Sejarah

Sejarah Malang (3): Wilayah Malang Era Mataram dan Selama Era VOC; Apa Potensi Perdagangan Wilayah Gunung di Malang?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Malang adalah wilayah yang belum lama dikenal.
Tuban, Sidaju, Soerabaja dan Pasoeoroan di wilayah pantai sudah lebih dahulu
dikenal. Hal serupa juga dengan Bandoeng yang belum lama dikenal. Yang dikenal lebih
awal adalah Batavia, Karawang dan Indramajoe. Wilayah pedalaman yang dapat
dikatakan sudah dikenal sejak awal adalah Mataram dimana salah satu kraton terdapat
di Kartosoera.


Sebelum
mulai dibangun, Malang adalah daerah pegunungan liar yang masih jarang
penduduknya. Namun beberapa orang yang tidak suka dengan VOC dan Mataram lari
dan mendiami daerah ini. Nama Malang sudah dikenal sejak tahun 1710 yang
berarti “melintang”. Kerajaan Mataram sendiri tidak pernah bisa memerintah
wilayah ini karena banyaknya oposisi dan kerajaan yang semakin lemah karena
perpecahan. Banyaknya pemberontak yang bersembunyi di Malang tentu akhirnya
membuat VOC geram. Akhirnya dengan pasukan gabungan dari VOC dan sekutunya,
menyerang Malang. Sejak tahun 1716, VOC kemudian menguasai Malang dan kemudian
mendirikan benteng di wilayah yang sekarang telah menjadi rumah sakit Celaket
atau Rumah Sakit Saiful Anwar.
(https://www.boombastis.com/sejarah-kota-malang/)

Lantas bagaimana sejarah wilayah Malang pada era
Mataram dan selama era VOC? Seperti disebut di atas, wilayah Malang adalah
wilayah yang belum lama dikenal, relative terhadap kota-kota di wilayah pantai.
Wilayah Mataram sudah sejak awal dikenal. Lalu bagaimana sejarah wilayah Malang
pada era Mataram dan selama era VOC? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Wilayah Malang Era Mataram dan Selama Era VOC; Potensi
Perdagangan di Wilayah Pegunungan di Malang

Pada era Portugis, eksistensi Mataram belum dikenal.
Yang telah dikenal adalah (kerajaan) Demak/Japara. Pada awal era Portugis ini
Demak adalah pusat perdagangan penting di pantai utara Jawa. Di satu pihak ada
disebutkan utusan (kerajaan) Pakwan Padjadjaran (yang beragama Hindoe) pada
tahun 1521 meminta bantuan kepada komandan Portugis di Malaka karena merasa
terancam dari kekuatan Demak. Di pihak lain, pelabuhan Banten semakin menguat
sebagai pusat perdagangan baru di bagian barat pantai utara Jawa. Terdapat
hubungan baik antara Demak dan Banten (plus) pelabuhan Chirebon. Pelabuhan
utama Pakwan Padjadjaran berada di muara sungai Tjiliwoeng (kelak dikenal
Soenda Kalapa).


Apa yang menjadi harapan dari misi dari utusan Pakwan Padjadjaran
tampaknya kurang di respon (lihat Tome Pires). Akan tetapi bukan karena tidak
respek. Tampaknya pihak Portugis di Malaka, yang masih tahap pengembangan
perdagangan di pulau-pulau (Hindia Timur, hingga Maluku) belum begitu kuat.
Misinya masih pada tahap membangun kerjasama perdagangan di kota-kota
pelabuhan. Boleh jadi halangan terbesar dari Portugis untuk memainkan peta
geopolitik di Kawasan (Laut Jawa) sadar bahwa (kekuatan) Demak bukan
tandingannya. Tidak ingin mengambil risiko di atas misi tujuan membangun koneksi
perdagangan antara Hindia Timur dan Eropa.

Akhirnya Demak melalui kekuatan Banten (plus
Chirebon) berhasil menyerang Pakwan Padjadjaran yang beribukota di hulu sungai
Tjiliwong di Dajeh. Para pemimpin dan kerabat keluarga Pakwan Padjadjaran yang
tersisa melarikan diri ke arah pegunungan di selatan (Soekaboemi) dan arah
tenggara (Bandoeng). Wilayah Pakwan Padjadjaran yang sudah kosong dari elemen
(kerajaan) Hindoe menjadi wilayah yurisdiksi Demak/Banten. Kerajaan baru
dibentuk di hilir sungai Tjiliwong (yang kelak disebut kerajaan Jakarta) di
bawah otoritas Banten, sementara Demak sendiri menempatkan utusannya (semacam
konsulat) di kerajaan Jakarta.


Demak/Djapara tidak hanya memperkuat penetrasinya ke wilayah pedalaman
Jawa di (kerajaan Mataram/Padjang), juga memperluas pengaruh perdagangannya ke
timur hingga pantai utara Bali, pantai utara Lombok, pantai utara Sumbawa
hingga di Bima. Demak semakin kuat ke arah timur, demikian juga Banten semakin
menguat mulai dari Jakarta hingga selatan Sumatra. Pada tahun 1539 utusan
Portugis di Malaka melakukan kunjungan ke Banten, Jakarta dan Demak (lihat
Mendes Pinto). Dalam perkembangannya, dua kekuatan (Portugis di satu sisi dan
Demak plus Banten di sisi lain) menjadi bersaing satu sama lain dalam
perdagangan di semutar Laut Jawa. Portugis dengan misi perdagangan hanya sebatas
mempertahankan diri, sebaliknya Demak mulai merasa Portugis menjadi ancaman
dalam perdagangan. Demak sempat melakukan provokasi terhadap Portugis di Malaka.
Dalam perkembangannya diketahui sudah muncul koloni-koloni misionaris Portugis
selain di Maluku, juga di Jawa di Banjoewangi dan di Timor di Solor.

Dalam konteks geopolitik di Laut Jawa, kemudian
muncul kehadiran pelaut-pelaut Belanda. Ekspedisi pertama Belanda ini dipimpin
oleh Cornelis de Houtman bulan Juni 1596 mencapai pantai barat Sumatra (Enggano)
kemudia merangsek ke Dampin (teluk Lampung) hingga ke (pelabuhan ramai) Banten.
Singkat kata: di Banten pelaut-pelaut Belanda bermasalah sehingga terusir dari
Banten (dimana pedagang-pedagang Portugis sudah eksis di Banten). Ekspedisi Belanda
melanjutkan pelayaran ke Maluku dengan singgah di Soenda Kalapa, lalu dengan
menghindar Demak dan Jepara lalu singgah di Rembang.


Pelaut-pelaut Belanda sebelum menuju Tuban dan Arosbaja, sempat bertemu di
tengah laut iring-iringan utusan Hindoe dari Banjoewangi. Utusan ini ingin mengunjungi
Djapara karena terancam dari serangan Jawa (dari arah barat: Mataram). Utusan
ini juga meminta bantuan pelaut-pelaut Belanda, tetapi tidak berani mengambil
risiko karena misi mereka untuk perdagangan. Di Tuban pelaut-pelaut Belanda
masih dapat diterima, tetapi tidak di Arosbaja. Terjadi pertempuran antara
pelaut Belanda dan pasukan Arosbaja (Madura) di selat.

Di Arosbaja tampaknya pelaut-pelaut Belanda
mengalami kekalahan, lalu melanjutkan pelayaran ke Maluku. Namun salah satu
kapal ekspedisi Belanda ini mengalami kerusakan di Laut Bali, lalu memutuskan
kembali ke Eropa dengan berbelok di timur pulau Lombok dan berbelok di selatan
Lombok. Saat memasuki selat Bali, kapal yang rusak dibakar dan ditenggelamkan. Dengan
dua kapal ekspedisi mengunjungi Radja Bali di pantai timur Bali. Di Bali pelaut
Belanda selama satu bulan sebelum kembali ke Eropa melalui pantai utara Bali
dan berbelok ke selat Blambangan (Banjoewangi) dan kemudian melalui sisi
selatan Jawa ekspedisi dengan melalui lautan luas menuju Afrika Selatan terus
ke Belanda. Seperti kita lihat nanti pedagang-pedagang Belanda (VOC) yang pos
perdagangan utama di Batavia (dimulai tahun 1619) mendapat ancaman dari darat
(dari Mataram).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Potensi Perdagangan di Wilayah Pegunungan di Malang:
Asam di Gunung Garam di Laut

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top