk bongkat muat barang pos. Dia menyempatkan menunjungi pedalaman di Mataram
dan Tjakranegara. Di Mataram dia berkunjung ke Monumen Lombok (lihat De
locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 10-09-1902). Disebutkannya
meskipun saya secara naluriah mengikuti rasa hormat saya untuk semua orang yang
menjadi pahlawan kita yang gugur dengan mengangkat topi, namun tidak mungkin
bagi balok batu yang dingin ini yang sangat mengesankan saya. Mati rasa dan
dingin, nama-nama kami yang gugur diukir di marmer dari yang pangkat tertinggi hingga
ke prajurit pribumi.

Tunggu deskripsi lengkapnya

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top