Sejarah

Sejarah Malang (9): Pembangunan Jalan di Malang dan Jalan Antar Kota; Munculnya Gagasan Pembangunan Jalur Kereta Api


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Jaringan jalan kota di Kota Malang yang
sekarang adalah satu hal. Sedangkan jaringan jalan antar kota dari dan ke
Malang adalah hal yang lain. Kota Malang yang sekarang diduga pada masa lampau
bermula dari lalu lintas air yang berpusat di sungai Brantas. Dalam perkembangannya,
jaringan jalan darat terhubung dengan lalu lintas sungai, yang kemudian
jaringan jalan darat menggantikan lalu lintas transportasi air.


Sejarah
Jalan Ijen Boulevard, Kawasan Elit dan Heritage. Tugumalang.id. Jalan Ijen
menjadi salah satu jalan utama di Kota Malang. Jalan ini menjadi salah satu sebab
Kota Malang sebagai kota yang indah dan cantik. Selain itu, jalan Ijen juga
menjadi ikon bersejarah di Kota Malang. Terdapat bangunan-bangunan kuno
peninggalan masa Hindia Belanda seperti perumahan berbentuk vila dan gereja.
Sebagian bangunan masih ada mempertahankan bentuk aslinya. Kawasan Jalan Ijen
dibangun oleh seorang arsitek Belanda yang cukup ternama, Ir Herman Thomas
Karsten. Pembangunan wilayah ini dilakukan oleh Karsten tahun 1935 dengan
perencanaan tata kota yang sesuai sampai tahun 1960. Jalan Ijen merupakan
tahapan pembangunan yang ke-5. Pembangunan dimulai dari perempatan Bareng (jalan
Kawi hingga ke Gereja Katedral). Pada pembangunan tahap ke-7, jalan Ijen
dikembangkan mulai dari Gereja Katedral hingga ke perempatan Lonceng di Jalan
Bandung. Sejak saat itu, dua tahapan pembangunan itu menjadi satu kesatuan. Dengan
memperhatikan keindahan serta konektivitas dengan bagian yang lain di kota,
Karsten merancang jalan Ijen sebagai daerah perumahan mewah. Bentuk jalannya dibuat
boulevard, jalan kembar dengan pembatas berupa taman di bagian tengah. Di
sebelah kanan dan kiri juga diberi pohon palem untuk mempercantik penampilan
jalan. Selain itu terdapat berbagai peninggalan yang menunjukkan bahwa Ijen
merupakan kawasan elit dan menjadi kota mandiri di masanya. Salah satunya
adalah adanya bekas rumah listrik milik perusahaan Algemeene Nederlandsche
Indische Electriciteit Maatchappij (Aniem) yang berada di ujung selatan Jalan
Ijen.
(https://tugumalang.id/)

Lantas bagaimana sejarah pembangunan jalan di
Malang dan jalan antar kota? Seperti disebut di atas, jaringan jalan kota di
Malang bermula dari lalu lintas air/sungai. Pembangunan jalan menjadi fungsi
pengganti transportasi air. Bagaimana pun pembangunan jalan antar kota menjadi
pemicu munculnya gagasan pembangunan jalur kereta api. Lalu bagaimana sejarah pembangunan
jalan di Malang dan jalan antar kota? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Pembangunan Jalan di Malang dan Jalan Antar Kota; Munculnya
Gagasan Pembangunan Jalur Kereta Api

Nama Malang sebagai suatu tempat di pegunungan sudah
diketahui pada tahun 1665 (lihat Daghregister, 1665). Namun bagaimana untuk
bisa mencapai ke situ, tidak diketahui secara jelas. Nama tempat (kampong/kota)
apa yang dekat denganya dan memiliki relasi juga tidak diketahui secara pasti.
Dalam Daghregister 1665 ini hanya disebut nama
Malang
dan Antang (kini Ngantang). Ngantang pada masa ini berada jauh di pegunungan
di arah barat Malang di belakang gunung tinggi. Bagaimana akses ke Malang dari
pantai? Apakah dari Pasuruan?


Berita nama Malang dan Antang ini dicatat di Batavia tahun 1665 karena ada
laporan terjadi pemberontakan Trunajaya, seorang bangsawan Madura, dan
sekutunya, pasukan dari Makassar, terhadap kesultanan Mataram yang dibantu oleh
VOC. Pasukan Trunajaya mengalahkan pasukan kerajaan di Gegodog (1676), lalu
berhasil menduduki hampir seluruh pantai utara Jawa dan merebut keraton Mataram
di Keraton Plered (1677). Raja Amangkurat I meninggal ketika melarikan diri
dari keraton. Ia digantikan oleh anaknya, Amangkurat II yang meminta bantuan
kepada VOC dan Bupati Ponorogo serta menjanjikan pembayaran dalam bentuk uang
dan wilayah. Keterlibatan VOC berhasil membalikkan situasi. Pasukan VOC dan
Mataram merebut kembali daerah Mataram yang diduduki, dan merebut ibu kota
Trunajaya di Kediri (1678). Pemberontakan terus berlangsung hingga dekat
keraton yang dijaga pasukan Ponorogo hingga Trunajaya ditangkap VOC pada akhir
1679, dan juga kekalahan, kematian atau menyerahnya pemimpin pemberontakan lain
(1679–1680). Trunajaya menjadi tawanan VOC, tetapi dibunuh oleh Amangkurat II
saat kunjungan raja pada 1680 (lihat Wikipedia).

Pada permulaan kehadiran Belanda di Hindia Timur (1595-1597),
kota di pantai yang menjadi pusat perdagangan berada di Tuban (pantai utara
pulau Jawa) dan Arosbaja (pantai barat pulau Madura). Dua kota ini tentulah
sangat jauh.


Nama Soerabaja paling tidak diketahui tahun 1702 (lihat Daghregister, 08-10-1702).
Meski nama tempat ini sudah dipetakan, tetapi nama Soerabaja menjadi penting
setelah tahun 1702. Hal ini karena VOC telah mendapat legalitas dari Mataram. Nama
Pasuruan sendiri baru dicatat pada tahun 1741 (lihat Daghregister, 27-07-1741).

Pada peta yang dibuat Francois Valentijn (Peta 1724)
nama tempat Soerabaja jauh lebih penting dari Pasoeroean. Secaea geografis
kampong Malang cukup dekat dengan Pasuruan, tetapi berdasarkan Peta 1724 akses
menuju Malang justru dari Soerabaja. Apa yang membuat demikian? Yang jelas
Pasoeroean telah menjadi masa lampau, Soerabaja menjadi masa yang lebih baru. Namun
harus diingat, Pasoeroean adalah kota tua, mungkin kota sejaman dengan
keberadaan kerajaan Singhasari. Boleh jadi di masa lampau Pasoeroean dan Bangil
adalah dua kota pelabuhan Singasari.


Pada Peta 1724 jalan akses dari Soerabaja ke Malang melalui Bangil terus
ke pegunungan di (kampong) Malang. Jalan akses dari Malang hingga ke (kampong)
Bato. Sementara itu akses menuju Antang hanya bisa dicapai dari Bangil ke
pegunungan di sisi barat gunung yang misahkan dengan Malang melalui Blitar. Dalam
peta tersebut kota (pantai) Pasoeroean tidak terhubung jalan ke Malang. Lalu
selanjutnya pada Peta 1750 kota Pasoeroean diidentifikasi jauh lebih penting
dari Soerabaja. Mengapa? Yang jelas dalam peta ini tidak ada jalan yang diidentifikasi,
bahkan nama Malang sendiri tidak diidentifikasi.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Munculnya Gagasan Pembangunan Jalur Kereta Api: Perkembangan
Lebih Lanjut Jaringan Jalan Kota Malang

Memasuki era baru Hindia Timur, Pemerintah Hindia Belanda
mulai memprioritaskan pembangunan jalan raya. Pada masa Gubernur Jenderal
Daendels (1808-1811) program pembangunan jalan tersebut adalah pembangunan jalan
trans-Java dari Batavia ke Anjer dan dari Batavia ke Panaroekan (lihat Bataviasche
koloniale courant, 05-01-1810). Akan tetapi program jalan trans Java belum sepenuhnya
selesai dibangun, terjadi pendudukan Inggris. Gubernur Jenderal Daendels
digantikan pejabat Inggris.


Pada Peta 1817 (peta setelah kembalinya Pemerintah Hindia Belanda), dapat
diperhatikan bahwa program jalan trans Java masih terpotong. Dari arah barat
Sidaijoe hingga Soerabaja. Lalu jalan trans Java ini dari Bangil hingga
Bungatan melalui Pasoeroean, Probolinggo dan Besuki. Dari Bungatan ke
Panaroekan hanya ada jalan kecil yang terdiri dari ruas-ruas yang tidak
terhubung.

Sesuai dengan Peta 1817, mengapa jalan trans Java ruas
Soerabaya hingga Bangil belum dibangun? Dalam peta sudah ada identifikasi sebagai
rencana jalan trans Java antara Bangil dan Soerabaja. Yang menarik, yang
menjadi perhatian dalam hal ini, ada rencana jalan dari Pasoeroean ke Malang. Tidak
ada tanda-tanda jalan maupun tanda-tanda rencana jalan dari Bangil ke Malang.
Sebagaimana diketahui, seperti disebut di atas, pada era VOC (Peta 1724) sudah
ada jalan darat dari Soerabaja ke Malang melalui Bangil.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top