Sejarah

Sejarah Malang (24): Singasari, Kerajaan di Wilayah Malang: Sebelumnya Kerajaan di Kediri, Selanjutnya Kerajaan di Modjokerto


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Sejarah awal Indonesia di zaman kuno begitu minim data yang ditemukan
pada masa ini. Namun begitu narasi haruslah sesuai jalannya sejarah. Sejarah
sendiri adalah narasi fakta dan data. Oleh karena setiap data baru dapat
mengubah narasi, dan kerena itu penulisan narasi sejarah tidak pernah berhenti.
Sumber data sejarah yang berasal dari zaman kuno hanya terbatas pada prasasti
dan candi plus teks kuno seperti Negarakertagama yang kemudian diperkaya dengan
catatan-catatan manca negara (India, Tiongkok, Eropa). Dalam daftar kerajaan
kuno termasuk Kerajaan Singhasari. Sejarah Singosari sudah barnyak ditulis. Artikel
ini mendeskripsikan sejarah Singosari dilihat dari sisi lain dengan cara yang
lain.


Kerajaan
terlama di Nusantara terdapat di Sumatra bagian utara adalah kerajaan Panai.
Kerajaan tua ini pada abad ke-7 ibu kotanya di Binanga muara sungai Batang Pane
dengan rajanya Dapunta Hyang Nayk (prasasti Kedoekan Boekit 682 M). Pada Abad
ke-11 kerajaan Panai termasuk federasinya kerajaan Angkola dan keraajaan
Madalinggam pernah ditaklukkan kerajaan Chola dari India. Namun federasi
kerajaan-kerajaan ini kembali bangkit sebagaimana dicatat dalam Negarakertagama
(1365 M). Federasi kerajaan ini dengan nama Kerajaan Aru Batak Kingdom masih
eksis pada era Portugis (lihat Mendes Pinto 1537). Kerajaan Aru ini kemudian
memudar setelah ditaklukkan kerajaan Atjeh. Jika mundul ke belakang kerajaan
federasi di Tanah Batak ini diidentifikasi sebagai Takola yang mungkin
maksudnya Angkola (lihat catatan geografi dan peta Ptolomeus abad ke-2). Prasasti
Tanjore 1030 M menulisnya Takkolam. Gelar Dapunta juga diwariskan ke Palembang
(Dapunta Hyang Srijayanaga), di Jawa bagian tengah (Dapunta Ceilendra) dan di
Jawa bagian timur (Dapunta). Di wilayah Angkola Mandailing (kini Tapanulis
Selatan) gelar Dapunta ini adakalanya disebut singakatan [Bagin]da [Om]-pun[g]ta;
sementara Hyang itu menjadi Hang dari kata [Ka]hang[gi] yang sinonum dengan brother/bro.
Pusat kerajaan Takola/Panai/Aru berada di pusat percandian Padang Lawas
Tapanuli Selatan.

Lantas bagaimana sejarah Singasari, kerajaan
di wilayah Malang? Seperti disebut di atas, kerajaan Singhasari termasuk
kerajaan kuno di Indonesia. Kerajaan Singasari didahului Kerajaan Kediri, lalu
selanjutnya muncul Kerajaan Majapahit. Apakah ada hubungan kerajaan Singhasari
dengan kerajaan di pantai timur Sumatra di Tapanuli? Lalu bagaimana sejarah Singasari,
kerajaan di wilayah Malang? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Singasari, Kerajaan di Wilayah Malang: Sebelumnya
Kerajaan Kediri, Selanjutnya Kerajaan Majapahit

Singhasari termasuk salah satu kerajaan
penting pada zaman kuno, Keutamaan Kerajaan Singhasari dalam sejarah zaman kuno
Indonesia karena posisinya dalam sejarah nusantara sebagai kerajaan pertama di
Jawa yang menjalin hubungan dengan, terutama kerajaan-kerajaan di Sumatra (
misalnya Kerajaan Aru dan Kerajaan
Mauli). Schnitger

seorang arkeolog
(1935)
di dalam risalahnya
dinyatakan
raja
terkenal Singhasari Kertanegara adalah pendukung fanatik agama Boedha Batak
sekte Bhairawa. Ups! Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan.


M Schnitger, kepala dinas kepurbakalaan Sumatra di Palembang melakukan
eskavasi di candi-candi Padang Lawas (Tapanuli Selatan) pada tahun 1935.
Schnitger sangat kaget dan menyimpulkan ada banyak persamaan candicandi di Padang Lawas dengan
candi Singhasari di Malang. Schnitger terus mengujinya. Yang membuat lebih
kaget Schnitger dan menyimpulkan bahwa Raja Kertanegara dari Singhasari adalah
salah satu pendukung fanatik agama Boedha Batak sekte Bhairawa. Koran-koran di
Hindia Belanda heboh dan beritanya menjadi viral di koran-koran nun jauh di
Belanda.
Padang Lawas adalah pusat
percandian yang terdapat di Tapanuli Selatan, pantai timur Sumatra. Di wilayah dimana
terdapat percandian inilah pernah terbentuk kerajaan-kerajan yang berkesinambungan:
Kerajaan Angkola (Baroes) dari abad ke-2, Kerajaan Panai dari abad ke 7 dan
abas ke-11 dan Kerajaan Aru dari abad ke-15.

Schnitger tampaknya mendasarkan
temuannya tentang adanya relasi kerajaan Singhasari dengan kerajaan di Padang
Lawas yang dilatarbelakangi ekspedisi Pamalu pantai timur Sumatra dengan berdasarkan
pemahamannya bahwa dari sejumlah candi di Padang Lawas ada satu candi di Singosari
yang memiliki kemiripan.
Schnitger berpendapat hal itu terjadi
karena adanya pengaruh agama Boedha Batak sekte Bhirawa (
Schnitger menyebut Raja Singasari
Kertangara (abad ke-13) salah satu pendukung fanatic sekte Bhirawa).


Sementara itu peneliti lainnya, menyimpulkan ada dugaan kuat wilayah
Tapanuli Selatan memiliki relasi dengan di Jawa, hal itu diasarkan bentuk dan
arsitektur candi-candi tua di Tapanuli Selatan (candi Simangambat, abad ke-8)
memiliki kemiripan dengan candi-candi di selatan Jawa bagian tengah seperti
candi Sewu. Relasi timbal balik tersebut (antara Sumatra-Jawa dan sebalinya)
diduga dimulai pada abad ke-7. Dalam prasasti Kedoekan Boekit (682 M) raja
Dapunta Hyang Nayk berangkat dari ibu kota Minanga (di Sumatra bagian utara) ke
Sumatra bagian selatan untuk mendirikan otoritas Dapunta Htang Srinagajaya, Minanga
dalam hal ini terletak di muara sungai Panai pantai timur Sumatra (Padang
Lawas, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara). Dalam prasasti Kota Kapoer (686 M)
dilakukan satu ekspedisi ke Jawa. Jawaban ini ditemukan di dalam prasasti Sojomerto
(720 M). Di dalam prasasti ini dinyatakan didirikannnya otoritas Dapunta
Ceilendra. Gelar Dapunta inilah yang kemudian muncul di wilayah Jawa bagian
timur. Dalam hal ini gelar Dapunta terdapat di Sumatra bagian utara, Sumatra
bagian selatan, Jawa bagian tengah dan Jawa bagian timur). Dapunta adalah gelar
dalam tradisi kerajaan-kerajaan Boedha (semantara di Jawa leboh cenderung Hindoe).
Sejak abad ke-7 inilah terbentuk relasi Sumatra-Jawa dan sebaliknya) hingga era
Singhasari (kemudian berlanjut pada era Majapahit).

Dalam konteks ini, satu pertanyaan penting yang
nyaris terabaikan dalam narasi sejarah (kerajaan) Singhasari: Bagaimana
kerajaan Singhasari terbentuk? Pertanyaan yang sama, seperti kita lihar nanti
berlaku untuk kerajaan Majapahit. Yang jelas di wilayah Jawa garis continuum
kerajaan-kerajaan Hindoe dimulai dari Tarumanegara (barat) dan Kalingga
(tengah) yang kemudian menyusul keberadaan kerajan-kerajaan Boedha (dinasti
Ceilendra) di (perdalaman Jawa bagian tengah)—suatu era yang kerap disebut era
Mataram Kuno. Kerajaan-kerajaan pedalaman Jawa bergeser ke arah timur (seperti terbentuknya
Kerajaan Kediri). Dalam konteks inilah pertanyaan tersebut di atas dapat dispesifikkan:
Apakah kerajaan Singhasari terbentuk dari garis continuum kerajaan-kerajaan di
pedalaman Jawa? Atau sebaliknya: apakah kerajaan Singhasari terbentuk dari sisi
luar (laut/pesisir pantai)?


Salah satu kerajaan di wilayah Malang, yang memiliki reputasi adalah kerajaan
Singosari. Salah satu sisa warisan kerajaan adalah candi Singosari yang sekarang.
Jika sekitar candi adalah ibu kota kerajaan, satu yang perlu diperhatikan
secara geomorfologis dan secara geopolitik kawasan kota tepat berada di titik
tertinggi wilayah dataran tingggi Malang. Secara geografis wilayah kota
Singasari zaman kuno ini sungai-sungai sebagian mengalir ke arah utara dan Sebagian
yang lain ke arah selatan. Dalam navigasi zaman kuno untuk mencapai kota
Singasari melalui jalur sungai ke utara hingga ke Bangil (saat itu Bangil adalah
garis pantai/laut). Sedangkan aliran sungai (Brantas) dari Malang melalui
Sengoeroh, Blitar hingga ke Kediri. Dengan kara lain dari kerajaan Kediri
menuju kota Singosari melalui sungai Brantas, sebaliknya dari pelabuhan Bangil
menujuk kota Singosari melalui navigasi sungai. Jarak dari Singosari ke Bangil
begitu dekat. Lalu apakah Bangil sebagai pelabuhan Singosari? Dan juga
Pasoeroean? Jika asumsi ini benar, dari arah mana kota Singosari tumbuh dan berkembang?
Besar dugaan dari arah pelabuhan. Sebab jarak Kediri ke Singosari begitu jauh.
Apakah prakondisi ini yang menyebabkan Singosari mampu mengalahkan Kediri,
paling tidak Kediri tertinggal dari Singosari. Hal inilah yang menyebabkan
kerajaan Singosari sebagai kerajaan maritime (sementara Kediri adalah
representasi kerajaan pertanian di pedalaman).

Jika Kerajaan Singosari terbentuk, tumbuh dan
berkembang dari arah laut/pantai, lalu apakah Kerajaan Singosari sebagai
warisan kerajaan Kediri? Tampaknya tidak. Justru sebaliknya, kerajaan Singosari
adalah kerajaan yang terpisah yang terbentuk dengan sendirinya dari arah
laut/pantai. Umumnya kerajaan-kerajaan maritime di nusantara, tumbuh dan berkembang
di kota-kota pantai yang kemudian ibukota baru relokasi ke arah pedalaman.
Tipologi ini tampaknya sesuai dengan kerajaan Singosari. Kekuatan maritim inilah
yang kemudian menjelaskan relasi pantai timur Jawa (Singosari) dengan pantai
timur Sumatra (Panai).


Hubungan Sumatra-Jawa diduga sudah terbentuk lebih awal, tetapi tidak
melalui pantai utara atau pantai timur Jawa tetapi pantai selatan Jawa dengan
pantai barat Sumatra. Dasar pembentukan relasi ini adalah terdapatnya kemiripan
candi Simangambat di pantai barat Sumatra dengan candi-candi di pantai selatan
Jawa seperti candi Sewu. Arah navigasi pelayaran zaman yang lebih tua adalah
dari pantai barat Sumatra ke pantai selatan Jawa (dan sebaliknya). Setelah ini
terbentuk jalur navigasi antara pantai timur Sumatra (Dapunta Hyang Nayk di Minanga)
dengan pantai utara Jawa (Dapunta Ceilendra di Sojomerto). Dinasti Ceilendra
inilah dari pantai utara merangsek ke padalaman Jawa (candi Borobudur di
Magelang). Dengan demikian arah perkembangan peradaban di Jawa bertemu di
pedalaman yang datang dari arah selatan (Sewu, Prambanan) dan juga dari arah
utara (Borobudur. Mendut). Lantas bagaimana dengan Singosari (plus Majapahit)?
Seperti disebut di atas dari pantai timur Jawa ke pantai timur Sumatra. Candi
Simangambat adalah pelabuhan di pantai barat dan candi-candi di Padang Lawas
adalah pelabuhan pantai timur (kedua lokasi candi ini kini masuk wilayah kabupaten
Tapanuli Selatan).

Terbentuknya relasi antara kerajaan (peradaban, religi,
arsitektur candi) melalui jalur navigasi pelayaran yang jauh, tentu saja karena
ada prakondisi yang memulainya. Prakondisi ini adalah titik-titik tumbuh
berkembangnya perekonomian yang dapat berjauhan satu sama lain. Saling
membutuhkan membentuk relasi navigasi, relasi perdagangan dan relasi peradaban
termasuk relasi religi). Sumatra di bagian utara memiliki keunggulan kompratif
dalam pertambangan terutama emas dan hasil-hasil hutan seperti gading, kamper,
kemenyan dan damar. Sedangkan Jawa di semua bagian memiliki keunggulan
komparatif dalam produk-produk pertanian seperti beras dan industry seperti
kerajinan. Pertukaranlah yang membentuk relasi perdagangan Sumatra dan Jawa
melalui navigasi, dalam hal ini kerajaan Singosari menjadi kerajaan maritime pertama
di Jawa.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sebelumnya Kerajaan Kediri, Selanjutnya Kerajaan
Majapahit: Bagaimana Kerajaan Singhasari Berkembang di Wilayah Malang?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top