Sejarah

Sejarah Malang (22): Pegunungan Selatan di Pantai Selatan, Peradaban Awal di Wilayah Malang; Jauh Di Mata Tetapi Dekat Di Hati


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Dalam narasi sejarah Malang tidak pernah
terpikirkan apa itu Pegunungan Selatan. Para warga Malang hanya melihat
keutamaan Pegunungan Penanggungan. Mungkin terlupakan Pegunungan Selatan. Para
penduduk di selatan menunjuk gunung Kendeng. Pegunungan Selatan ini terkesan sebagai
sabuk bagi wilayah dataran tinggi Malang di bagian belakang dimana pintu
gerbang berada di sebelah utara di Pegunungan Penanggungan. Namun setiap sabuk
memiliki lobang pengancing yang justru menjadi celah peradaban awal di wiilayah
Malang. Bagaimana bisa? Ada gunung Kendeng lainnya di selatan Jawa.


Gunung
Kendeng merupakan sebuah gunung yang berada di perbatasan kabupaten Cianjur
dengan kabupaten Bandung, provinsi Jawa Barat. Gunung ini merupakan gunung api
purba yang sudah mati. Hanya sisa-sisa kegiatan magmatis gunung Kendeng
terlihat jelas dengan adanya kaldera bekas kawah yang berbentuk nyaris
lingkaran sempurna berdiameter lebih dari 2 Km. Ada lima puncak di tepi
kalderanya yaitu Puncak Pasir Turen (1.918 M), Puncak Kendeng (1.901 M), Puncak
Pasir Kendeng (1.852 M), Puncak Batu (1.816 M) dan Puncak Malang (1.795 M).
Gunung Kendeng terakhir aktif antara 1,8 Juta-700.000 tahun yang lalu dan
meletus dahsyat dengan tekanan gasnya yang sangat tinggi hingga merobek sisi
bagian barat daya membentuk punggungan serta lembah curam sepanjang 25 Km yang
kini dialiri oleh Sungai Citajur. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pegunungan selatan
dan laut selatan, peradaban awal di wilayah Malang? Seperti disebut di atas, kawasan
pegunungan di selatan yang bagaikan sabuk bagi dataran tinggi Malang kurang
terperhatikan dalam narasi sejarah Malang. Mengapa? Jauh di mata tetpai dekat di
hati. Lalu bagaimana sejarah pegunungan selatan dan laut selatan, peradaban awal
di wilayah Malang? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Pegunungan Selatan dan Laut Selatan, Peradaban Awal di
Wilayah Malang; Jauh Di Mata Dekat Di Hati

Dari mana permulaan peradaban di pulau Jawa, juga menjadi
pertanyaan dimana awal peradaban di wilayah Malang bermula? Hanya ada dua
jawaban: dari arah pantai utara atau dari arah pantai selatan. Jika pertanyaan
ini dalam konteks sekarang jawabnya dari pantai utara melalu lereng Pegunungan
Penanggungan. Akan tetapi jika pertanyaan ini dalam konteks masa lampau di
zaman kuno, jawaban dari pantai utara itu sangat diragukan. Mengapa? Ke arah
itulah perlunya mendeskripsikan riwayat Pegunungan Selatan.


Secara teoritis bentuk permukaan bumi pulau Jawa pada dasarnya belum
selesai, masih berproses terus. Artinya pulau Jawa masih terus membengkak,
menjadi semakin luas. Proses pembengkakan kasat mata di sepanjang pantai utara
Jawa. Bagaimana dengan di pantai selatan? Apakah sudah selesai? Juga belum
selesai terutama di wilayah dimana sungai-sungai pegunungan bermuara ke pantai
selatan seperti sungai Cimandiri (Sukabumi/Cinajur), sungai Citandui
(Ciamis/Cilacap), sungai Serayu (Banyumas/Kebumen) dan sungai Progo (Kulon
Progo/Bantul). Dengan mengabaikan wilayah Pacitan, praktis di selatan wilayah
Malang tidak ada sungai besar.  Sungai
Brantas/Metro yang berhulu di lembah Malang tidak menemukan jalan bermuara ke
pantai selatan karena terhalang oleh Pegunungan Selatan. Akibatnya sungai Brantas
bermuara ke pantai timur di sebelah utara wilayah Malang. Inilah anomaly wilayah
zaman kuno Malang.

Berdasarkan pemahaman ahli sejarah tempo doeloe,
arus migrasi di zaman kuno dari daratan Asia melalui daratan Sumatra, Jawa
hingga ke Bali (demikian sebaliknya menuju wilayah darata Asia), Fakta-fakta juga
menunjukkan sabuk Sumatra dan Jawa membentuk garis pantai yang panjang dari
barat Burma hingga barat Bali. Di sisi daratan hal itulah mengapa flora dan
fauna di tiga pulau ini memiliki kemiripan, termasuk keberadaan harimau. Sedangkan
di sisi pantai yang menhadap lautan luas (Samudara Hindia/Indonesia) terbentuk
pelayaran yang intens yang memperkuat perdaban di bagian pedalaman.
 


Secara teoritis pulau Sumatra pernahj bersatu dengan pulau Jawa dan pulau
Jawa pernah bersatu dengan pulau Bali. Studi geomorfologi dan studi geologi
menunjukkan hal itu. Satu yang kerap kurang diperhatikan bahwa Semenanjung
Burma pernah Bersatu dengan pulau Sumatra yang diikat oleh gugus pulau-pulau di
Andaman dan Nikobar. Salah satu peta kuno yang menunjukkan itu dapat
memperhatikan peta yang dibuat Ptolomeus pada abad ke-2. Peta ini juga
mengindikasikan bahwa Semenanjung Malaya pernah bersatu dengan pulau Kalimantan
melalui gugus pulau-pulau Bintan, Lingga, Singkep, Bangka, Belitung dan Karimata.
Seperti halnya jalur migrasi ditemukanya orang negrito dari Andaman hingga ke
Jawa melalui Sumatra; dan jalur migrasi negrito dari Semenanjung, Kalimantan
dan pulau-pulau di Filipina. Teori ini dengan sendirinya menutup migrasi dari lautan
di pantai utara Jawa tetapi terbuka di pantai selatan Jawa.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Jauh Di Mata Dekat Di Hati: Wilayah-Wilayah di Pantai
Selatan Jawa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 



















*Akhir Matua
Harahap
, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak
1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta
Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun
di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis
artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang,
utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi
ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top