Sejarah

Sejarah Makassar (8): Bongaisch Contract (1667) dan Awal Pendirian Kota Makassar; Soeltan Hassan Oedin di Somba Opoe




false
IN




























































































































































false
IN



























































































































































Aktivitas perdagangan Belanda (VOC) dibagi ke dalam empat periode (lihat
Hendrik Kroeskamp, 1931). Periode pertama dimana VOC hanya melakukan
perdagangan secara longgar dan terbatas hubungan dengan komunitas di sekitar
pantai, sampai sekitar 1615. Periode kedua, dimana wilayah penduduk asli
(pribumi) diperluas menjadi bagian perdagangan VOC, sampai sekitar 1663;
periode ketiga, dimana penduduk asli sebagai sekutu VOC, sampai dengan 1666;
dan periode keempat, penduduk asli dijadikan sebagai subyek VOC.

Sejak 1655 di Makassar tidak
ada pemerintahan VOC. Kerajaan Goa mulai membangun ibukota di Sombaopoe dengan
membangun benteng pertahanan. Boleh jadi gelagat ini yang membuat Batavia
menarik perwakilannya di Makassar.
Kapal-kapal
Portugis di Sombaopoe (lukisan 1676)

Pada tahun 1667 dibuat perjanjian (contract) antara VOC dengan Kesultanan
Gowa. Hal ini sehubungan dengan ancaman VOC terhadap Kesultanan Gowa karena
diduga alasan terbunuhnya N van Vliet pada tahun 1638. Namun pelaksanaan Bongaisch
Contract tentu saja tidak mudah dan akhirnya terjadi Perang Gowa antara VOC
dengan Kesultanan Gowa yang dipimpin oleh Soeltan Hasan Oedin. Perang ini
berakhir pada tahun 1669.

Setelah penaklukan Makassar, pada tahun 1669, Johan van Opzijnen seorang
pedagang diangkat sebagai gubernur (landvoogden) di Makassar. Kota Sombaopoe
yang porak poranda akibat perang, kota pelabuhan ini tidak kondusif lagi
sebagai kedudukan gubernur yang baru. Disamping itu, meski dinyatakan telah
damai tetapi kekhawatiran VOC menjadikan Sombaopoe sebagai ibukota VOC di
Celebes belum sepenuhnya terjamin. Pedagang-pedagang Eropa di pelabuhan
Sombaopoe masih melakukan aktivitas. Sementara itu, kekalahan Kesultanan Gowa
masih menyimpan kebencian terhadap VOC dan Aroe Palakka yang turut membantu
VOC. Meski demikian, palabuhan Sombaopoe terus diawasi di bawah penguasaan
militer. Pedagang-pedangan VOC aktif kembali di (pelabuhan Sombaopoe).
Kota Sombaopoe, 1725

Rumah Gubernur Celebes yang baru, dibangun di Maruso (kini Mariso).
Posiis rumah gubernur di Maruso berada diantara benteng Sombaopoe di selatan
dan benteng Oegong Pandang di utara. Dalam perkembangannya rumah gubernur di
Maruso ditinggalkan sehubungan dengan selesainya rumah gubernur yang baru.
Pembangunan rumah gubernur yang baru ini bersamaan dengan pembangunan benteng
Rotterdam di lokasi eks benteng Odjoeng Pandang. Desain benteng Rotterdam
dibuat pada tahun 1695 (yang bersamaan dengan sejumlah benteng seperti di
Semarang dan Soerabaja). Benteng Rotterdam, sebagaimana benteng Soerabaja dan
benteng Semarang selesai dibangun pada tahun 1708. Lukisan Sombaopoe, 1725

Bongaisch Contract dan Aroe Palakka
Fort
Rotterdam di Makassar (lukisan 1749)

Setelah
ibukota VOC berada di benteng Rotterdam, pemukiman orang-orang Eropa/Belanda
lambat laun semakin meluas ke sisi selatan maupun sisi utara benteng. Pelabuhan
(fort) Rotterdam semakin ramai. Sementara itu, pelabuhan Sombaopoe mulai
ditinggalkan oleh para pedagang-pedagang Eropa dan lebih memilih ke benteng
Rotterdam (Makassar). Pelabuhan Rotterdam dibuat dengan membangun dermaga ke
laut yang berada persis di depan benteng Rotterdam. Pelabuhan (baru) .

Cornelis Speelman dan Aroe Palakka (lukisan 1669-1675)

Bongaisch
Contract, 1667 adalah perjanjian VOC dengan Kesultanan Gowa. Tokoh penting di
belakang perjanjian ini adalah Cornelis Speelman, mantan Gubernur Coromandel
yang menjadi Raad van Indie di Batavia. Dalam penyerangan Somboopoe, Speelman
dibantu oleh Radja Palacca de Koningh der Bougies.  Lukisan disamping ini menampilkan potret
Speelman dan Palakka yang dilukis oleh Romeyn de Hooge (sekitar tahun
1669-1675). Wajah kedua tokoh dalam Perang Gowa ini menggambarkan raut wajah
kedua tokoh ini saat itu. Romeyn de Hooge adalah pelukis Belanda kelahiran Amsterdam
(lahir 1645 dan meninggal 1708). Cornelis Speelman kelak (1681-1684) menjadi
Gubernur Jenderal.

Tunggu deskripsi
lengkapnya

Tunggu deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir
Matua Harahap
berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang
digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi
karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top