*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini
Medan berada di utara pulau Sumatra, Manado
berada di utara pulau Sulawesi. Medan dengan Malaysia, Manado dekat dengan
Filipina. Wilayah rantau terdekat orang Minahasa di Manado, orang Tapanoeli di
Medan. Orang-orang Minahasa dan Tapanoeli banyak merantau. Rantau terjauh orang
Minahasa tempo doeloe hingga ke Medan. Lantas, apakah orang Tapanoeli merantau sampai
jauh ke Manado?
tokoh penting di Medan tempo doeloe yang berasal dari Minahasa, yakni Prof Mr
Ani Manoppo dan Kolonel AE Kawilarang. Dua tokoh memegang jabatan penting. Ani
Manoppo di Rechthoogeschool Batavia tahun 1930 satu kelas dengan Abdoel Abbas
Siregar dan Alex Ernest Kawilarang di Akademi Militer Bandoeng 1941 satu kelas
dengan Abdoel Haris Nasoetion. Dalam perang kemerdekaan Menteri Pertahanan Mr
Amir Sjarifoeddin Harahap tahun 1947 mengirim Mr Abdoel Abbas Siregar ke
Sumyatra Timur. Namun pasukan dan pemerintah RI terdesak ke Tapanoeli (di
Padang Sidempoean, Zuid Tapanoeli, kampong halaman Amir Sjarifoeddin Harahap,
Abdoel Haris Nasoetion dan Abdoel Abbas Siregar). Ketika pasukan dan pemerintah
RI terdesak di Padang Sidempoean, Kolonel Abdoel Haris Nasoetion, komandan Siliwangi
tahun 1948 mengirim Letkol AE Kawilarang ke Bukittinggi untuk membebaskan Gubernur
Militer Majoor Jenderal Dr Gindo Siregar dan Residen Militer Kolonel Mr Abdoel
Abbas Siregar yang ditangkap dan ditahan oleh para pemberontak di Sawahlunto. Untuk
menggantikan Gubernur Militer diangkat Abdoel Haki Harahap sebagai Residen
Tapanoeli (yang beribukota di Padang Sidempoean). Selama Mr Abdoel Abbas
Siregar ditahan di Sawahlunto, Mr Ani Manoppo tetap berada di Padang
Sidempoean. Untuk sekadar diketahui Mr Ani Manoppo adalah istri Mr Abdoel Abbas
Siregar. Jabatan terakhir Kolonel AE Kawilarang di Sumatra Utara adalah
Panglima Bukit Barisan dan Prof. Mr Ani Manoppo, dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Pada tahun-tahun ini Gubernur Sumatra Utara (Atjeh,
Sumatra Timur dan Tapanoeli) dijabat oleh Abdoel Hakim Harahap.
Bagaimana sejarahnya Ani Manoppo AE Kawilarang
merantau jauh hingga ke Medan?
Yang jelas Ani
Manoppo sudah kenal dekat dengan Abdoel Abbas Siregar sejak awal kuliah di Sekolah
Hukum di Batavia dan AE Kawilarang sudah kenal dekat dengan Abdoel Haris
Nsoetion sejak awal pendidikan di akademi militer di Bandoeng. Seperti kata
ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Lantas bagaimana
permulaannya? Itu adalah bidang
perhatian sejarah. Seperti
kata ahli sejarah tempo doeloe, sejarah adalah narasi fakta dan data. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah
seharusnya memiliki permulaan dan sejarah adalah narasi fakta dan data. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis (data), setiap orang bahkan
oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari
hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Ani Manoppo dan Abdoel Abbas Siregar
Surat kabar berbahasa Melajoe terbit di Batavia
tahun 1926 yang diberi nama Bintang Timoer. Surat kabar ini didirikan oleh
Parada Harahap. Setahun sebelumnya Parada Harahap telah mendirikan kantor
berita (pertama) pribumi yang diberi nama Alpena. Parada Harahap merekrut WR
Soepratman sebagai editor kantor berita Alpena dan Parada Harahap merekrut J
Manoppo sebagai editor surat kabar Bintang Timoer.
Parada
Harahap memulai kegiatan jurnalistik di Medan pada tahun 1918. Namanya menjadi
sangat terkenal karena dengan sangat berani membongkar kasus penderitaan dan
penganiayaan kuli asal Jawa di perkebunan di Deli. Parada Harahap sempat
menjadi editor surat kabar Benih Mardika dan surat kabar Pewarta Deli. Kedua
surat kabar ini terbit di Medan. Pada tahun 1919 Parada Harahap pulang kampong
lalu mendirikan surat kabar Sinar Merdeka di Padang Sidempoean. Di kota
pedalamaan ini Parada Harahap belasan kali dimejahijaukan dan beberapa kali
dipenjara karena delik pers. Oleh karena Sinar Merdeka dibreidel, Parada
Harahap hijrah ke Batavia dan menidirikan surat kabar Bintang Hindia pada tahun
1923. Lalu pada tahun 1925 Parada Harahap mendirikan kantor berita (persbureu)
Alpena dan setahun kemudian di bawah bendera penerbit dan percetakan Bintang
Hindia mendirikan surat kabar Bintang Hindia yang mana salah satu editornya
adalah J Manoppo..
Pada
tahun 1926 dua pemuda asal kampong Parada Harahap di Padang Sidempoean pulang
ke tanah air dari Belanda. Yang pertama adalah Alinoedin Siregar gelar Radja
Enda Boemi yang meraih gelar doctor (Ph.D) di bidang hukum di Leiden pada tahun
1925. Radja Enda Boemi kelahiran Batangtoru Padang Sidempoean memulai
pendidikan hukum di Rechtschool Batavia tahun 1915. Setelah lulus ditempatkan
di Medan. Beberapa tahun kemudian melanjutkan studi ke Belanda dan meraih gelar
sarjana hokum (Mr) yang kemudian diteruskan ke tingkat doctoral dan lulus tahun
1925. Sebelumnya sudah ada yang meraih Ph.D bidang hokum yakni yang pertama Mr.
Gondokoesoemo lulus pada tahun 1922 di Universiteit Leiden yang pada tahun yang
sama juga RM Koesoemah Atmadja. Selanjutnya adalah Raden Soegondo lulus tahun
1923 yang kemudian pada tahun 1925 adalah Radja Enda Boemi dan Mr Soebroto.
Yang
kedua adalah Amir Sjarifoeddin Harahap pulang karena terpaksa karena masalah
keluarga. Amir Sjarifoeddin Harahap setelah lulus sekolah dasar Eropa (ELS) di
Sibolga melanjutkan sekolah menengah ke Belanda. Pada tahun 1925 Amir
Sjarifoeddin Harahap memasuki iniversitas di Belanda. Namun setelah
menyelesaikan tingkat pertama harus pulang ke tanah air. Amir Sjarifoeddin
Harahap tidak kembali ke Belanda tetapi meneruskan kuliahnya di Batavia
sehubungan dengan dibukanya sekolah hukum Rechthoogeschool (suksesi Rechtschool
Batavia). Yang melanjutkan studi sekolah menengah (setelah lulus ELS) hanya ada
dua orang. Selain Amir Sjarifoeddin adalah Egon Hanggara anak wakil wali kota
(locoburgemeester) Padang Dr Abdoel Hakim Nasoetion. Egon Hakim berangkat ke
Belanda tahun 1924. Egon Hakim mengikuti saudara sepupunya yang kuliah kedokteran
di Belanda bernama Ida Loemongga (lulusan HBS sekolah Prins Hendrik School
Batavia dan tahun 1922 melanjutkan studi ke Belanda (perempuan pribumi pertama
studi ke Belanda).
Pada tahun 1928 NV Bintang Hindia mendirikan
surat kabar berbahasa Belanda yang mana sebagai editor adalah J Manoppo. Oleh
karena kesibukan Parada Harahap sebagai sekretaris PPPKI untuk mendukung tim
editor Bintang Timoer, Parada Harahap merekrut Djamaloedin yang baru pulang
studi jurnalistik dari Eropa. PPPKI adalah supra organisasi kebangsaan
Indonesia singkatan Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan
Indonesia yang mana sebagai ketua adalah MH Thamrin (dari Kaoem Betawi).
Sebagai
sekretaris PPPKI (yang didirikan tahun 1927) dan juga sebagai sekretaris
Sumatranen Bond, Parada Harahap sedang sibuk membangun kantor-gedung PPPKI (di
gang Kenari) dan juga mempersiapkan Kongres PPPKI (senior) pada bulan
Semptember 1928 dan Kongres Pemoeda (junior) pada bukan Oktober 1928. Ketua
panitia Kongres PPPKI ditunjuk Dr Soetomo, sedangkan untuk panitia Kongres
Pemuda ditunjuk Soegondo (dari PPPI) sebagai ketua, Mohamad Jamin (Suatranen
Bond) sebagai sekretaris dan Amir Sjaroefoeddin Harahap (Bataksche Bond) sebagai
bendahara. Ketiga panitia inti Kongres Pemoeda ini sama-sama mahasiswa sekolah
hukum (Rechthoogeschool). Mohamad Jamin adalah adik dari Djamaloedin, editor
Bintang Timoer (Djamaloedin kemudian dikenal sebagai Adinegoro). Dr Soetomo
adalah pendiri Boedi Oetomo yang sangat menghargai keberanian Parada Harahap
dalam membongkar kasus poenalie santie (kontrak kuli perkebunan asal Jawa di
Deli). Untuk mendukung sukses Kongres PPPKI dan Kongres Pemoeda, Parada Harahap
yang juga ketua pengusaha pribumi Batavia (kini semacam KADIN) juga memperluas
jangkauan Bintang Timoer dengan menerbitkan edisi Semarang (Midden Java) dan
edisi Soerabaja (Oost Java).
Menjelang Kongres Pemoeda inilah muncul nama
gadis asal Bolaang Mongondow AH Manoppo di dalam pemberitaan (lihat antara lain De
koerier, 07-05-1928). Disebutkan di sekolah menengah atas AMS Bandoeng siswa-siswa
yang naik dari kelas empat ke kelas lima antara lain Gele Haroen Al Rasjid, AH
Manoppo (nona), PR Dorve (nona). Mohamad Natsir, RR Siti Soendari (nona) dan RM
Soelasmirah (nona), Sementara di atas mereka yang naik dari kelas lima ke kelas
enam antara lain Raden Mohamad Moesa, I Goesti Ktoet Poedja, AJ Supit, Raden Santoso
dan Soetan Sjahrir.
Gele
Haroen Al Rasjid, seperti diuraikan di belakang, adalah putra dari Dr Haroen Al
Rasjid (Nasoetion) dan Alimatoe Sa’adiah (Harahap) di Telok Betong (Lampoeng).
Kakek Gele Haroen adalah Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda, editor pribumi
pertama dan pendiri organisasi kebangsaan (Indonesia) pertama di Padang tahun
1900 yang diberi nama Medan Perdamaian. Kakak (saudara perempuan) Gele Haroen
bernama Ida Loemongga sejak 1922 studi kedokteran di Belanda yang pada tahun 1928 sedang
mengikuti program doktoral (Ph.D) pada bidang kedokteran (Perermpuan pribumi
bergelar Ph.D, tahun 1930). Setelah lulus AMD Bandoeng, Gele Haroen melanjutkan
sekolah hukum ke Leiden dan bertemu dengan kakak perempuannya Ida
Lomongga dan saudara sepupunya Egon Hakim. Gele Haroen lulus dengan gelar Mr pada tahun 1936 dan
menjadi advocaat di Lampoeng. Egon Hakim lulus dengan gelar Mr tahun 1937
dan menjadi advocaat di kota Padang. Sayang Soetan Sjahrir yang juga melanjutkan studi
ke Belanda (tidak menyelesaikannya). Gele Hatroen kelak menjadi Residen RI
pertama di Lampoeng.
Nona AH Manoppo setelah lulus AMS Bandoeng tahun
1930 melanjutkan studi ke sekolah hukum (Rechthoogeschool) Batavia. Mahasiswa yang
diterima bersama AH Manoppo antara lain Raden Santoso dan dua lulusan AMS Medan yakni Abdoel Abbas Siregar
dan Mohamad Taib Dalimoente. Abdoel Abbas Siregar lahir di Medan tahun 1906.
Anak-anak
asal Padang Sidempoean yang lahir di Medan tidak hanya Abdoel Abbas, juga Amir
Sjarifoeddin Harahap dan lainnya. Salah satu anak Padang Sidempoean yang lahir
di Djambi (Saroelangoen) tahun 1905 adalah Abdoel Hakim Harahap. Setelah
menyelesaikan sekolah dasar Eropa (ELS) di Sibolga, Abdoel Hakim Harahap
melanjutkan pendidikan MULO ke Padang. Selanjutnya Abdoel Hakim Harahap
melanjutkan pendidikan HBS di Batavia di sekolah elit Prins Hendrik School. Di
luar sekolah, Abdul Hakim Harahap di Batavia aktif dalam organisasi pemuda
seperti Jong Islamieten Bond, Jong Batak dan Jong Sumatra Bond. Setelah lulus
di Prins Hendrik School, Abdul Hakim Harahap mengikuti kursus dua tahun untuk
layanan bea dan cukai. Abdul Hakim Harahap lalu ditempatkan di bea dan cukai di
Medan 1927. Tiga tahun kemudian pada tahun 1930 Abdoel Hakim Harahap terpilih
menjadi anggota dewan (gemeenteraad) Medan.
Pada tahun 1931 AH Manoppo, M Taib Dalimoente dan
lainnya dinyatakan lulus ujian kandidat pertama Candidaats Examen 1e Gedeelte
(lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 09-07-1931). Anni H
Manoppo lulus tahun 1935 dengan gelar sarjana hukum (Mr).
AH Manoppo
tidak terlalu kesulitan mengikuti perkuliahan. Setelah menyelesaikan Candidaats
Examen 2e Gedeelte tahun sebelumnya, AH Manoppo pada tahun 1933 lulus ujian
kandidat doktoral (Mr) Doctoral Examen 1ste Gedeelte (lihat De koerier, 26-07-1933).
Pada tahun 1935 lulus ujian Doctoral Examen 2de Gedeelte (lihat Bataviaasch nieuwsblad,
15-02-1935) dan lulus ujian Doctoral Examen 3e Gedeelte (lihat De koerier, 18-11-1935).
Setelah lulus sekolah hukum, Mr Anni Manoppo
ditempatkan sebagai ketua pengadilan di Indramajoe. Enam bulan kemudian Mr Anni
Manoppo dipindahkan sebagai ketua di pengadilan (Landraad) di Chirebon (lihat
Bataviaasch nieuwsblad, 15-09-1936).
Pada tahun ini Gele Haroen (Nasoetion) berhasil mendapat gelar Mr di
Universiteit Leiden.
Pada
tahun 1936 setelah lulus dan mendapat gelar Mr, Abdoel Abbas Siregar membuka
kantor pengacara (advocaat) di Telok Betoeng. Tidak lama kemudian Mr Gele
Haroen Nasoetion bekerjasama dengan Mr Adoel Abbas Siregar dalam bidang
advocaat di Lampong yang berkantor di Telokbetong (tempat dimana juga orang
Eropa-Belanda berada). Sementara ayah dan ibu Mr Gele Haroen telah pindah ke
Tandjong Karang (Lampong) untuk mengelola klinik (rumah sakit) swasta yang
mereka dirikan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Abdoel Haris Nasoetion dan Alex Ernest Kawilarang
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.