*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini
Penempatan pasukan, pendirian benteng dan
garnisun militer (kini markas militer) memiliki sejarah panjang hingga ini
hari. Hal itulah yang terjadi di Indonesia (baca: sejak era Pemerintah Hindia
Belanda). Dalam hal ini mengapa militer di (wilayah) Malang menjadi penting,
padahal lokasinya berada di wilayah pedalaman, di pegunungan. Dalam urusan ini
apa perbedaannya dengan wilayah pedalaman lainnya seperti di Soerakarta dan
Bandoeng.

Kampanye
militer Kediri Ekspedisi Hurdt atau Ekspedisi Kediri) berlangsung dari bulan
September hingga November 1678 semasa Pemberontakan Trunajaya. Pasukan
Kesultanan Mataram yang dipimpin Amangkurat II dan Perusahaan Hindia Timur
Belanda (VOC) yang dipimpin oleh Anthonio Hurdt berpawai menuju pedalaman Jawa
bagian timur melawan pasukan Trunajaya. Kampanye militer ini mencapai puncaknya
dengan direbutnya ibu kota dan benteng Trunajaya di Kediri pada tanggal 25
November, diikuti dengan penjarahannya oleh pemenang Belanda dan Jawa.
Trunajaya sendiri melarikan diri dari Kediri dan melanjutkan
pemberontakannya—yang kini sangat lemah—sampai penangkapannya pada akhir tahun
1679. Selama perjalanan menuju Kediri, tentara Mataram-VOC dengan sengaja
memecah pasukannya menjadi beberapa barisan, yang mengambil rute panjang yang
berbeda-beda menuju Kediri. Strategi ini disarankan oleh Amangkurat agar
pasukan ini bertemu dengan lebih banyak orang dan agar mereka yang masih
bimbang berpihak kepada siapa jadi bergabung dengan Mataram dan VOC setelah
melihat kekuatan pasukan ini. Tentara tersebut berpawai melalui daerah yang
sebelumnya belum dieksplorasi oleh Belanda, dan laporan Belanda dicatat dalam
sebuah jurnal oleh sekretaris Hurdt, Johan Jurgen Briel. Literatur sejarah Jawa
(babad) juga mencatat mengenai kampanye militer ini (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah militer di Malang era
Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas wilayah Malang berada di
pedalaman, namun kedudukan militer menjadi penting pada era Pemerintah Hindia
Belanda. Dalam hal ini apa yang menjadi keutamaan batalion-batalion militer di wilayah
Malang? Lalu bagaimana sejarah militer di Malang era Pemerintah Hindia Belanda?
Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Militer di Malang Era Pemerintah Hindia Belanda;
Keutamaan Batalion-Batalion di Wilayah Malang
Di Malang, pada era Pemerintah Hidia Belanda, kesatuan militer bermula
di Pasoeroean. Hal itu karena Pasoeroean adalah ibu kota residentie, dan Malang
sendiri sebagai ibu kota hanyalah salah stau afdeeling di residentie
Pasoeroean. Di Malang sendiri, sudah sejak tahun 1818 ditempatkan seorang
pejabat setingkat Asisten Residen. Seperti di berbagai tempat di Hindia
Belanda, dimana Asisten Residen berkedudukan, disitu ditempatkan satu pleton
militer, kesatuan militer yang dipimpin seorang sersan Eropa/Belanda yang membawahi
prajurit pribumi (sementara di ibu kota residentie satu detasemen yang dipimpin
oleh seorang letnan Eropa/Belanda).
Situasi dan kondisi keamanan
di wilayah Malang, sudah lama terbilang aman. Wilayah Malang pernah menjadi
daerah opetasi militer pada era VOC, karena adanya perlawanan yang dilakukan
Trunajaya dan pasukan dari Gowa/Makassar (Soesoehoenan/VOC). Pada permiulaan
Pemerintah Hindia Belanda, wilayah Malang menjadi wilayah yurisdiksi Pemerintah
Hindia Belanda baru dilakukan tahun 1811 di atas perjanjian antara GG Daendels
dan Soesoehoenan Soerakarta. Tidak lama kemudian terjadi pendudukan Inggris.
Selama pendudukan Inggris (1811-1816) tidak ada kejadian militer di Malang,
karena militer Inggris hanya terbatas di Pasoeroean dan hanya beberapa pedagang
Inggris yang beraktivitas di wilayah Malang. Baru pada tahun 1818 secara definitive
kehadiran militer di Malang seiring dengan penempatan seorang pejabat
Pemerintah Hindia Belanda setingkat asisten residen di (afdeeling) Malang.
Lambat laut jumlah pejabat pemerintah yang ditempatkan di Malang semakin
bertambah. Situasi geopolitik awalnya tidak terasa di Malang ketika muncul
pemberontakan di Vorstenlanden (Jogjakarta/Soerakarta) pada tahun 1825. Akan
tetapi karena semakin meluasnya perang (Perang Jawa (1825-1830), akhirnya hawa
perang semakin mendekat di Malang, lalu militer di Malang diperkuat dimana
mulai dibangun garnisun militer di Malang. Sejak inilah awal adanya garnisun
militer (Pemerintah Hindia Belanda) di Malang.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Keutamaan Batalion-Batalion di Wilayah Malang: Pemerintah
Hindia Belanda, Antara VOC dan Republik Indonesia
Pasca Perang Jawa (1825-1830) ada dua legion militer
pribumi yang dibina oleh Pemerintah Hindia Belanda yakni di Vorstenlanden
seperti di Soerakarta dan di pulau Madura seperti di Sumanap. Mengapa di dua
wilayah ini eksis legion pribumi? Yang jelas pasukan Vorstenlanden/Soerakarta
dan Pasoekan Madura/Sumanap aktif membantu militer Pemerintah Hindia Belanda
dalam Perang Jawa. Bagaimana dengan di (wilayah) Malang? Tidak terkait dengan
Madura Sumanap dan juga tidak terkait Vorstenlanden/Soerakarta.
Kekuatan militer di Malang berada di bawah langsung Pemerintah Hindia
Belanda. Sejak awal, sudah ditempatkan satu pleton di Malang, beberapa waktu
sebelum penempatan Asisten Residen di Malang tahun 1818. Kekuatan militer di
Malang ini telah diperkuat, seiring dengan Perang Jawa. Pasca Perang Jawa
tersebut kesatuan militer di Malang sudah dalam wujud garnisun/markas militer. Meski
para perwiranya adalah orang Eropa/Belanda tetapi para prajuritnya adalah pribumi
yang didatangkan dari luar Jawa. Garnisun Malang sendiri sudah memiliki rumah
sakit sendiri (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel
nieuws- en advertentieblad, 10-12-1857).
Berdasarkan peta militer Pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1860 kekuatan militer di Malang sekelas garnisun. Namun di Malang
tidak memiliki bangunan pertahanan. Posisi bangunan pertahanan hanya berada di
Pasoeroean. Ini mengindikasikan bahwa di wilayah Malang termasuk wilayah yang
ancaman keamanannya rendah. Banding dengan di Soerakarta, Boyolali, Klaten dan
Jogjakarta (cukup berdekatan). Salah satu keutamaan garnisun militer di Malang
memiliki rumah sakit yang baik.
Bangunan pertahanan Pemerintah Hindia Belanda kelas satu (vesting) hanya terdapat
di Ambarawa (Willem I) dan Soerabaja. Benteng kelas dua ada di Batavia (Fort Prins
Hendrik), Semarang, Gombong dan Ngawi. Bangunan kelas tiga terdapat di berbagai
tempat di Jawa dan luar Jawa seperti di Banjoewangi. Sedangkan kelas keempat
selain di Jawa juga di luar Jawa. Bangunan kelas ke empat seperti di Soerakarta,
Klaten dan Jogjakarta. Magelang, Patjitan dan Madioen, Kediri dan Pasoeroean,
Probolinggo dan Sumanap. Di luar Jawa antara lain di Sibolga dan Padang Sidempoean.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.