*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini
Kota Malang disebut wilayah cekungan yang
berada di ketinggin. Ini mirip dengan cekungan Bandoeng. Ada yang menyebut
cekungan Bandung adalah eks danau purba di pegunungan. Bagaimana dengan
cekuangan Malang. Secara geomorfologis wilayah kota Bandung adalah satu hal,
wilayah kota Malang hal lain lagi. Bagaimana dengan kota Mojokerto sendiri?

Wilayah
cekungan Malang telah ada sejak masa Prasejarah. Banyaknya sungai mengalir membuat
wilayah Malang menjadi kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas merupakan
kawasan pemukiman prasejarah. Terdapat berbagai prasasti (misalnya Prasasti
Dinoyo), bangunan percandian dan bekas saluran drainase. Kota Malang terletak
di tengah-tengah kabupaten Malang. Bagian selatan Kota Malang dataran tinggi cukup
luas; bagian utara dataran tinggi yang subur; bagian timur merupakan dataran
tinggi dengan keadaan kurang subur; dan bagian barat merupakan dataran tinggi
yang luas dan kini menjadi daerah pendidikan. Kota Malang dilalui oleh sungai
terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo, yaitu Sungai Brantas yang
mata airnya terletak di lereng Gunung Arjuno di sebelah barat laut kota. Sungai
kedua terpanjang di Malang adalah Sungai Metro yang melalui Kota Malang. Kota
Malang terletak di dataran tinggi. Kota ini terletak pada ketinggian antara
440—667 M dpl. Titik tertinggi kota ini berada di CitraGarden City Malang,
sebuah kota mandiri, sedangkan wilayah terendah Kota Malang berada di kawasan
Dieng. Kota Malang dikelilingi oleh beberapa gunung serta pegunungan. Kota ini
dikelilingi oleh Gunung Arjuno di sebelah utara; Gunung Semeru dan Gunung Bromo
di sebelah timur; Gunung Kawi dan Gunung Panderman di sebelah barat. (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah geomorfologis kota
Malang? Seperti disebut di atas, Malang berada di wilayah gunung, sementara Mojokerto,
Soerabaja dan Pasoeroean berada di wilayah pantai. Bagaimana kaitannya? Lalu bagaimana
sejarah geomorfologis kota Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Geomorfologis Kota Malang; Malang di Wilayah Gunung,
Mojokerto, Soerabaja dan Pasoeroean di Wilayah Pantai
Untuk mengenal (wilayah) Malang dari masa ke masa, menurut
ahli tempo doeloe, tinjaulah secara geomordologis. Pendekatan studi secara
geomorfologis, akan membimbing kita ke masa lampau, Secara topografi, masa
kini, pada wilayah geografi masa kini, dimensi waktu ada disitu, artinya ada kemungkinan
telah terjadi perubahan spasial dan perubahan geologis dan mungkin perubahan
vegetasi (termasuk di dalamnya perubahan fauna).

Secara geomorfologis wilayah Malang masa ini keberadaan sungai Brantas
menjadi sangat penting, tidak hanya sebagai penanda navigasi juga sebagai
penanda terbentuk pusat peradaban pada masa lampau. Sungai Brants yang membelah
Kota Malang pada masa ini, adalah suatu sungai besar nan panjang yang sudah
terbentuk dari masa lampau. Anda akan menemukan sungai Brantas di dua titik
berbeda dari Sirabaya ke Malang, tetapi itu terkesan tidak terhubung, tetapi
sejatinya terhubung dari hulu di wilayah Malang melalui berbagai tempat di
pedalaman (melingkar) hingga hilir di wilayah Mojokerto dan Bangil.
Di masa lampau di zaman kuno, Malang dan Surabaya
tidak terhubung. Sebab, seperti kita lihat nanti, Surabaya belum ada (masih
lautan). Sebab pantai masih berada di Mojokerto dimana muara sungai Brantas
berada. Di masa yang lebih tua dari itu, boleh jadi muara sungai Brantas berada
di Kediri. Dalam hal ini hulu sungai Brantas relative tidak berubah secara
geomorfologis dibandingkan hilirnya. Kini salah satu cabang sungai Brantas
berada di Bangil, suatu kota tetangga Pasuruan yang begitu dekat dengan Malang
di Lawang. Dalam konteks inilah kita berbicara sejarah (wilayah) Malang dari
masa ke masa, bahkan sejak zaman kuno era Hindoe Boedha.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Malang di Wilayah Gunung, Mojokerto, Soerabaja dan
Pasoeroean di Wilayah Pantai: Asam di Gunung, Garam di Laut
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.