Sejarah

Sejarah Madura (47): Masjid di Madura, Masjid Agung Sumenep Tertua di Madura? Penyebaran Agama Islam di Pulau Madura


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Masjid adalah salah satu symbol (wujud)
peradaban (agama)_Islam di suatu tempat. Masjid dibangun jika jamaah
(pengikutnya) sudah cukup untuk memulai membangun masjid, Masjid sekecil apapun
ukurannya. Sebagaimana diketahui, sebelum agama Islam menyebar di nusantara,
yang tersebar luas dengan peradaban yang tinggi adalah komunitas (agama) Hindoe-Boedha
yang mana pada saat itu sudah mulai terbentuk komunitas Islam di Tanah Batak di
pantai barat Sumatra (Baroes). Dalam hal ini sejarah masjid didahului sejarah
penyebaran (agama) Islam. Bagaimana keduanya bermula di pulau Madura?

Sepenggal
Sejarah Masjid Agung Sumenep. Ihram Co. Id. Jakarta. Masjid Agung Sumenep ini
tercatat sebagai salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Pembangunan
masjid ini telah dirintis sejak masa Pangeran Natasukuma I atau Panembahan
Somala berkuasa pada abad ke-18. Masjid ini awalnya hanya berukuran kecil. Pada
saat awal bangunan tersebut dikenal dengan nama Masjid Laju. Masjid tersebut
dibangun oleh adipati ke-21 Sumenep, yakni Pangeran Anggadipa. Seiring waktu,
kapasitas masjid tak mampu lagi menampung umat Muslim yang hendak beribadah. Sekitar
1779 Masehi, Pangeran Natakusuma menitahkan untuk membangun masjid yang lebih
besar. Untuk menghadirkan masjid yang diinginkan, sang penguasa menunjuk
seorang arsitek Cina, Lauw Piango. Proses pembangunan masjid dimulai pada 1198
Hijriah atau 1779 Masehi. Sementara proses pembangunan masjid ini baru usai
pada 1206 H atau 1787 M. Sementara itu, hal yang cukup unik dari masjid ini
adalah peninggalan pedang. Letaknya di atas kubah. Selain itu, terdapat juga
sebuah batu giok. Berat batu giok ini kabarnya 20 kilogram. Sayangnya,
keberadaan batu giok tersebut kurang terawat. Namun, tak begitu jelas sejak
kapan batu giok itu berada, apakah bersamaan dengan proses pembangunan masjid
atau hadir setelah masjid tersebut dibangun
(https://ihram.republika.co.id/) 

Lantas bagaimana sejarah masjid di Madoera, apakah
masjid Agung Sumenep tertua di Madura? Seperti disebut di atas, dibangunnya
masjid menunjukkan adanya komunitas Islam yang sudah cukup banyak. Sehubungan
dengan itu sejarahnya terkait dengan sejarah penyebaran agama Islam di pulau
Madura. Lalu bagaimana sejarah masjid di Madoera, apakah masjid Agung Sumenep tertua
di Madura? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Masjid di Madoera, Masjid Agung Sumenep Tertua di
Madura? Sejarah Agama Islam di Pulau Madura

Data sejarah masjid termasuk yang jarang ditemukan.
Boleh jadi hal itu karena masjid terbatas pada urusan golongan Islam. Lagi pula
masjid jarang menimbulkan permasalahan. Meski demikian ada sejumlah masjid di
Hindia Belanda yang menjadi perhatian dan mendapat pemberitaan. Misalnya masjid
Atjeh yang menjadi salah satu sasaran dalam Perang Atjeh 1873. Masjid Bandoeng
juga menjadi perhatian karena pembangunannya yang dihubungkan dengan pengumpulan
dana di seluruh Hindia Belanda.


Oosthoek’s geïllustreerde encyclopaedie, Deel IX, 1925-1934: ‘Masjid, berasal dari bahasa
Arab. “masjid” (misiri bahasa Melayu “misigit”): tempat
seseorang melakukan sembahyang, nama tempat ibadah umum umat Islam. Bentuk
tertua dari masjid adalah ruang terbuka yang dikelilingi oleh tembok atau
barisan tiang, dan bentuk ini masih digunakan di sebagian besar negara-negara
Islam. Di negara-negara yang didominasi Turki, bentuk kubah juga muncul, yang
berasal dari pengaruh gaya bangunan gereja-gereja Bizantium. Pada kebanyakan negara
Islam, satu atau lebih menara merupakan bagian penting dari masjid. Banyak
masjid merupakan karya arsitektur yang sangat indah dengan gaya berbeda,
terutama di Spanyol, India, dan Turki. Masjid yang lebih besar memiliki sekolah
teologi (madrese), rumah sakit, dan dapur tempat memasak dilakukan untuk orang
miskin. Kebetulan desain interiornya sederhana karena minimnya furnitur dan
patung. Sebuah ceruk (mihrab) menunjukkan arah Mekah, ke arah mana orang
beriman mengarahkan diri mereka dalam ibadah. Tidak ada kursi atau bangku,
karena ibadah biasanya dilakukan di atas lantai marmer, yang kadang-kadang
ditutupi dengan karpet atau tikar, kecuali jika mukmin membawa sajadah sendiri.
Di sekitar dinding, ayat dari Alquran biasanya dilukis dengan tulisan yang
elegan. Ada juga mimbar khatib Jumat yang terkadang didekorasi dengan indah.
Dengan pengecualian beberapa masjid yang sangat suci, masjid-masjid tersebut
sekarang juga dapat dimasuki dan dilihat oleh orang-orang non-Islam’.

Keberadaan masjid-masjid di (pulau) Madura, sejauh
ini hanya ditemukan dalam peta-peta lama. Berdasarkan Peta 1883 di kota
Soemenep didientifikasi dua masjid, yakni masjid lama dan masjid barat. Tentu
saja masjid lama ini masih eksis, disebut lama karena masjid itulah yang diduga
masjid pertama di kota Sumenap.


Masjid lama kota Soemenep dalam Peta 1883 terletak
di jalan utama kota di seberang kraton Soemenep. Wilayah dimana masjid
merupakan wilayah pribumi. Sementara area orang Eropa berada di tenggara kea
rah Maringan dimana kantor Asisten Residen berada. Sedang lokasi masjid barat
berada di barat masjid lama di jalam utama yang berada di seberang kantor
demang. Dimana letak masjid lama kota Soemenep tempo doeloe diduga sekitar jalan
Sudirman, jalan Pendekar, jalan Pujangga dan jalan Letnan Ramli. Masjid Agung
Sumenep dan masjid Laju yang sekarang berada jauh dari masjid Sumenep tempo
doeloe. Sementara masjid barat tempo doeloe berada di sudut jalan Diponegoro
dan jalan Pahlawan yang sekarang.

Masjid Agung yang kini terdapat di kota Bangkalan,
kota Sampang dan kota Pamekasan adalah lokasi-lokasi masjid yang eksis pada
tahun 1880an. Dengan kata lain di kota ini masjid besar dari doeloe lokasinya
tidak pernah berubah. Hal ini berbeda dengan masjid besar (Masjid Agung) di
kota Sumenep yang sekarang dapat dikatakan sebagai masjid baru (lebih baru
daripada masjid di Bangkalan, Sampang dan Pamekasan).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Agama Islam di Pulau Madura: Bagaimana
Bermula?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top