Sejarah

Sejarah Madura (54): Detik-Detik Berakhir Pemerintah HindiaBelanda di Madura;Invasi Jepang – Desakan Rakyat Pro-Kemerdekaan

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Pulau Madura termasuk salah satu wilayah di
Hindia yang dikenal para pelaut-pelaut Belanda sejak ekspedisi pertama Belanda
yang dipimpin Cornelis de Houtman. Bagaimana dengan masa berakhirnya? Pada
awalnya perlawanan penduduk Madura pada era VOC/Belanda berujung pada kerjasama
yang langgeng. Apakah pada detik-detik berakhir Pemerintah Hindia Belanda, Kerjasama
itu harus berakhir pula? Pulau Madura berbeda dengan julau Jawa, dipisahkan
oleh selat Madura (bukan selat Jawa). 


Pemerintahan
Madura pada Masa Hindia Belanda. Setelah Kompeni dibubarkan pada tahun 1799,
Madura menjadi bagian Pemerintah Hindia Belanda, mempertahankan sistem
pemerintahan tak langsung di Madura. Para penguasa Madura tetap meiniliki
otonomi dalam pemerintahan. Pada paroh pertama abad ke-19 “kondisi dan
persyaratan” bagi para bupati disesuaikan satu sama lain. Pertemuan-pertemuan
antara raja-raja Madura diperbolehkan, namun perselisihan yang mungkin terjadi,
tidak boleh diselesaikan tanpa keputusan dari pemerintahan Belanda. Pada
beberapa dasawarsa pertama abad ke-19, para bupati tersebut secara relatif
berhasil memperluas kemandirian relatif mereka. Hal itu terutama karena sikap
mereka yang suka menyesuaikan diri dengan kehendak militer dan gubernemen.
Setiap tahun Pulau Madura menyumbangkan sejumlah besar calon serdadu untuk
tentara kolonial. Sejak tahun 1807 dipelihara pasukan bantuan khusus yang
bertempur di pihak Belanda di Sulawesi Selatan (1825) dan selama Perang Jawa—Perang
Diponegoro (1825-1830). Pada tahun 1831 di setiap kabupaten didirikan
korps-korps militer yang disebut barisan yang dilatih oleh para instruktur
Eropa untuk memerangi huru-hara di seluruh Nusantara. Sebagai tanda terima
kasih terhadap dukungan tersebut, gubernemen menganugerahkan gelar-gelar yang
semakin tinggi kepada para penguasa lokal seperti gelar panembahan dan sultan

(https://www.lontarmadura.com/)

Lantas bagaimana sejarah detik-detik berakhirnya
Pemerintah Hindia Belanda di Madura? Seperti disebut di Madura kehadiran Belanda
sudah sejak era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda. Semua itu menjadi harus
berakhir karena di satu sisi terjadi invasi Jepang dan di sisi lain dari waktu
ke waktu sebagaian rakyat Indonesia pada era Pemerintah Hindia Belanda terus
mendesak untuk memperjuangkan kemerdekaan. Lalu bagaimana sejarah detik-detik berakhirnya
Pemerintah Hindia Belanda di Madura? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Detik-Detik Berakhirnya Pemerintah Hindia Belanda di
Madura; Invasi Jepang dan Desakan Rakyat Pro Kemerdekaan

Pada tahun 1940 akan diadakan kembali pertandingan
pasukan di seluruh Jawa. Untuk itu Kodam Oost Java mempersiapkan diri dengan
mengadakan pertandingan antar pasukan di regional Oost Java untuk menentukan
pasukan yang mana yang akan mewakili ke Bandoeng. Hasilnya adalah enam pasukan
di Kodam Oost Java yang dipimpin Kolonel Overakker adalah pasukan dari Malang,
13de Bataljon Malang (lihat Soerabaijasch handelsblad, 15-01-1940). Kompetisi
ini tidak diadakan lagi pada tahun 1941. Mengapa?


Enam pasukan
Jawa Timur tersebut adalah 13de Bataljon Malang, 8ste Bataljon Malang, 1ste
Afdeeling Vildartill Malang, Barisan Bangkalan, 3de Bataljon Soerabaja, Barisan
Soemenep dan Barisan Pamekasan. Pasukan Batalion ke-3 Infantri dari Soerabaja
terdiri dari orang Ambon dan orang Jawa; Pasukan artileri lapangan 1ste
Afdeeling Vildartill Malang sepenuhnya terdiri dari orang Manado. Pasukan Barisan
dari Madura (Bangkalan, Pamekasaan dan Soemenep) sudah barang tetentu sepenuhnya
orang Madura..

Keberadaan Barisan Madoera dalam hal ini sudah berumur
lebih dari satu abad. Pasukan Barisan Madura secara teknis bermula tahun 1934.
Namun prakondisinya dimulai sejak 1925 ketika Pangeran Soemenep mengirim
bantuan pasukan untuk membantu militer Pemerintah Hindia Belanda (Generaal Majoor
van Geen) dalam perang melawan orang Bone di Sulawesi ((lihat Bataviasche
courant, 01-01-1825). Sepulang dari Soelawesi pangeran di Madoera kembali menawarkan
pasukan Madura untuk dikirim ke Soerakarta (Perang Jawa) untuk melawan pemberontakan
yang dipimpin Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkoeboemi. Pasukan Madoera
ini beradaa di bawah sersan Poland.
Ketika Perang Jawa berakhir pada tahun 1830, Poland mengembalikan pasukan
pembantu Madoereeschc ke Madoera. Tidak lama kemudian Poland dikirim melawan
Padri di Sumatra dengan membawa pasukan Ambon. Setelah sempat nyawanya tertolong
atas bantuan orang Batak yang benci Padri, Poland kembali ke Jawa dan diangkat
menjadi panglima Barisan Madoera.


Usai Perang Jawa (yang mana
Pangeran Sentot bekerjasama dengan Pemerintah Hindia Belanda), Majoor AV
Michiels di kirim ke Padang untuk melawan perlawanan Padri. Majoor AV Michiels juga
dibantu Sersan Poland yang membawahi satu pleton Ambon dan tiba di Padang bulan
Oktober 1831. Pasukan Poland adalah yang pertama mencapai benteng musuh tanggal
11 Desember 1831. Sepulang dari Natal, Baros, Nias dan Tapanoeli, Poland mengetahui
rekan-rekannya yang telah menguasai benteng Amorengan (di Rao) dalam posisi terancam,
bergegas kesana dengan 33 orang Ambonnya, yang dibantu seratus orang Melayu dan
500 orang Batak dan selama empat hari berhasil membebaskan benteng tanggal 22
Januari 1833. Namun dalam perkembangannya Padri melakukan penyerangan ke
Amorengan yang dalam serangan mendadak pada 23 Oktober 1833 Poland terkena peluru
senapan menembus kaki kanannya. Poland beteriak “Lari-lari”, Poland
berteriak lagi “jika Padri menangkapmu, kamu akan menjadi budak
mereka!”. Para pembantunya menawarkan ‘aku akan menggendongmu!”. Poland,
mengulangi “lari!”…Pelayannya menjawab ’saya tidak memikirkannya’.
Lanjut pelayan Poland ‘saya lebih baik mati daripada melarikan diri!’. Lalu
kemudian pada saat yang mana Poland akan ditandoe para pembantunya dan mereka berhasil
melarikan diri, saat itu pasukan Batak yang datang dapat menyelamatkan Poland
dan pasukannya dan Padri yang mengejar mereka bisa diusir. Akhirnya di belakang
sana setelah pertempuran heroik, harus puas benteng Amorengan diambilalih Padries
pada tanggal 28 November 1833. Poland yang telah kehabisan darah terjatuh dan
tidak sadarkan diri. Poland kemudian dievakuasi ke Natal, dimana dia tinggal
selama 9 bulan dalam penyembuhan dan setelah sembuh berangkat ke Padang dan kemudian
Batavia lalu ke Kediri dimana Poland akan diangkat sebagai komandan militer.
Pada 16 Desember 1834 Poland diminta menjadi panglima Barisan Madoera. Catatan:
Orang Batak yang dimaksud dalam hal ini adalah orang Angkola Mandailing, yang
selama ini benci kepada Kaoem Padri karena sering menjarah di Angkola
Mandailing. Dalam perang ini, yang juga sebelumnya menyelamatkan nyawa Poland,
komandan orang Angkola Mandailing ini dipimpin oleh Radja Gadoembang Loebis
(lihat pada artikel lain dalam blog ini). Radja Gadoembang Loebis adalah ompung
Raja Junjungan Lubis, Gubernur Sumatra Utara 1960-1963. Siapa pelayan perempuan
Poland tersebut belum diketahui secara pasti. Sersan Majoor Poland menyebutnya wanita
yang gagah berani. Wanita ini juga turut menyelamatkan jiwanya sehingga Poland tidak
pernah melupakan keselamatan itu dan bersyukur yang kelak diketahui dinikahinya.

Dalam tahun-tahun terakhir ini, di Oost Sumatra berpusat
di Medan dan Tjimahi di West Java juga terdapat pasukan terdiri dari orang Ambon.
Pasukan Jawa tentu saja sudah sangat banyak terutama di Midden Jawa (termasuk
Jogjakarta dan Soerakarta). Dalam dua puluh tahun terakhir ini, pasukan pribumi
yang diandalkan oleh Pemerintah Hindia Belanda berasal dari Ambon, Manado,
Madoera dan Jawa (tidak lagi Bali, Melayu, Makassar, Bugis, Ternate, Sumbawa
pada era VOC/Belanda). Tidak pernah terdengar pasukan berasal dari Soenda,
apalagi Banten. Juga tidak ada pasukan berasal dari Minangkabau.


Sejauh ini tidak pernah ada pasukan Batak. Militaire Departmenent selama
ini selalu menolak kehadiran pemuda Batak di dalam militer Pemerintah Hindia
Belanda. Mengapa? Hal serupa juga pernah terjadi satu abad yang lalu ketika Residentie
Tapanoeli dibentuk tahun 1840 para pemimpin local tidak diberikan jabatan
sebagai bupati (regent), satu-satu di wilayah Hindia Belanda yang tidak
memiliki bupati. Namun kini situasi berubah, yang jelas orang Batak baru
diperbolehkan masuk militer (KNIL) pada tahun 1939 dimana hanya ada dua orang
yang diterima di Akademi Militer di Bandoeng. Padahal orang Batak di pulau Jawa
sendiri sudah banyak. Pada sensus penduduk 1920 orang Batak di Jawa sebanyak 868
jiwa. Kedua pemuda Batak tersebut adalah Abdoel Haris Nasoetion dan TB
Simatoepang (yang masih menjalani Pendidikan militer di Bandoeng hingga tahun
1940 ini). Seperti kita lihat nanti, satu dasawarsa kemudian, sehari setelah
pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (hasil KMB yang diberlakukan 27
Desember 1949) Jenderal TB Simatoepang diangkat menjadi Panglima KASAP dan Jenderal
Abdoel Haris Nasoetion diangkat menjadi KASAD.

Pada tahun 1941 eskalasi
perang semakin meningkat di Asia Timur, panasnya terasa di Asia Tenggara,
termasuk di Hindia Belanda, lebih-lebih di Jawa (yang menjadi pusat kekuatan
pertahanan Pemerintah Hindia Belanda dengan komando KNIL-nya). Pada awal bulan
Desember 1941 invasi Jepang itu sudah menyentuh wilayah Hindia Belanda di
Tarempa (Afdeeling Natoena Eilanden). Ini dapat dibaca sepucuk surat seorang
perempuan, dokter yang bertugas di Tarempa (kepulauan Riau) yang ditujukan kepada
ayahnya (Radjamin Nasoetion, anggota dewan senior Gemeenteraad Soerabaja yang
juga anggota Volksraad) yang kemudian dimuat pada surat kabar Soeara Oemoem
yang terbit di Surabaya yang lalu dikutip oleh koran berbahasa Belanda De
Indische Courant tanggal 08-01-1942. Berikut isi surat tersebut.


Tandjong Pinang, 22-12-194l.

 

Dear all. Sama seperti Anda telah mendengar di radio, Tarempa dibom.
Kami masih hidup dan untuk ini kita harus berterima kasih kepada Tuhan. Anda
tidak menyadari apa yang telah kami alami. Ini mengerikan, enam hari kami
tinggal di dalam lubang. Kami tidak lagi tinggal di Tarempa tapi di gunung. Dan
apa yang harus kami makan kadang-kadang hanya ubi. Tewas dan terluka tidak
terhitung. Rumah kami dibom dua kali dan rusak parah. Apa yang bisa kami
amankan, telah kami bawa ke gunung. Ini hanya beberapa pakaian. Apa yang telah
kami menabung berjuang dalam waktu empat tahun, dalam waktu setengah jam
hilang. Tapi aku tidak berduka, ketika kami menyadari masih hidup.

 

Hari Kamis, tempat kami dievakuasi….cepat-cepat aku mengepak koper dengan
beberapa pakaian. Kami tidak diperbolehkan untuk mengambil banyak. Perjalanan
menyusuri harus dilakukan dengan cepat. Kami hanya diberi waktu lima menit,
takut Jepang datang kembali. Mereka datang setiap hari. Pukul 4 sore kami
berlari ke pit controller, karena pesawat Jepang bisa kembali setiap saat. Aku
tidak melihat, tapi terus berlari. Saya hanya bisa melihat bahwa tidak ada yang
tersisa di Tarempa.

 

Kami mendengar dentuman. Jika pesawat datang, kami merangkak. Semuanya
harus dilakukan dengan cepat. Kami meninggalkan tempat kejadian dengan
menggunakan sampan. Butuh waktu satu jam. Aku sama sekali tidak mabuk laut…..
Di Tanjong Pinang akibatnya saya menjadi sangat gugup, apalagi saya punya anak
kecil. Dia tidak cukup susu dari saya…Saya mendapat telegram Kamis 14
Desember supaya menuju Tapanoeli…Saya memiliki Kakek dan bibi di sana…Sejauh
ini, saya berharap kita bisa bertemu….Selamat bertemu. Ini mengerikan di sini.
Semoga saya bisa melihat
Anda lagi segera. Catatan: Penyerangan oleh Jepang dimulai dengan pengeboman di
Filipina dan Malaya/Singapura. Pemboman oleh Jepang di Tarempa merupakan bagian
dari pengeboman yang dilakukan di wilayah Singapura. Tarempa berada di
kepulauan Natuna, Riau yang beribukota Tandjoeng Pinang, pulau Bintan (dekat
dari Singapura).

Di Soerabaja menjadi heboh. Pasukan KNIL di Soerabaja
hanya satu battalion (3de Bataljon Soerabaja) yang tidak akan kuat sendiri
menghadapi pasukan Jepang di darat, sementara Soerabaja sendiri adalah kota
besar yang menjadi salah satu sasaran pertama pasukan militer Jepang (laut,
darat dan udara). Namun itu dapat diimbangi, karena pusat Angkatan laut Pemerintah
Hindia Belanda berada di Soerabaja (Tandjoeng Perak). Di wilayah Madoeran ada
tiga pasukan (Barisan Bangkalan, Barisan Soemenep dan Barisan Pamekasan).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Invasi Jepang dan Desakan Rakyat Pro Kemerdekaan:
Tangisan Orang Belanda vs Teriakan Rakyat Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top