Sejarah
Makassar adalah sejarah tersendiri. Sejarah Makassar di era kolonial Belanda,
ibarat sebuah kota cantik tetapi tidak berada di lintasan orbit adagium: ‘Maluku
adalah masa lalu, Jawa adalah masa kini dan Sumatra adalah masa depan’. Adagium
ini muncul di kalangan pengusaha pada awal era Pemerintahan Hindia Belanda (pasca
era VOC). Adagium ini pernah diulang
Mohammad Hatta, Wakil Presiden dalam suatu kesempatan pidato di Djambi (lihat De
vrije pers: ochtendbulletin, 23-04-1954). Adagium ini sudah barang tentu ketika
pembangunan tengah mekarnya di (pulau) Jawa.
![]() |
Peta Kota Makassar, 1773 |
Aktivitas
perdagangan Belanda (VOC) dibagi ke dalam empat periode (lihat Hendrik
Kroeskamp, 1931). Periode pertama dimana VOC hanya melakukan perdagangan secara
longgar dan terbatas hubungan dengan komunitas di sekitar pantai, sampai
sekitar 1615. Periode kedua, dimana wilayah penduduk asli (pribumi) diperluas
menjadi bagian perdagangan VOC, sampai sekitar 1663; periode ketiga, dimana
penduduk asli sebagai sekutu VOC, sampai dengan 1666; dan periode keempat,
penduduk asli dijadikan sebagai subyek VOC.
tahun 1669 Makassar berhasil ditaklukkan oleh VOC di bawah pimpinan Cornelis Speelman yang bekerjasama dengan Radja
Palacca de Koningh der Bougies (lihat Romeyn de Hooge, 1669), Penaklukan inilah
yang menjadi awal koloni VOC di Makassar dimana kemudian dibangun benteng Makassar
yang disebut Casteel (Fort) Rotterdam.
proses pertumbuhan dan perkembangan Kota Makassar selanjutnya? Untuk
memahaminya, kita kembali ke masa lalu dengan menelusuri data-data yang
berserakan dan menuliskannya ke dalam sejumlah (serial) artikel. Sejarah Kota
Makassar ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari serial sejarah
kota-kota lainnya di dalam blog ini: Kota Padang Sidempoean, Kota Medan, Kota
Jakarta, Kota Bogor, Kota Bandoeng, Kota Depok, Kota Semarang dan Kota Soerabaja.
Untuk sejarah Kota Makassar, mari kita mulai dengan artikel pertama.
Rotterdam: Cikal Bakl Kota Makassar
![]() |
Sombaopu (Peta 1665) |
Perang
Makassar terjadi di benteng Somba Opu. 1669. Cornelis Speelman yang bekerjasama
dengan Radja Palacca de Koningh der Bougies menjadi pemimpin pertempuran dari
pihak VOC. De Stadt Sambooppu yang juga merupakan benteng Sombaopu adalah ibukota
Rijck Macasser. Kota/benteng ini dalam pertempuran terbakar. Selain di benteng
Sobaopu, kebakaran juga direkam di latar belakang tempat yang disebut Glisson,
Pannekoke, Battabarra, Barrambon dan lainnya. Situasi dan kondisi pada saat
pertempuran ini dilukis oleh Romeyn de Hooge (1669)
digambarkan lokasi Sombaopu pada bagian depan dekat laut. Peta ini dibuat oleh
surveyor yang diduga menjadi peta navigasi sebelum perang tahun 1669 terjadi.
Dalam peta ini benteng Sombaopu berada dekat cabang sungai.
![]() |
Fort Rotterdam (Peta 1695) |
digambarkan berada diantara Goa dan Tello. Benteng ini berada di area kosong.
Seperti biasanya VOC/Belanda tidak pernah mengakuisisi properti pribumi,
melainkan membangun baru di tempat yang terpisah dan strategis untuk pertahanan
VOC. Sebagaimana ditemukan pada casstel Batavia, casteel di Semarang dan
casteel di Soerabaja serta casteel di Padang yang menjadikan sungai sebagai
barier. Keempat benteng ini berada di hilir. Sementara di Bogor, Fort Padjadjaran di Bogor
dibangun diantara dua sungai jarak terdekat. Sedangkan casteel di Makassar
mengampil posisi di ujung pantai (semacam tanjung). Semua benteng-benteng
tersebut di satu sisi untuk pertahanan strategis dan di sisi lain posisi yang
diambil juga mudah untuk melakukan escape (tidak mudah terkepung).
![]() |
Benteng Sombaopu (Peta 1730) |
Kerajaan Goa atau Kerajaan Makassar berpusat di Sombaopu.
Benteng Sombaopu dengan benteng baru (Rotterdam) berjarak 2.5 mil laut. Banteng
Sombaopu berada di antara sungai Jeneberang dan cabangnya (lihat Peta 1665).
Benteng ini cukup modern di masanya.
dalam (pedalaman), sedangkan benteng-benteng VOC/Belanda cenderung ke luar
(hilir sungai atau dalam kasus di Makassar di tanah yang menjorok ke laut atau
semacam tanjung).
![]() |
Fort Rotterdam (sketsa 1695) |
Pada Peta 1693
bagaimana bentuk benteng Makassar ini tidak begitu jelas. Dalam sebuah sketsa
yang bertahun 1695 diduga merupakan blue-print sebuah benteng yang disebut
casteel Rotterdam. Pembuat sketsa (landmeter dan kaartenmaker) benteng
Rotterdam ini adalah Isaac de Graaff. Hal yang sama juga ditemukan sketsa
sebelum dibangun benteng Semarang dan benteng Soerabaja. Dua sketsa ini
bertahun 1896. Benteng Rotterdam ini berbentuk empat segi dengan empat bastion. Benteng Semarang sendiri berbentuk segi lima (mengikuti lekukan sungai) dan benteng Soerabaja berbentuk persegi panjang (juga mengikuti garis lurus sungai).
![]() |
Kota Makassar (Peta 1775) |
tidak begitu jelas. Sebagai perbandingan benteng Semarang dan benteng Soerabaja
sama-sama selesai dibangun tahun 1708. Dalam Peta Makassar tahun 1775 bentuk
benteng Rotterdam terkesan ada penambahan dua bastion. Jika memperhatikan
benteng tersebut dan hanya memperhatikan empat bastion seakan mirip dengan
sketsa/blue-print benteng pada tahun 1695.
![]() |
Leydse courant, 11-07-1755 |
Pada tahun 1755, Makassar adalah satu dari 11 komptoir
utama VOC di Asia. Selain Makassar adalah Ceylon, Coromandel, Amboina, Banda,
Ternaten, Malacca, Javas Oost Kust, Goede Hoop, Malabar dan Sumatra’s Westkust
(lihat Leydse courant, 11-07-1755). Saat itu posisi Batavia adalah ibukota,
sebagaimana Calcutta adalah ibukota East India (Inggris).
Perubahan (penambahan) jumlah bastion ini juga
ditemukan pada benteng Semarang dan benteng Soerabaja. Perubahan drastis
benteng di Semarang, Sorebaja dan Makassar diduga sebagai konsekuensi logis
setelah terjadinya pemberontakan Cina di Batavia pada tahun 1740.
![]() |
Redoute Vredenburg (Peta 1775) |
Dalam Peta 1775
ini di sekitar benteng terlihat dua perkampungan, yakni Kampong Melayo di utara
dan Kampong Baroe di selatan. Antara Kampung Melayu dengan benteng terdapat
perkebunan (Vleck Vlaardingen) yang diduga dimiliki oleh para pengusaha VOC.
Sementara di pedalaman (timur perkebunan) terdapat sebuah benteng yang disebut
Redoute Vredenburg (yang boleh jadi benteng orang/pengusaha Prancis). Sebelas
seletan Kampong Baro terdapat kampung Boegis, Panehoekan, Maruso, Benteng
Madura. Dalam perkembangannya nanti (dideskripsikan pada artikel lain) didua
sisi luar benteng menjadi area orang Eropa/Belanda. Antara area orang
Eropa/Belanda dengan Kampong Melayu menjadi Kampement Chinese.
Lalu, Jawa Masa Kini, Sumatra Masa Depan’
era Portugis, komoditi rempah-rempah seperti pala, (kepulauan) Maluku terutama
di Ternate dan Tidore telah menjadi magnet orang-orang Eropa berdatangan. Lalu
kemudian muncul komoditi cengkeh. Era pedagangan komoditi baru ini menjadi
perebutan antara para pemimpin lokal dengan para pelaut asing. Pada fase ini
diduga Kota Sombaopu (ibukota Kerajaan Makassar) dibangun. Pada akhir era ini VOC/Belanda
mengubah kebijakan perdagangannya dengan menjadikan penduduk sebagai subyek (Hendrik
Kroeskamp, 1931). Tidak hanya Makassar (yang ditaklukkan oleh VOC bersama
pemimpin Boegis), tetapi juga terjadi di Soerabaja (antara Trunojojo dengan di
satu sisi dengan VOC bersama Mataram di sisi lain). Di Pantai Barat Sumatra,
pada tahun 1666 VOC bersama penduduk asli mengusir para hulubalang Atjeh dari
Padang.
munculnya perdagangan komoditi rempah-rempah, mata dagangan VOC masih ditemukan
secara signifikan komoditi kuno seperti emas, kapur Barus, Benzoin, kemenyan,
damar, getah puli, gading dan sebagainya. Komoditi-komoditi kuno ini, pusat
perdagangannya di Pantai Barat Sumatra, yang sejak jaman kuno Pelabuhan Barus
sebagai simpul (sebelum berkembangnya kerajaan-kerajaan/kesulatanan di Atjeh. Penetapan
VOC membentuk koloni di Batavia (sejak 1619) adalah pilihan strategis untuk
menjalan kebijakan baru dalam perdagangan (perdagangan secara longgar menjadi
kerjasama dengan penduduk dan kemudian menjadikan penduduk sebagai subyek).
Dalam perkembangannya di Batavia mulai diintroduksi ekonomi gula (dan kemudian
menyusul ekonomi kopi).
gula di sekitar Batavia, magnit komoditi rempah-rempah dari Maluku telah
melemah. VOC mulai terkonsentrasi di Jawa. Introduksi kopi oleh Abraham van
Riebeek tahun 1710 di Batavia dan sekitarnya telah mengubah pola penguasaan di
Jawa. Lalu berkembang ekonomi gula dan kopi di seluruh Jawa (west, midden dan
oost) yang ditandai dengan pembangunan jalan pos Trans-Java sejak 1810 oleh
Daendels.
masih ada Amboina, Ternate, dan Makassar, pada era Pemerintah Hindia Belanda di
wilayah timur hanya dua pusat ekonomi yang penting: Ternate dan Makassar (lihat
Almanak 1810). Di dua tempat ini ditempatkan masing-masing seorang Commandant
ciel en militair. Sebaliknya di wilayah barat muncul nama Palembang dengan
menempatkan seorang Residen. Pada era Inggris (1811-1816) wilayah timur hanya
menyisakan Macassaer sementara di barat tetap di Palembang. Sedangkan di
Kalimantan muncul Bandjermasing dengan menempatkan residen (lihat Almanak
1815).
Inggris juga melihat perkembangan ini (1811-1816). Perang
Jawa (1826-1830) diduga sebagai implikasi dari ekonomi gula dan pengembangan ekonomi
kopi. Demikian juga pengembangan ekonomi kopi ke Pantai Barat Sumatra menjadi
salah satu pemicu Perang Padri (kopi sudah sejak lama diintroduksi Inggris).
![]() |
Kota Makassar (Peta 1880) |
Pada tahun 1830
muncul koffiestelsel (van den Bosch). Nilai ekonomi kopi (plus gula) telah
menjadikan Jawa sebagai penyumbang ‘devisa’ terbesar di Hindia Belanda. Posisi
ekonomi rempah yang bersumber dari Maluku dengan hub perdagangan di Makassar
telah begeser ekonomi gula dan kopi ke Jawa (yang juga diperluas ke Pantai
Barat Sumatra). Munculnya introduksi kina dan teh di Preanger dan pergeseran
ekonomi tembakau dari Oost Java ke Oost Sumatra pada tahun 1860an) yang
didukung dengan perubahan arus perdagangan (setelah terusan Suez dibuka tahun
1869) Maluku menjadi masa lalu. Pelabuhan Makassar dengan sendirinya menjadi
masa lalu. Pelabuhan-pelabuhan Batavia, Semarang dan Soerabaya berkembang
pesat.
![]() |
Kota Makassar: Sombaopu vs Rotterdam (Peta 1942) |
pertumbuhan dan perkembangan kota tidak secepat (kota-kota) di Jawa.
Pertumbuhan Kota Makassar sangat lambat hanya terjadi di sekitar
benteng/casteel Rotterdam. Aspek lainnya yang tidak berkembang menyebabkan Kota
Makassar semakin tertinggi. Pengembangan pembangunan infrastruktur,
pengembangan kesehatan dan introduksi pendidikan dan sebagainya (termasuk sepak
bola) semakin mewarnai pertumbuhan dan perkembangan kota-kota di Jawa (plus
Pantai Barat Sumatra termasuk Tapanoeli). Aspek-aspek pertumbuhan dan
perkembangan kota ini akan dideskripsikan pada artikel-artikel selanjutnya.
Namun yang jelas, pertumbuhan dan perkembangan Kota Makassar yang berpusat di
sekitar Casteel Rotterdam telah menenggelamkan benteng Sombaopu dan ibukota
Makassar tempo doeloe. Kota Makassar: Sombaopu vs Rotterdam (Peta 1942).
Eropa/Belanda. Selain nama Rotterdam di Makassar juga ditemukan di tempat lain.
Pada era Pemerintah Hindia Belanda (suksesi VOC) yang dimulai 1800, nama-nama
benteng sesuai dengan nama tokoh. Pada awal Pemerintahan Hindia Belanda pasca
Pendudukan Inggris, ada dua tokoh utama yakni GAGP van der Capellen sebagai
Gubernur Jenderal dan Mr. JC Elout sebagai Komisaris Jenderal. Nama mereka
diabadikan sebagai dua nama benteng penting: Fort Capellen di Padangsch
Bovenlanden (kini berada di Batusangkar) dan Fort Elout di Panjaboengan, di
Tapanoeli. Fort Capellen (1820n) menjadi awal penaklukan Padangsch Bovenlanden
(Tuankoe Imam Bondjol) dan Fort Elout (1830an) menjadi awal penaklukan
Tapanoeli (Tuankoe Tambusai). Jika mundur ke belakang: benteng adalah awal
penaklukan. Pada tahun 1619 dibangun benteng Casteel Batavia dalam upaya
penaklukan Banten dan Cheribon; Benteng Missier di Tegal dibangun tahun 1681
untuk menaklukkan Mataram (Jawa Tengah) lalu terjadi penyerahan wilayah
Semarang; Fort Padjadjaran di Bogor dibangun tahun 1687 untuk menaklukkan Preanger
(Jawa Barat); dan Benteng Soerabaja dibangun tahun 1696 untuk menaklukkan
Kediri (Jawa Timur).
![]() |
Benteng Rotterdam di Makassar (googlemap) |
Pada masa ini, Fort Rotterdam di Makassar terbilang
benteng yang situsnya masih bisa dilihat. Benteng-benteng lain, seperti di
Batavia hilang lenyap (baru-baru ini satu bastion dipugar); benteng Semarang
belum lama ini dilakukan penggalian situasnya; benteng Soerabaja tak berbekas;
benteng Fort Padjadjaran juga hilang lenyap karena persis menjadi lokasi Istana
Bogor. Fort Rotterdam adalah gambaran utuh melihat masa lalu, ketika sebuah
kota muncul, tumbuh dan berkembang hingga pada masa ini.
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.